Cinta Sejati

22 3 0
                                    

Sekolah menengah yang ia jalani telah usai. Kini semua hal yang ia pikirkan hanya tersisa kenangan yang terus melintang tiada henti di pikirannya, terutama cinta yang amat ia cari.

Kisah asmara yang ia lalui terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu pahit untuk dikenang. Kini, ia hanya bisa menatap kenangan indah itu dibalik layar samar, tersenyum dengan kenangan dan termenung oleh kenyataan. "Apa yang akan terjadi jika aku menyatakannya pada waktu itu?" gumamnya termenung. Ia semakin larut dalam khayalan. Menyesali apa yang ia lalui, menyesalkan apa yang ia telah selesaikan. Ia hanya bisa tersenyum cemburu melihat pujaan hatinya bersama orang lain, ia hanya bisa termenung melihat kekasihnya dimiliki orang lain.

Setelah menjadi "penasihat cinta" para pujaan hatinya, ia dihantui oleh dua perasaan. Entah harus bahagia melihat pujannya mendapat pasangannya atau sedih karena tidak bisa memiliki kekasihnya. Pikiran itu terus menerus menghantuinya. Semakin ia mengenang, semakin menjadi pula perasaan itu.

Di penghujung bulan, di waktu malam, langit menunjukkan berliannya di angkasa. Ia bergegas menghampiri berlian itu di lapangan favoritnya. Berbekal handphone dan sehelai jaket ia berlari menyusuri gelapnya jalan setapak menuju lapangan. Ia mengatur handphone nya untuk merekam momen berlian itu, lalu dengan segudang kecemasan yang ia tampung dalam pikiriannya, ia berbaring beralaskan tanah menatap hamparan berlian yang tersusun rapi di angkasa. Rasi bintang Orion tepat berada di depannya, di kelilingi oleh untaian-untaian bintang yang tak kalah memanjakannya. Melihat indahnya bintang bertaburan, ia tersenyum pada kenangan yang seketika melintas di antara gugusan bintang. "Andai kisah yang kualami ini seindah gugusan bintang itu, akan sebahagia apa hidupku ini".

Hal yang indah, tak tentu berakhir indah. Dan hal yang buruk belum tentu berarti buruk. Semua yang terjadi di dunia ini pasti memiliki hal tersembunyi di dalamnya. Layaknya cinta, Cinta adalah suatu perasaan yang tak tergantikan indahnya, namun dibalik semua keindahan itu, pasti terdapat hal yang jauh lebih indah didalamnya. Kita tak bisa memilikinya, namun kita masih bisa mencintainya. Kita tak bisa mendapatkannya, namun kita masih bisa menyayanginya. Apa yang telah kita cintai, tak peduli jarak sejauh apapun, kita akan terus mencintai hal itu. Jangan mencintai seseorang dengan sebuah alasan, karena cinta itu akan hilang seiring dengan hilangnya alasan itu.

Semakin larut ia termenung dalam lautan kenangan, semakin banyak harapan yang terlontar di dalam pikirannya. Entahlah, ia hanya bisa menatap langit yang begitu memukau dengan diiringi tangisan hati yang syahdu. Entah kemana lagi ia akan mencari tempat berlabuh, entah perasaan apalagi yang akan dinaunginya, entah siapa lagi yang akan menjadi tumbal perasaannya. Entah, entahlah. Cinta adalah perasaan yang murni dari lubuk hati, dan tahu kemana ia akan berlabuh. Hanya waktu yang akan menentukan, hanya waktu yang bisa memastikan. Apakah akan seindah bintang di langit atau akan lebih buruk dari gelap gulitanya malam. Entahlah, apa yang akan terjadi itulah yang akan terjadi. Entahlah,.

Semakin larut malam, semakin syahdu pula para gugusan bintang menari di angkasa. Bersinar saling menatap, saling berbaris membentuk gugusan. Bagaikan gugusan bintang, cinta adalah sebuah ikatan yang akan terjalin indah jika saling mengerti satu sama lain. Ah, sudahlah. Kenangan akan berlalu, kenyataan akan datang. "Tuhan, jika kau kehendaki, aku ingin sekali saja meraih tangannya, berdua dalam tawa, bahagia dalam asmara. Namun apa daya, inilah aku. Aku mencintainya, Tuhan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lalu Yang Berlalu LalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang