2 - Jatuh Suka

194 27 2
                                    

Jika Jungsu adalah sebuah keteraturan, menjalani hidup dengan rencana matang dan langkah yang sudah dihitung, maka Jooyeon adalah abstraksi. Dia menjalani hidup seperti seseorang yang menikmati kopi di pagi hari dan tidak peduli apa yang terjadi pada dunia di sekitarnya. Tapi mereka tak sepenuhnya berbeda, ada beberapa kesamaan di antara mereka. Jooyeon telah menyusun kesamaan-kesamaan ini selama beberapa minggu terakhir.

Jungsu mencintai musik lebih dari apapun. Darah pemusik mengalir dalam dirinya. Dia mahir bermain piano bahkan sebelum lancar berbicara, dan pertemuan kedua mereka ada kaitannya dengan musik.

Sore itu, dua pekan setelah pertemuan pertama mereka, Jooyeon mengikuti pikirannya untuk berjalan memutar ke gedung Fakultas Seni. Dia baru selesai kelas tapi masih belum ingin pulang. Untung saja gedung Fakultas Ilmu Budaya dan Fakultas Seni bersebelahan, jadi dia tidak perlu berjalan terlalu jauh. Saat melewati sebuah ruangan tanpa papan nama, Jooyeon mendengar suara piano yang mengalun merdu. Kakinya melangkah mengikuti suara itu, dan tangannya tanpa sadar meraih kenop.

Jungsu ada di tengah ruangan, memainkan piano dengan mata terpejam. Ruangan itu lumayan luas, sepertinya ruangan untuk paduan suara atau sejenisnya. Jooyeon melangkah masuk perlahan agar tidak mengganggu. Ada magis tidak bisa dijelaskan yang membuat Jooyeon tak bisa memalingkan wajah. Dia jarang bisa fokus (kecuali ketika membaca), perhatiannya mudah teralihkan. Tapi Jungsu dan sihir ajaibnya mampu membuat Jooyeon betah berlama-lama memperhatikan.

Setelah permainan yang lebih serupa pertunjukan konser tunggal itu selesai, Jooyeon dengan heboh bertepuk tangan dan bersiul. Jungsu terlonjak dari tempat duduknya dan menoleh cepat.

"Keren, keren! Harusnya tadi saya bawa kamera," ucap Jooyeon dengan lagak komentator handal.

Jungsu masih belum pulih dari keterkejutannya ketika Jooyeon berjalan mendekat.

"Geser sedikit dong, saya juga bisa main piano. Twinkle-Twinkle Little Star."

Mau tidak mau Jungsu menggeser duduknya, memberi ruang untuk Jooyeon duduk di kursi yang kecil itu. Bahu mereka berdempetan, dan Jooyeon memposisikan jari-jarinya di atas tuts piano. Melihat itu, Jungsu ikut memposisikan jari-jarinya. Mereka memainkan sebuah harmoni yang tidak terdengar seperti lagu anak-anak. Suara denting piano mengalun indah memenuhi ruangan.

Dari detik itu Jooyeon tahu, dia sudah jatuh pada magis alami Jungsu. Itu adalah kesamaan pertama, sama-sama bisa memainkan piano. Sedikit memaksa, tapi Jooyeon bekelit tidak semua orang bisa bermain piano (meski dia sendiri cuma bisa memainkan lagu anak-anak yang sederhana). Selebihnya, kesamaan mereka mengalir walau tidak sederas air terjun.

Jungsu berkata dia menyukai novel yang dibelinya waktu itu. Katanya sulit sekali membayangkan hidup tanpa bisa merasakan emosi.

"Saya punya banyak emosi, gampang terharu adalah salah satunya, jadi sulit buat saya memikirkan apa jadinya kalau emosi itu nggak bisa saya rasakan."

Jooyeon paham maksudnya, meski dia sendiri bukan tipe orang yang mudah terharu. Menangis adalah hal yang dilakukannya seabad sekali, alias saking jarangnya dia sampai lupa kapan terakhir kali menangis. Bukan berarti dia tidak punya perasaan, dia hanya mengekspresikan rasa sedihnya dengan cara lain. Menulis misalnya, dan di sinilah kesamaan kedua mereka. Sama-sama mengekspresikan perasaan dengan menulis.

Jika yang Jooyeon tulis biasanya adalah sekumpulan kata-kata yang membentuk puisi atau cerita pendek, maka yang ditulis Jungsu adalah sekumpulan kata-kata yang jika diberi tangga nada maka akan melahirkan sebuah lagu yang indah. Lagu-lagu itu ada beberapa yang direkamnya dengan perangkat perekam sederhana di apartemennya. Dia dengan senang hati mengajak Jooyeon ke teritori pribadinya itu dan memutarkan padanya lagu-lagu yang sudah dibuatnya.

Tanpa bisa ditahan, Jooyeon menghitung hari untuk bisa bertemu lagi dengan Jungsu. Dia menyerahkan diri sepenuhnya pada sihir ajaib yang belakangan baru berani mereka beri nama cinta.

✎✎

Aku cinta banget sama semua lagu di album Manusia. Mungkin nanti (nggak tahu kapan) aku bakal nyoba nulis series atau kumpulan fanfiction dari album ini😆

Rampai Kidungan | JungyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang