"We are strong if we are always together"
Tulisan yang terpampang jelas di dua kamar yang pastinya vibes nya berbeda, yang kamar si sulung dipenuhi oleh lukisan-lukisannya serta husbu-husbu dari berbagai dimensi. Sementara kamar si bungsu dipenuhi dengan suami-suami Koreanya.
Tidak lupa juga foto-foto kenangan yang ditempel di sudut dinding dimulai dari foto saat mereka bayi hingga saat ini.
Didepan pintu masing-masing tertempel ukiran nama "Nada" dan "Melodi". Kamar yang saling berhadapan di lantai dua itu, jika kalian memasukinya seperti melihat dua dunia yang berbeda meskipun begitu soal halu mereka sama.
Melodi alias si bungsu yang paling susah untuk bangun pagi membuat Nada harus menenteng sebuah bantal dan bersiap memukul adiknya itu.
Bugh bugh
"Bangun pemalas! Jam berapa ini? Saatnya kuliah" ucapnya yang terus saja memukul sang adik dengan bantal.
Tidak sakit justru Melodi merasa seperti dipijat.
"Ya ampun anak ini kenapa susah sekali untuk bangun, Mel bangun gak lo! Jam berapa ini nanti telat!" ucapnya lagi lalu menarik selimut Melodi.
"Kakak apaan sih, ganggu banget tau" jawabnya lalu kembali memasang selimut.
"Lo kan ada jadwal kuliah, jangan males jadi orang tuh! Udah semester 3 Mel"
"Ya kenapa kalo udah semester 3? Yang penting titip absen aja udah" jawabnya dengan enteng.
"Lo gak kasian sama gue? Gue cari duit buat kuliahin lo Mel"
"Gue gak minta kak" ucapnya di bawah selimut.
Nada menghela nafasnya, pagi harinya tidak pernah terasa normal karena setiap hari ia harus bertengkar dengan adiknya seperti ini.
"Bangun cepet!"
Nada sudah tidak bisa menahannya, lantas ia menarik paksa Melodi untuk bangun.
"Gue gak mau kak!"
"Berani lo bentak gue?"
"Udah berapa kali sih kak gue bilang? Dari awal gue gak pernah mau buat kuliah, gue pengen lulus sekolah langsung kerja buat bantuin keluarga tapi lo ngotot buat gue kuliah"
"Ini demi kebaikan lo, gue pengen yang terbaik buat adik gue. Apa itu salah hah?"
Melodi sejujurnya muak dengan kalimat yang selalu dilontarkan kakaknya, seolah dirinya adalah tanggung jawab yang harus ditanggung oleh sang kakak padahal dirinya mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
Egois? Baginya tentu tidak. Justru ia egois jika membiarkan sang kakak terus-menerus berkorban untuknya.
Disisi lain bagi Nada, sang adik adalah segalanya baginya. Mereka hanya dua bersaudara, sebagai kakak ia hanya ingin sang adik hidup lebih baik darinya maka dengan itu ia rela untuk melakukan apa saja agar hidup sang adik terjamin.
"Mandi Mel, siap-siap terus sarapan ke bawah" ujarnya lalu berjalan meninggalkan kamar Melodi.
"Kak, gue gak pengen jadi beban lo"
"Lo bukan beban Mel, lo adek gue" ucapnya tanpa menoleh kebelakang.
Selepas menutup pintu kamar Melodi, Nada hanya mampu menghela nafasnya. Ia menatap ke atas lalu bersandar di pintu.
Hal yang sama dilakukan Melodi, ia tahu bahwa sang kakak belum benar-benar pergi dan ia masih berdiri di balik pintu maka dari itu Melodi mendekat ke arah pintu dan bersandar.

KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER
Teen FictionIni kisah tentang dua saudara perempuan, si sulung dan bungsu. Nada Kaluna Gantari, wanita karir yang berusia 24 tahun bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan. Sebagai sulung ia memiliki kewajiban untuk menjaga keluarga dan juga adiknya, tanggu...