04

474 69 27
                                    

Hari sudah menjelang pagi ketika tiga orang berjalan terhuyung dengan seorang mabuk di tengah nya. Mereka memasuki pekarangan rumah besar sampai akhirnya mencapai pintu dan memencet bel. Terlalu dini untuk seseorang bangun di jam seperti itu, tapi tidak ada cara lain lagi.

Beberapa menit hinga akhir nya pintu terbuka, wanita cantik di balik pintu mencoba memfokuskan pandangan setelah bangun dengan tiba tiba.

"Lisa, maaf mengganggu waktu istirahatmu. Tapi aku harus mengantar jennie karena dia sangat mabuk."

Salah seorang diantara nya bicara dengan lirih dan penuh hati hati. Jennie yang berada ditengah sudah tidak sadarkan diri, dia minum terlalu banyak malam ini.

Setelah menyadari bahwa istri nya dalam kondisi yang memprihatinkan. Lisa segera mendekat dan mengambil jennie dengan lembut, merubah posisi pada kedua tangannya. Bergaya seperti pengantin baru, lisa mengangkat jennie.

"Masuklah unnie, biar aku yang membantu nya."

Irene mengikuti langkah lisa sampai pada kamar mereka. Meletakkan tas dan sepatu jennie yang memang dia bawa sedari tadi sedangkan seulgi hanya diam disamping nya.

Lisa merebahkan jennie ke atas kasur kamar mereka dengan hati hati. Membuka mantel tebal nya kemudian menarik selimut sampai sebatas dada. Memandang gadis itu sebentar sebelum akhirnya berbalik dan membawa dua orang lain nya keluar kamar.

"Apa yang terjadi?" Tanya lisa penasaran, mereka sudah berada di beranda karena Irene berniat langsung kembali kerumah.

"Entah lah, dia dalam suasana hati yang tidak baik sepertinya. Kemudian kami tidak bisa menghentikannya untuk minum." Irene berhenti sebentar, dia ragu untuk menanyakan satu hal pada istri sahabat nya itu. Kemudian dengan sedikit keberanian, irene memutuskan harus bicara. "Lisa, apakah kalian sedang bertengkar?"

Lisa diam sesaat sebelum membuang nafas nya dengan keras. Dia tau bahwa mungkin candaan yang dia lontarkan tadi membuat jennie kesal. Terkadang lisa melakukan itu hanya untuk memancing emosi istri nya. Selama ini jennie selalu dingin pada nya.

"Ya, aku sempat membuat nya kesal sebelum dia pergi kepada kalian. Aku hanya mencoba lebih dekat dengan nya unnie, aku salah."

Setelah mengucapkan itu lisa menundukkan kepala, dia tau bahwa ucapannya memicu jennie. Lisa masih belum bisa memahami gadis itu sejauh ini.

"Bersabarlah lisa, jennie adalah gadis yang baik. Unnie yakin dia tidak akan mungkin mengabaikan mu terlalu lama, dia hanya masih belum bisa menerima takdir nya. Owh ya, kenalkan ini seulgi kekasih unnie, kalian mungkin bisa berteman."

Irene menarik seulgi lebih mendekat yang langsung mendapat senyum dari lisa. Dengan gerakan cepat lisa mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Lisa Manoban, panggil saja lisa."

"Seulgi, kau bisa memanggilku sesukamu lisa. Senang berkenalan dengan mu. Owh ya maaf seperti nya kami harus pergi."

Lisa menganggukkan kepala, menyetujui bahwa mereka memang harus pulang di jam seperti ini. Mereka belum tidur semalaman dan harus direpotkan dengan istri nya.

"Terima kasih banyak unnie, seulgi. Lain kali aku akan mentraktir kalian sebagai ucapan Terima kasih."

Irene mengangguk, kemudian menarik seulgi meninggalkan lisa yang langsung menutup pintu dan berjalan cepat ke arah kamar nya. Dia harus melihat istri nya dan menemani pagi ini, karena memang masih akhir pekan jadi lisa memutuskan untuk berada dirumah.

Lisa masuk ke dalam kamar mereka, melihat gadis yang masih tertidur nyenyak di balik selimut. Dengan senyum mengembang, dia membuka sedikit sisi selimut untuk bergabung dengan istri nya diatas kasur empuk. Perlahan, mengangkat kepala gadis itu yang tidak terganggu sama sekali kemudian menyelipkan lengannya untuk menjadi bantalan kepala jennie.

EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang