"Jangan ada yang lupa persiapan buat besok."
Ini ketiga kalinya mama mengingatkan Agny yang tengah bersiap memasukan barangnya ke tas baru untuk persiapan masuk sekolah di bangku kelas empat sekolah dasar.
Agny yang tengah memasukkan alat tulisnya itu pun mengecek ulang apakah semuanya tersimpan dengan rapih dan memastikan barangnya sudah ada di dalam tas.
Agny kecil yang tidak paham dengan kondisi nya mulai mengecek barang di tas tersebut lebih dari puluhan kali itu merasa biasa saja. Cuma rasa khawatir juga cemas yang ia rasakan saat itu.
"Ma, ngga bisa anterin aku besok?" Pinta anak berumur delapan tahun.
"Kamu kan sudah besar, besok mama ada rapat pagi di kantor." Jawab mama seraya menutup panggilan yang barusan ia jawab di handphone nya.
Agny yang sebenarnya sudah tau pasti itu jawaban dari sang ibu tetap merasa kecewa. Entah sampai kapan ibunya akan memperhatikan anak satu-satunya itu.
"Di kelas empat ini, nilai kamu harus bagus Agny. Papa ngga mau ngeliat nilai kamu yang ngga berkembang seperti tahun lalu." Ujar ayah Agny dengan mata yang tidak bergerak menatap laptopnya itu.
"Tapi kan tetap bagus pa. Tahun kemarin juga bagus." Ujar Agny. yg ia mau papa nya memberikan apresiasi karena dapat mempertahankan nilai raportnya di kelas tiga.
Nilai raport dengan rata-rata delapan tidak buruk bukan?
"Nilai kamu tidak berkembang, pokoknya nilai di kelas empat ini harus lebih bagus dari sebelumnya." Ujar papa tegas menatap Agny.
Agny yang selalu mendapatkan perasaan kecewapun hanya bisa menerimanya berulang kali. Agny menatap kedua orang tuanya itu dalam binar matanya. Mamanya yang yang tengah ripuh membereskan berkas-berkas dokumen, juga ayahnya yang sedari tadi tak bisa lepas dari laptopnya itu.
Agny pun menaiki satu persatu anak tangga dan masuk ke kamarnya. Ia lebih senang di sana. Agny yang tiba-tiba merasa cemas lagipun memeriksa barang bawaannya setelah puluhan kali ia periksa. Ia benar-benar memastikan tidak ada barang yang ketinggalan dan ada di dalam tas ranselnya.
Agny yang baru merasa puas pun menaruh tas ranselnya di meja belajar pribadi miliknya bersama botol minum biru kecil di sampingnya.
Ia sudah benar-benar siap untuk ke sekolah besok pagi.
Drrrrttttt drrrrrttttt
Alarm yang berada di nakas samping tempat tidur Agny berbunyi. Alarm membangunkan Agny lebih pagi dari biasanya.
Gadis kecil itu pun membuka matanya perlahan dan beranjak dari tempat tidurnya. Lalu Agny mematikan alarmnya yang belum berhenti sebelum Agny menyentuhnya.
Agny pun bergegas mandi dan menyiapkan baju seragam sekolahnya. Setelah 15 menit Agnypun keluar dari kamar mandi, menuju ruang ganti pakaian dan memakai atribut seragam sekolah hari pertama nya.
Baju putih yang lembut dan rok merah yang terlihat masih kaku karena baru di beli mama. Selepas itu, tak lupa Agny bercermin dan memasangkan dasi sekolah dasarnya itu di kerah bajunya.
Rambut cokelat sepundak gadis itu disisirnya perlahan-perlahan. Agny menata rambutnya yang legam itu menjadi tatanan rambut yang rapih. Lalu, ia menjepit sisi kanan rambut nya dengan jepitan pita miliknya.
Agny kecil begitu cantik dengan seragam sekolahnya.
Agny yang sudah siap itupun memakai tas ranselnya dan keluar dari kamar, bersiap untuk sarapan.
"Pa, mama sudah berangkat?" Agny yang tengah memijak anak tangga terakhir.
"Mama sedang siap-siap. Itu sarapanmu sudah di siapkan oleh mama." Ujar papa yang sedang mengolesi selai cokelat hazelnut di roti lapisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, OCD!
Fiksi RemajaSetelah lulus dari sekolah, agny riqaya merasa ada yang tidak beres dengan dirinya, apalagi pikirannya yang semakin kacau. Ia melakukan cuci tangan berulang, mandi yang lama hingga berjam-jam dan hal-hal lain yang ia lakukan seperti semacam melakuka...