Semenjak percakapan terakhirnya dengan Gyuri diruang latihan,Mingyu terus merasa ada yang mengganjal dalam hatinya.
Maka dari itu Mingyu menunggu disini, bersandar pada samping kap mobilnya di depan pagar rumah Gyuri.
Setelah menunggu dengan sabar, Gyuri akhirnya muncul dari ujung gang blok perumahannya,baru pulang dengan beberapa barang bawaan ditangannya.
Gadis itu memasang raut wajah kebingungan,persis seperti orang tersesat ketika sedang berjalan menghampiri Mingyu, yang sudah geli sendiri ingin tertawa melihat wajahnya yang lucu.
"Perasaan ini rumah gue? " Celetuk Gadis itu celingukan, melihat ke arah Mingyu dan rumahnya secara bergantian.
"Ya emang ini rumah lo, yang bilang rumah gue siapa?" Tanya Mingyu, menghampiri gadis itu.
"Terus, lu mau ngapain ada disini, papa kan lagi gak ada?" Tanya Gyuri menerima bantuan dari Mingyu yang mengambil alih tas belanjaannya, "makasih."
"Ya emang kalo kesini cuma boleh ketemu papah?"
"Engga gitu. Maksudnya kan biasanya lo kesini mau ngobrol sama papah."
"Kan biasanya, sekarang mau ijin ketemu anaknya nih,mana ya. Kok gak muncul muncul,sampe digigitin nyamuk nih gue dari tadi disini." Canda Mingyu pura pura tak melihat Gyuri di depannya.
"Sukurin. Siapa suruh nunggu disini." Komentar Gyuri seraya memalingkan pandangannya dari Mingyu menuju gerbang rumahnya.
Mingyu yang merasa tak diacuhkan pun akhirnya mulai bernyanyi, "Terlalu sadis caramu." Menyanyikan sebait lirik lagu, yang langsung di potong Gyuri.
"Diem.Udah ayo buruan masuk." Ajak perempuan berambut sebahu tersebut,mempersilahkan Mingyu masuk melewati gerbang rumahnya.
"Gitu dong." Mingyu langsung mengekor masuk ke pelataran rumah Gyuri meninggalkan mobilnya terparkir di depan begitu saja.
"Kok sepi sih? Mama belum pulang ya?" Tanya Gyuri menyadari lampu teras rumahnya yang belum menyala padahal sudah lewat jam enam sore.
"Kayanya, tadi gue ngasih salam juga gak ada yang nyautin. Makanya gue nunggu diluar."
"Kasian. Lo dari jam berapa disini?" Gyuri kembali bertanya seraya mengeluarkan kunci rumah miliknya dari dalam tas.
"Lima." Balas Mingyu singkat, sukses mencuri perhatian Gyuri yang kaget mendengar jawabannya itu.
"Masa sih? Selama itu? Kok lu ngga nge-chat gue? Kan gue bisa buru buru pulang, kalau tau lo kesini, nggak bakal mampir ke cafe dulu sama Yuju,tadi."
"Gak ah, ga dibales."
Gyuri menatap Mingyu dengan poker face-nya "Itukan dulu,sekarang kan beda konteksnya."
Ditatap begitu,Mingyu hanya membalasnya dengan cengiran,meraih kedua bahu gadis itu,mengarahkan nya supaya membelakanginya kembali.
"Iya udah, gapapa. Buka aja dulu pintunya."
Gyuri akhirnya menurut, gadis itu mulai memutar kunci rumahnya dan pintu pun akhirnya terbuka, menampilkan seisi ruangan yang masih gelap, "tapi kan jadinya gue gak enak, bikin lo nunggu."
"Santai aja lah, lagian salah gue juga sih main dateng ke sini gak ngabarin lo dulu." Balas Mingyu mengikuti Gyuri masuk ke dalam.
"Iya juga sih, lo tumben banget tau tau ada di depan rumah gue, sampe gue kira gue yang nyasar ke rumah lo." Cerita Gyuri seraya menyalakan lampu-lampu di dalam rumahnya.
"Tadi muka lo lucu banget sumpah." Komentar Mingyu yang secara alami mengikuti kemana pun Gyuri pergi, jadi asik mengobrol.
"Makanya kan, mana lo dari jauh juga kaya penculik lagi."
"Kok kaya penculik?"
"Ya emang kaya penculik tuh, " tunjuk Gyuri pada depan cermin di sebelah laki laki itu.
Mingyu melihat pantulannya dikaca yang ditunjuk Gyuri, baru menyadari kalau pakaian yang ia kenakan berwarna serba hitam ditambah topi yang senada memang membuatnya terlihat mencurigakan.
Saking sibuknya memperhatikan penampilannya di depan cermin,Mingyu sampai tak menyadari Gyuri sudah mulai berkacak pinggang disebelahnya.
"Lo nggak mau keluar?"
Mingyu akhirnya melepaskan pandangannya dari depan cermin,ia melihat ke arah sekeliling menampakkan pemandangan seluruh kamar perempuan itu, "keluar kok, Nih barang belanjaan lo." Panik Mingyu, baru menyadari kalau ia daritadi berada di kamar Gyuri.
"Yaudah sana, gue mau ganti baju." Pinta Gyuri mendorong Mingyu keluar menuju pintu kamarnya.
"Cepetan ya,gue tunggu depan teras." Balas Mingyu sebelum pintu kamarnya ditutup.
"Mau kemana?" Tanya Gyuri, menyembulkan dirinya kembali dari balik pintu.
Mingyu berbalik, "Nyari makan kedepan."
"Gak ah." Tolak Gyuri, tak terlalu tertarik untuk makan malam.
"Gue yang bayar." Tawar Mingyu seketika merubah pikiran Gyuri.
"Oke,deal."
Setelah menunggu Gyuri berganti pakaian dan mengunci kembali rumahnya.
Kini mereka sudah berjalan bersama menuju arena jajan yang terletak di area depan perumahan Gyuri.
"Gyul, " Panggil Mingyu memecah keheningan diantara mereka.
"Hm?" Tanya Gyuri menolehkan kepalanya.
"Gue kira lu ga pernah naksir orang." Kata Mingyu dengan nada yang serius.
"Maksudnya?"
"Salah, gue kira ngga ada orang yang bisa buat lo naksir." Koreksi Mingyu.
"Emangnya gue batu?"
"Ya siapa tau. Buktinya lo gak pernah suka sama gue."
"Sotau." Kata Gyuri fokus melihat ke arah sepatunya.
"Pernah?" Tanya Mingyu antusias berusaha melihat ke arah wajah Gyuri yang menunduk.
"Nggak sih." Kata Gyuri menghentikan langkah mereka berdua.
"Pulang aja lah." Rajuk Mingyu berbalik ingin pergi.
"Apasi, kan tadi udah janji mau teraktir makan. Ya kaan?" Tahan Gyuri meraih lengan kiri Mingyu, mencoba bersikap imut.
"Cium dulu." Kata Mingyu mendekatkan pipi kirinya pada Gyuri.
"Enak aja, " Protes Gyuri menjauhkan wajah Mingyu. "Makan tuh cium." Omel Gyuri melepaskan kaitan tangannya pada Mingyu.
"Kok ditabok sih Gyul? Sakit tau."
Mingyu mengusap pipinya sebelum menyusul Gyuri yang sudah pergi meninggalkannya berjalan duluan.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfortably Numb [Kim Mingyu]
FanfictionI have become comfortably numb -Jang Gyuri Disclaimer : cerita ini murni hanya fiksi, tidak ada sangkut pautnya dengan real life castnya. Terimakasih.