Angin sore hari itu terasa sejuk menyapa kulitnya, ditemani suara gemercik air sungai yang kini mulai membasahi kakinya. Gaun yang ia kenakan juga ikut terkena air pada bagian bawahnya, sedikit ia mengangkat gaunnya agar tidak terlalu basah.
Malam hari nanti ia berencana untuk membuat makanan dari ikan, Elenna sangat suka ikan apalagi jika ikan itu dibakar. Kakek Edward sedang membersihkan sisik ikan di sisi kirinya, ia yang menangkap ikan. Kali ini tidak ada Mike seperti biasanya, jika ada Mike mungkin Ellya tidak akan basah-basahan seperti ini.
Tinggal di pedesaan yang jauh dari kerajaannya sangatlah berbeda, di Domus Aurea sana, beberapa orang masih memakai gaun dan pakaian yang mewah, menandakan status sosialnya entah itu sebagai Duke atau seorang Viscount sekalipun.
Tetapi, di desa Baiae ini, pakaian yang digunakan sehari-hari oleh penduduknya berbeda, terkesan lebih sederhana dan sangatlah nyaman, bahkan Ellya tidak perlu memakai pengecil pinggang—korset—sama sekali seperti saat ia masih berada di Osellia. Hal itu tentu saja membuatnya lebih leluasa bergerak.
"Dapat."
Ellya berseru saat ia mendapat tangkapan ikan yang cukup besar, melebihi panjang lengan atasnya. Ia langsung saja membawa ikan itu kepada kakek Edward, dengan senang hati kakek Edward menerimanya.
"Wah, makan malam ini akan membuat kita kenyang hingga minggu depan," canda kakek Edward.
Ellya tertawa kecil, "benar sekali, jika itu hanya dimakan Elenna saja."
"Ya, kau benar. Anak kecil itu sangat mencintai makanan apalagi makanan yang dimasak olehmu."
"Nah, ini yang sudah aku bersihkan bawa segera pulang sisanya biar aku yang akan membawanya."
"Baiklah," jawab Ellya.
Ia membawa wadah berisi ikan-ikan yang telah dibersihkan ke rumahnya. Mike sedang ada urusan di kota dan akan berada di sana mungkin selama satu minggu, itu katanya. Tetapi, Ellya juga sebenarnya tidak memerlukan alasan Mike untuk pergi ke sana, yang butuh penjelasan Mike adalah Elenna.
Mereka berdua itu jika dekat akan bertengkar, tetapi saat berjauhan akan saling merindukan. Mike pernah, waktu itu ia harus pergi ke pusat untuk urusan sesuatu. Ellya yang tiba-tiba mendapat kiriman sesuatu itu heran, ternyata bingkisan itu berasal dari Mike yang ditujukan kepada Elenna. Di dalam bingkisan itu terdapat beberapa mainan dan baju khusus untuk Elenna.
"Aku punya papa!"
Ellya terkejut mendengar teriakan yang ia kenal itu, segera ia melihatnya. Ternyata Elenna yang berada di belakang rumah bersama segerombolan anak perempuan dan ia melihat Romeo di sana. Ia menghela napasnya, ditaruhnya wadah ikan ke dalam rumah selanjutnya bergegas menemui Elenna yang sedang diganggu.
"Anak haram, anak haram," ledek salah seorang anak berambut pirang sembari menjulurkan lidahnya mengajek.
"Elenna bukan anak haram!"
"Buktinya kamu tidak punya papa seperti kita," balas Romeo.
Elenna enggan menanggapi lagi, tetapi langsung saja Ellya memeluk Elenna dan berbicara kepada anak-anak itu. "Pulanglah anak-anak, sebentar lagi matahari terbenam dan monster-monster akan memakan kalian kalau tidak cepat sampai di rumah."
Bagus Ellya, sekarang ia pandai menipu anak kecil. Mereka semua lantas berlari ketakutan dan kembali ke rumahnya. "Romeo jahat," ujar Elenna.
"Sudah, tidak apa-apa. Ayo bantu Mama, malam nanti kita akan memasak ikan bakar."
Mata Elenna langsung terbuka, masakan kesukaannya satu lagi memang tidak bisa berbohong untuk memikatnya. Elenna lantas semangat lagi dan dengan riang melangkah menuju rumahnya untuk membantu sang Mama menyiapkan bumbu dapur yang diperlukan.
"Kenapa wajah Elenna masih kesal?"
"Kalau saja Elenna punya Papa, Elenna tidak akan diejek Romeo. Memangnya Elenna benar-benar tidak punya Papa, ya?"
Ellya terdiam sejenak sebelum menjawabnya.
"Punya, Elenna punya Papa yang pemberani jauh di sana."
Elenna nampak tertarik dengan jawaban Mamanya, benarkah ia memiliki papa? Lantas mengapa ia tak pernah mendapati Papanya pulang atau sekadar melihatnya.
"Jauh di sana itu di mana? Apa Elenna nakal jadi Papa tidak mau melihat Elenna?"
Anak kecil dan segala keingintahuannya, mau tidak mau ia harus menjawab segala pertanyaan dari putrinya itu.
"Jauh sekali, butuh waktu lama untuk sampai di sana. Jadi, bukan karena Elenna nakal, nanti kita pasti akan bertemu dengan Papa. Jadi ... Elenna jangan bersedih lagi, ya?"
Elenna mengangguk, "Elenna janji akan jadi anak yang baik, jadi Papa akan datang dan membawa boneka seperti Papanya Julia."
Obrolan itu terus berlanjut, tiada hentinya Elenna menanyakan tentang Papanya dan bagaimana rupa Papanya. Matahari sudah terbenam, semburat kemerahan menutupi birunya langit yang kian gelap.
Kakek Edward sudah kembali sedari tadi dan sudah menyiapkan seperti tungku dari tanah liat untuk membakar ikannya. Ia juga telah menyiapkan tenda kecil sehingga mereka bisa menikmati makanan di luar sembari melihat ke arah bintang-bintang.
"Wah, semua ikannya berenang ke perut Elenna."
Dengan telaten Ellya menyuapkan dan memilih daging ikan agar Elenna tidak tersedak durinya. Mereka semua tertawa saat ikan terakhir akhirnya dimakan oleh Elenna. Suasana hangat ini pernah Ellya rasakan, sewaktu bersama Duke Ellington.
"Ini pakailah uang untuk ke kota membeli baju Elenna."
Selesai makan, Elenna langsung jatuh tertidur di tenda dan Ellya segera memindahkannya ke kamar. Kakek Edward sedang membaca surat kabar yang pagi tadi sampai, ia melihat Ellya keluar dari kamar dan memberikan sejumlah uang untuk Ellya belanjakan.
"Tapi ini terlalu banyak, kakek tidak ikut?"
"Aku punya banyak baju yang tidak terpakai, festival nanti kalian harus tampil cantik. Jadi, gunakan uang itu untuk membeli baju dan perlengkapan kalian selama perjalanan nanti ke Domus Aurea."
"Itu masih tiga minggu lagi, dan kita akan berangkat lima hari lagi."
"Benar, tetapi apa kau yakin memakai pakaian seperti itu di festival? Aku ingin semua orang melihat bahwa anak dan cucuku adalah yang paling cantik di Domus Aurea. Jarang sekali wanita yang memiliki rambut merah seperti wortel sepertimu," canda Kakek Edward saat mengatakan kalimat terakhir.
Di desa Baiae ini, hanya Ellya dan Elenna yang memiliki rambut berwarna kemerahan. Kebanyakan penduduk ada yang berwarna pirang dan hitam kecoklatan. Begitupun dengan matanya yang berwarna biru laut, kebanyakan warga desa ini berwarna kuning kehijauan seperti Kakek Edward dan Mike.
"Besok Mike yang akan mengawal kalian. Aku tidak bisa ikut karena harus memberikan makan kuda dan sapi-sapi itu."
"Bukankah Mike sedang berada di kota sekarang?"
"Benar, besok aku hanya akan mengantar kalian sampai ujung desa selanjutnya Mike yang akan mengawal kalian berdua."
"Padahal tidak perlu dikawal, kami bisa menjaga diri. Ilmu bela diriku masih ada," balas Ellya agak keberatan.
"Baiklah-baiklah, ilmu bela dirimu masih ada. Tetapi bagaimanapun tetap Mike yang akan mengawal kalian."
Ellya hanya mengangguk patuh, bagaimanapun uang yang digunakan adalah uang milik Kakek Edward. Jadi, ia tak memiliki kuasa untuk menolaknya."
"Lain kali jangan berbohong kepada Elenna, meskipun dia masih kecil tetapi diumurnya ia bisa berpikir tentang keberadaan papanya."
Kakek Edward ternyata mendengarnya berbicara dengan Elenna tadi. Lantas, bagaimana Ellya harus bilang kepada Elenna, jika Duke Ellington saja tidak tahu akan keberadaan Elenna.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious || TDS 2 [Slow Update]
Historical Fiction[Bukan Transmigrasi] The Duchess Secret Book 2 Baca dulu The Duchess Secret