kamu pernah mendengar about mental health? ya, that's no a joke.
○○○○○
Di depan ruangan dokter, gadis berambut cokelat legam sebahu itu sedang memainkan handpone di tangannya. Jarinya sibuk mengetik dan bulak-balik mengirim chat kepada seseorang. Menunggu panggilan memang sedikit membosankan, apalagi dokter yang datang tak jarang lewat dari jadwal yang sudah di tentukan.
"Nyonya Agny riqaya!"
Setelah satu setengah jam menunggu, bukan karena Agny tidak datang tepat waktu, melainkan dokter yang bergelar Spkj ini datang satu jam lebih telat dari jadwal rumah sakitnya dan antrian agny yang berada di nomor delapan.
Setelah menunggu pasien ke tujuh tersebut keluar dari ruangan, dengan perasaan gugup serta khawatir Agny yang di temani oleh ibunya masuk ke ruangan dokter speasialis kejiwaan atau psikiatri.
Bukannya rasa gugup yang bertambah, tapi Agny malah merasa sedikit lebih tenang. tentu. Ini saat yang ia dulu kira mustahil. Mustahil rasanya bisa menceritakan kondisinya ke yang ahli hari ini.
Handphone di genggaman tangannya tak berhenti bergetar karena chat whatsapp yang tak henti-henti nya masuk bergantian. Yang pasti, itu dari sahabat-sahabat Agny yang lebih dulu tau tentang kondisi agny dan sangat peduli terhadapnya.
"Pasien baru ya?" Dokter hifa membuka percapakan.
"Gimana kabarnya?" Tambahnya.
"Alhamdulilah, baik dok." Aku menjawab. Yang pasti, bukan kesehatan mental tapi kesehatan fisik Agny.
"Oke, ada yang bisa di bantu? Ada keluhan apa?" Kalimat seperti ini pasti keluar dari semua dokter yang ada. Tapi rasanya beda kali ini. Lebih, apa ya? Lebih masuk ke hati dan lebih kena juga lebih berarti.
Agny membuka mulutnya dan berusaha menceritakan kondisi nya selama ini.
"Saya suka cuci tangan berulang, mandi bisa berjam-jam dok, saya sulit mengendalikan pikiran saya yang menuntut, dan saya merasakan kalau perasaan dan pikiran saya menganggu." Terang Agny.
Dokter hifa mengangguk, ia pasti langsung mengerti kondisi seperti apa yang sedang Agny alami.
"Pasti sulit ya? Dari kapan kamu mulai sadar akan hal itu?" Lanjut dokter hifa.
"Setelah lulus SMA dok, perasaan khawatir berlebih itu berangsur memburuk." Terang Agny yang kini sudah duduk di bangku kuliah semester 3.
"Kurang lebih 2 tahun-an ini dan tambah parah dok." Mama Agny menambahkan.
Dan itu benar, 2 bulan ini terasa amat sangat sulit bagi Agny, kondisi Agny yang makin stress, sering oversleep, makan yang sering tidak teratur atau bahkan tidak nafsu makan. Kondisi agny memburuk seperti sinyal darurat yang amat segera harus di tolong.
Dokter hifa yang sedari tadi memegang pulpennnya, lalu menggangguk-angguk, ia menuliskan sesuatu di kertas diagnosis. Gejala dan gangguan apa yang Agny alami saat ini.
OCD.
Tiga huruf itu terlihat jelas terukir di kertas dengan tulisan diagnose di mata Agny. Bukan nya takut dengan diagnosis yang ada, Agny malah makin merasa tenang, juga dugaan yang selama ini ia pendam ternyata benar, benar kalau dia OCD. Agny menderita gangguan kejiwaan obsesive compulsive disorder. Generasi gen Z ini hanya perlu bermodalkan internet. Kamu bisa melakukan dan mencari apa saja dan menemukan jawabannya.
Tapi kali ini Agny merasa jauh lebih tenang karena ia sudah tidak lagi melakukan self diagnose. Kondisi nya sudah jelas dan dapat penanganan yang tepat.
Dokter hifa dan suster yang membantu lalu mengetik sebuah nama juga daftar obat di komputernya itu.
Sertralin. Alganax. Arinia dan Abilify.
○○○○○
Hiii!!! salam hangat, enjoy the story!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, OCD!
Teen FictionSetelah lulus dari sekolah, agny riqaya merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, apalagi pikirannya yang semakin kacau. Ia melakukan cuci tangan berulang, mandi yang lama hingga berjam-jam dan hal-hal lain yang ia lakukan seperti semacam melakuka...