Sudah sangat larut ketika lisa kembali ke rumah. Dia berfikir mungkin jennie sudah terlelap di jam seperti ini jadi dia tidak harus berpapasan dengan gadis yang lebih tua itu.
Semenjak obrolan panjang nya dengan jiso, lisa menjadi sedikit merasa bersalah. Dia yang menyebabkan seorang gadis keluar dari jalur nya dan berubah drastis menjadi seorang yang terlihat tidak berperasaan. Bahkan jennie selalu menunjukkan bahwa hidup adalah hal yang tidak penting lagilagi di depannya.
Semenjak permintaan cerai jennie di tolak oleh kedua orang tua nya, dia meningkatkan lagi perisai pertahanan dalam diri agar lisa sama sekali tidak dapat masuk ke dalam nya. Bukan hanya mengabaikan, bahkan seperti nya jennie tidak berniat menjadikan lisa walau hanya sebatas teman.
Melangkah masuk dengan perlahan, lisa terdiam sejenak. Mata nya mengelilingi ruangan yang sudah cukup gelap dalam rumah nya. Tapi kemudian dia melihat seberkas cahaya terang dari ruang makan. Dengan penasaran lisa melangkah kan kaki nya ke arah cahaya itu.
"Jennie"
Lisa terkejut, sebuah suara keluar dari mulutnya. Dia tidak menyangka jennie yang menjadikan ruang makan nya terang di waktu semalam ini. Apakah ada sesuatu dengan gadis itu? Setau lisa, jennie tidak akan meninggalkan kamar nya saat malam hari. Dia akan selalu bersembunyi di dalam kamar nya.
Gadis itu menoleh ke arah yang lebih muda, secangkir kecil yang mungkin adalah teh sedang di genggam nya.
"Kau sudah pulang?"
Ucapan jennie membuat lisa semakin kaget, tidak pernah sebelum nya jennie mengatakan apapun ketika melihat nya kembali ke rumah. Tapi memang ini pertama kali lisa pergi tanpa mengatakan apapun.
Tadi nya lisa hanya berniat pergi untuk menenangkan diri dan melupakan perdebatan mereka yang sedikit menyakitkan di pagi hari. Tapi karena begitu menarik nya perbincangan dengan jiso, lisa sampai lupa waktu.
"Ya. Kenapa kau belum tidur? Ini sudah larut dan besok kau pasti bekerja."
Dengan hati hati lisa mencoba mendekat, melihat dengan jelas bahwa jennie penuh dengan kewaspadaan. Pemandangan yang sudah biasa namun kali ini sedikit lebih canggung.
"Aku baru menyelesaikan pekerjaanku. Baiklah, selamat malam lisa."
Jennie meletakkan cangkir itu ke wastafel, kemudian berbalik untuk pergi ke kamar nya. Namun sekali lagi lisa menahan langkah itu.
"Sebentar, ada yang ingin ku bicarakan."
Langkah jennie terhenti dan dia berbalik untuk melihat nya. "Katakan" ucap jennie singkat.
"Maafkan aku atas kesalahanku padamu jennie. Bisakah kita berteman?"
Jennie menatap gadis muda itu dengan perasaan campur aduk. Benarkah ini lisa yang dia kenal arogan dan keras kepala. Bahkan nada nya terdengar sangat rapuh.
Saat pikiran jennie akan lebih jauh, dia akhirnya menganggukkan kepala, perlahan melepas genggaman tangan lisa.
"Ya"
Tidak ada yang lebih membuatnya tenang selain sikap baik dari istri nya. Lisa tersenyum walau sedetik berikutnya jennie hanya berbalik lalu meninggalkannya sendiri di ruang makan. Itu sudah lebih dari cukup bahwa mereka akan memulai pertemanan dengan damai.
•••
Pagi hari, seperti biasa lisa selalu mengacaukan dapur dengan membantu para maid menyiapkan sarapan. Ini adalah langkah baru walau sebenarnya dia sering memasak untuk jennie. Tapi hari ini adalah pertama kali mereka berteman. Jadi lisa berharap jennie menerima maksud baik nya.
Setelah siap segala hal yang mungkin jennie suka untuk dia makan. Lisa menghela nafas, memastikan bahwa itu cukup baik. Kemudian melepas apron nya untuk memanggil istri nya sarapan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego
FanfictionKau tau bahwa wanita sedikit lebih rumit, dan dia belum tertarik dengan wanita seperti nya. Jadi ku rasa dia masuk jebakan ego nya sendiri saat ini. gxg jenlisa