Yang minta double up, gw kabulin. Tapi sorry kalau enggak seru+ gak nyambung😅
Tapi gw harus nulis dulu, soalnya kalian mintanya gak main-main. Mana gw gak bikin draf lagi, jadi harus nulis dulu.
Tapi gak papa, selagi gw bisa ya kan?😎😘
••••••
"Perasaan tadi ada yang bilang mau bantuin gue deh, tuh orang perginya kemana ya." kata Mora menyidir Vio.
Sedangkan yang disindir hanya cengengesan, "gue bantuin lo kok. Bantu doa."
Mora berdecih sinis, "gue gak kerasa kebantu cuman dengan doa aja. Untung tadi ada kak Nanta, coba kalau enggak. Muka gue yang cantik ini bonyok pasti."
Vio cengengesan, "kan enggak. Hehehe."
"Eh, tapi tadi kak Nanta keren banget njirrr. Berdamage, gue aja sampai meleyot lihatnya. Apa kabar lo yang di tolongin, mungkin kalau lo bukan adeknya, gue yakin lo bakal meleyot juga. Aaaa,, pengen meninggoy."
Mora bergidik melihat kelakuan Vio yang alay, "kerasukan apa lo? Alay banget. Kemana Violin yang gue kenal? Lo pasti setan yang ditinggalin mereka kan?"
Mereka yang di maksud Mora adalah Guntur dan kawan-kawannya.
"Dih, sorry aja nih ya. Setan mereka gak akan mempan buat gue."
"Iya lah, lo kan piaraannya iblis."
Vio menatap Mora dengan datar, "unfriend kita!"
Mora tertawa, "baperan, najis. Biasanya juga tahan banting."
Vio cemberut, "gue masih meleyot gara-gara kak Nanta. Oh iya, lo harus siap jadi adek ipar gue ya. Gue mau gebet kakak lo."
"Gak sudi gue punya kakak ipar gak ada akhlak kayak lo!"
Vio menatap kesal pada Mora, apa susahnya sih bantu teman senang? Ini mah belum berjuang adeknya aja udah ogah, apa kabar kakaknya?.
"Dah lah, ngomongin kak Nanta gak akan ada habisnya. Mending ke kantin yuk." ajak Vio.
Mora beranjak mengikuti Vio yang sudah berjalan terlebih dahulu. "Tapi belum istirahat."
Langkah Vio terhenti, kemudian dia membalikan tubuhnya menghadap Mora. "Benar juga sih, tapi gak papa lah. Bukan Violin namanya kalau ke kantin harus nunggu istirahat."
Mora terkekeh. "Iyain aja."
Mereka berdua berjalan di koridor kelas yang menghubungkan dengan kantin.
Sesampainya di kantin Mora menatap sekitar. Sepi, itu yang Mora lihat.
"Duduk dimana nih?" tanya Vio.
Mora mengangkat bahunya acuh, "dimana aja kali. Gak rame ini, bebas mau duduk dimana aja."
Vio terkekeh, menatap temannya yang sedang melihat lurus ke depan. Mora yang merasa ada orang yang memperhatikannya menoleh. Mengangkat alisnya sebelah, "apa? Jangan lama-lama natapnya. Entar suka lagi, gue yang repot."
Vio pura-pura muntah, "huekkk. Najis gue suka sama lo! Masih banyak kali cowok di dunia ini."
"Yaudah, jadi makan gak? Kalau enggak bolosnya jangan ke kantin, ntar ketahuan lagi. Hari ini gue males di hukum."
Vio memasang ekspresi wajah seperti berpikir, "kalau dipikir-pikir nanti aja deh. Gue belum terlalu laper. Mending ke rooftop, kuy?!"
Mora menatap datar pada Violin. Kalau tahu begini kenapa harus ke kantin terlebih dahulu? Mana kantin sama rooftop berlawanan arah lagi. Mau tidak mau mereka harus putar balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extra Love Story
Historical FictionTransmigrasi series ~ 2 •••••• Zea Andara Alexander, putri bungsu keluarga Alexander yang tidak pernah di anggap. Zea berpura-pura lemah di depan keluarganya hanya karena ingin di perhatikan, tapi mereka semua malah semakin membencinya. Sampai kejad...