"Elenna!"
Sosok kecil yang baru berumur lima tahun itu berlarian dari ladang menuju seseorang yang memanggil namanya. Musim panas tahun ini memberikan kebahagiaan tersendiri, pun, membuat tubuh gadis kecil itu mengeluarkan peluh bercucuran, padahal ia hanya berlari dengan jarak yang tidak terlalu jauh.
"Mama, besok Elenna ikut tanam itu lagi." Itu bukan pertanyaan, akan tetapi pernyataan dari Elenna yang kini sedang fokus minum susunya.
Mereka berdua duduk di bawah pohon beringin yang rimbun daunnya, sehingga cahaya matahari tidak langsung terkena kulit. Seseorang yang dipanggil 'Mama' oleh Elenna itu, sedang membetulkan beberapa anak rambut yang berantakan dan juga menyeka keringat putrinya.
"Tidak capek?"
Ellenna menggeleng, ia tidak bisa menjawab karena mulutnya kini penuh dengan roti strawberry kesukaannya.
"Mama ... Elen mau tanya. Anak haram itu apa?"
Tangan yang sedang mengepang rambut Elenna itu terhenti sesaat, ia kemudian melihat wajah anaknya. Kenapa anak kecil ini bisa mengetahui hal yang belum sepantasnya diketahui.
"Elenna dengar dari siapa, kata 'anak haram' itu?" Tangannya tetap lanjut mengepang hingga simpulan terakhir.
"Romeo, Mama. Kemarin waktu ulang tahun Ratasya, Romeo bilang kalau Elenna itu anak haram dan tidak boleh berada di ulang tahun Ratasya." Anak itu kian penasaran akan arti 'anak haram' akan tetapi Mamanya tak kunjung menjawab.
"Elenna jangan pernah bilang seperti itu lagi, ya? Itu adalah ucapan yang buruk, Elenna, kan tahu, ucapan buruk tidak disukai oleh siapa?"
"Mama dan kakek," jawab Elenna.
"Pintar." Mamanya kemudian memeluk anak perempuan itu dan mengusap lembut punggungnya.
Elenna memposisikan diri dengan tidur di atas kain yang dibentangkan oleh Mamanya, kepalanya berada di pangkuan sang Mama. Elenna merasa kenyang karena berhasil memakan empat roti strawberry sekaligus.
Mamanya mengusap perlahan kepala Elenna dan satu tangannya menepuk paha Elenna, tak sampai lima menit Elenna sudah menguap beberapa kali. Hingga mata Elenna menutup sempurna dan jatuh tertidur dipangkuan Mamanya.
Ia membiarkan Elenna tertidur beberapa saat baru kemudian akan memindahkan Elenna kedalam rumah yang letaknya tak jauh dari ladang. Baru memindahkan posisi Elenna agar lebih nyaman tiba-tiba seseorang datang.
"Biar saya yang membawa Elenna," ujar pemuda bernama Mike itu.
"Tidak perlu–"
"Tidak ada penolakan, anda tahu anak ini semakin subur dan saya yakin anda akan kesusahan saat membawanya dengan itu," tunjuk Mike pada keranjang makanan dan juga kain yang dibentangkan tadi.
"Baiklah, tolong tempatkan Elenna di kamarnya."
Selepas kepergian Mike yang menggendong Elenna. Ia kemudian menyusul seorang paruh baya yang dipanggil kakek oleh anaknya itu untuk makan siang.
"Ellya ..."
"Tolong ambilkan tali itu, punggungku rasanya mati rasa."
Iya, itu adalah Ellya Forester. Enam tahun lalu, seharusnya ia sudah tidak ada di dunia ini. Bahkan, seharusnya kepalanya tidak menyatu dengan tubuhnya seperti saat ini.
Namun, itu semua adalah cerita yang panjang. Meski dulunya ia adalah seorang Duchess, dan gelar itu sudah tidak bisa ia pakai. Ia bisa hidup seperti rakyat biasa, jauh dari Osellia.
Sangat jauh.
Dengan cekatan Ellya memberikan apa yang paruh baya itu butuhkan. Beliau adalah seorang Baron yang menemukan Ellya tergeletak tak berdaya di tengah hutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious || TDS 2 [Slow Update]
Ficción histórica[Bukan Transmigrasi] The Duchess Secret Book 2 Baca dulu The Duchess Secret