buku ini udah tamat tapi jangan lupa untuk tetap vote dan comments, thanks for come in.
Pagi itu, Reyhan kebangun dengan keadaan basah karena peluh. Waktu dia ngeraup wajahnya pakai satu tangan, Reyhan agak kesentak kecil waktu ternyata dia nangis.
Mimpi itu datang lagi, Reyhan gak ngerti kenapa bisa sebuah mimpi bisa keulang-ulang dan makin lama malah makin jelas.
Gimana tatanan Altar itu.
Gimana kesan sakit dan nyesek yang jadi satu.
Gimana merah darah yang mengalir dari luka di dada dan perutnya.
Kebayang banget sakitnya, Reyhan takut banget. Tapi, ketika dia mau teriak dia gak bisa dan malah sesak napas. Ketika dia mau panggil Ayah sama Kokoh, Reyhan malah gak bisa lihat apa-apa dan habis itu terkejut sendiri dan bangun dari mimpi.
Memikirkan itu, bikin Reyhan jadi bengong terus selama sarapan, sampai dia gak sadar Kokohnya udah di rumah, datang dari Surabaya tadi subuh, sendirian. Sedih.
"Kamu nggak ngeh ada Kokoh disini?" tanya Helios, bikin Reyhan kesentak waktu dia ngehentak mugnya di atas meja makan.
"KOK?!" nah, kaget sendiri deh, "Kokoh kapan sampai?!" serunya panik.
"Yee, kenapa pula bocah ini?" tanya Kokoh dengan wajah heran, "tadi subuh, Kokoh gak masuk kamar kamu soalnya dikira masih tidur, malas di gebukin kalau ganggu," kata si Kokoh sambil inget betapa bar-bar adik sepupunya ini.
"Koh," panggil Reyhan sambil nyangga kepalanya pakai tangan, Helios yang lagi chatan sama temen kampusnya ngalihin atensi sekilas.
"Kenapa? mau minta duit?" tanyanya.
"Enggak, Koh, serius deh," kata Reyhan.
"Lalu apa? Tampang kamu kayak yang lagi banyak utang gitu," kata Helios santuy.
"Koh, pernah mimpi buruk gak?" tanya Reyhan.
"Ya pernah lah," kata Helios, "mimpi buruk ya kamu?" tanyanya.
Reyhan ngangguk, "tiga kali mungkin ya Koh, mimpi yang sama pula," curhatnya pagi itu.
"Emang bisa begitu ya, Koh?"
Helios ngelirik muka Reyhan yang serius banget itu. Serius keliatan lelah dan frustasi di satu waktu.
"Kalau lo ngalamin itu, berarti ya bisa," kata Helios sekenanya. Sangat gak membantu, tolong.
Reyhan diem, nasi goreng buatan Bi Diah gak di sentuh, rambut birunya dia usak sampai acak-acakan.
"Ya udahlah, gue berangkat dulu," kata Reyhan, nyeret langkah keluar rumah, Helios nyusulin di belakangnya, cowok tinggi yang cuma pakai celana selutut dan kaos ketekan itu nyandar di kusen pintu utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] One in A Billion [WonJay]
Fiksi PenggemarSequel dari Babysitting Bad Boy, dari semesta yang berbeda, One in a Billion : Janji Wira. pernah di : #3 on #jay #1 on #lokal #1 on #junhyuk #4 on #niki #3 on #heeseung #8 on #jeongwoo #1 on #sungjay #1 on #jeongharu #1 on #sungjay