Pukul 06.47 WIB
Lisa bertolak pinggang tatapannya beralih pada pemandangan jalan didepannya yang masih terlihat sepi, ia baru saja berhenti dari lari paginya yang sudah menempuh waktu lumayan lama dan jarak yang lumayan jauh karena lari paginya kali ini melewati 5 komplek.
Lisa memang setiap subuh akan lari pagi untuk menjaga tubuhnya tetap vit, ia juga berlatih karate diwaktu senggangnya.
Beberapa orang terlihat menyapa lisa sebelum mereka pergi. Lisa orang yang senang bergaul dan terkesan ramah pada lingkungan sekitar itu sebabnya beberapa orang menyapanya.
Sekitar 10km lagi mungkin ia akan sampai pada rumahnya. Nafasnya terlihat memburu dan peluh keringat sudah mengalir di sekitar dahi dan pelipisnya.
Ia mengganti lagunya yang sedari tadi berputar mengisi telinganya dengan dentuman. Ia memakai earphone untuk mendengar lagunya lebih jelas. Berhenti sebentar dia mengatur sedikit volumenya kali ini, ia menyetel album lagu dari vierra, sedikit melow tidak apa-apa fikirnya.
Lisa mulai berlari kecil lagi karena rumahnya sebentar lagi akan segera terlihat, sudah memasuki hampir jam 7 sekarang baru terlihat beberapa tetangganya yang keluar dari rumah entah itu membeli sayur di warung, membawa peliharaannya berjalan-jalan, menjemur bayi, atau berangkat kerja di hari weekend.
Lisa tersenyum senang karena tinggal melewati 2 rumah lagi ia akan sampai pada pekarangan rumahnya.
"Lisa!" Suara keras itu menarik atensinya, sang empu menoleh untuk mencari letak suara. Ia melihat ketua RT melambaikan tangan kepadanya, dengan segera ia memutar kembali tubuhnya untuk menghampiri sang RT setempat.
"Pagi pak." Lisa duduk di samping pak RT yang tengah berada di pos ronda bersama satu tetangganya yang lain, lisa melihat mereka membawa sarung yang di selempangkan pada tubuhnya, habis meronda mungkin fikir lisa.
"Pagi nak wedok." Pak RT membagikan senyum paginya kali ini.
"Udah lama kayanya bapak ga liat neng lisa, kemana aja?" Tanya pak RT tersebut, namanya bapak suryo.
"Iyanih lisa lebih sibuk di kampus akhir-akhir ini, jadi udah mulai sedikit waktunya untuk dirumah sama untuk buka bengkel." Jelas lisa.
"Rajin banget calon mantu bapak, sama aja kaya si suho, dia juga lagi sibuk-sibuknya kerja lapangan, ya namanya juga udah mau jadi AL ya." Lisa meringis kecil yang ditutupi dengan tawanya.
'maap pak, yang ada anak bapak jadi boti kalo sama saya' lisa bersenandika didalam hati.
Pak suryo mendorong teko kecil berisi teh hangat kepada lisa. Lisa hanya mengangguk untuk menerimanya.
"Lisa emang udah semester berapa?" Tetangga lisa alias pak munir yang sedari tadi menyimak akhirnya bergabung dengan obrolan mereka.
"Semester empat pak."
"Cepet banget ya, perasaan waktu awal kesini baru mau masuk kuliah."
Lisa hanya tekekeh untuk membalas perkataan itu.
"Nak lisa mau ga kalo suatu saat bapak mau ngejodohin suho sama kam—"
Tin!
Suara klakson mobil berhasil menghentikan percakapan mereka, tiga orang itu dan beberapa tetangga terlihat bertanya-tanya dengan mobil asing yang baru saja berhenti pada rumah kosong di samping rumah Lisa.
Satu orang keluar dari mobil, ia memakai rok mini dengan kaus ketatnya seperti anak muda, wanita itu sedang mencoba membuka gerbang kecilnya, pagar itu memang hanya setinggi pinggul lisa dan terdapat beberapa kawat tajam untuk mencegah maling masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAZZLE
FanfictionDengan pipi lebam aku mampu tersenyum membatu, namun bertemu denganmu sekali lagi bahkan tidak ada dalam ekspetasiku - LISA Jika kamu masih menggenggam kebebasan, apa aku boleh menarik sedikit dunia mu? - JENNIE ini JENLISA. GXG PURE. Don't copy my...