Dari swastamita nampak sang surya yang mengarah kearah barat hingga rembulan yang hadir dilangit gelap. Heizou merasa ada yang janggal, sikap (name) berubah seiring waktu berjalan. Sebab sedari awal ia menyelidiki sikapnya selalu berubah-ubah.
Tapi satu yang tak berubah yakni, memperdebatkan argumentasi yang dimilikinya. Heizou juga bingung dengan perempuan yang diselidikinya.
Pulang pergi Mengitari bentala yang menjadi rute perjalanannya. Membeli beberapa camilan untuk santapan. Heizou heran apapun camilan yang dibelinya (name) bilang suka.
"Padahal nabastala malam cuma warna gelap, tapi banyak yang suka memandangnya."
"Bisa jadi bukan cuma memandang nabastala semata-mata, tapi bulan yang bersinar beserta bintang kecil yang indah."
"Oh begitu, omong omong dari semua planet heizou suka yang mana?"
"Saya lebih demen sama yang namanya bumi."
Perempuan itu tak menjawab menorehkan senyumnya penaka berpadu bak kirana malam yang dipandangi Heizou. Berkesudahan bakal bertanya pada (name) namun tengah bimbang.
"Kalau saja sebut saturnus, saya rela bawakan cincin dari planet saturnus."
"Huh, cincin planet saturnus?" Heizou heran mengernyitkan alisnya.
"Iya cincin planet saturnus tanda cinta yang saya berikan."
"Saya belum bilang sama bumi kalau naksir insan yang bermukim di dalamnya." Sambungnya dengan raut sedih.
Perempuan ilusionis itu berkata seakan-akan mengenal bumi. Seolah bisa berbicara dengan bumi
"Jadi, orangnya siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusionis, 𝗛𝗲𝗶𝘇𝗼𝘂
أدب الهواة𓏭ᱸ ͓ ˓ 𝗜𝗹𝘂𝘀𝗶𝗼𝗻𝗶𝘀, 𝗌𝖾𝗅𝖾𝗌𝖺𝗂√ ˒ ˙ ᴉ 𓂂 (ꗃ) 𝖡𝗂𝗅𝖺𝗇𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗂𝗅𝗎𝗌𝗂 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝖺𝗄𝗎 𝗍𝖾𝗋𝖻𝖾𝗅𝖾𝗇𝗀𝗀𝗎 𝗋𝖺𝗌𝖺 𝖽𝖾𝗇𝗀𝖺𝗇𝗆𝗎. (ꗃ) 𝖲𝗁𝗈𝗋𝗍 𝖺𝗅𝗍𝖾𝗋𝗇𝖺𝗍𝗂𝗏𝖾 𝗎𝗇𝗂𝗏𝖾𝗋𝗌𝖾 𝗄𝗂𝗌𝖺𝗁 𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖻𝖾𝗅𝖺𝗄�...