"Aku pulang."
Dua kata yang terucap dari seorang remaja laki-laki yang baru saja menginjakan kakinya di halaman sebuah rumah sederhana yang sudah ia tinggalkan selama tujuh tahun lamanya.
Tidak ada yang berubah. Itulah yang remaja laki-laki tersebut pikirkan. Atap rumah, teras, taman kecil, halaman, dan warna cat dindingnya pun masih terlihat sama. Bahkan hawa yang ia rasakan pun juga masih sama seperti dulu.
Hawa yang dirinya rasakan adalah hawa khusus yang hanya manusia sepertinya saja yang dapat merasakannya. Manusia istimewa yang memiliki kelebihan unik yang tak banyak manusia lain miliki. Namun, kelebihannya itu tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun. Karena setiap orang yang mengetahui kelebihannya, mereka akan seketika menjauh atau bahkan membully dirinya. Tak terkecuali sang ayah yang dulu pernah hampir membuangnya di suatu tempat karena malu memiliki anak sepertinya.
"Apa ayah dulu menyewa orang untuk selalu membersihkan rumah ini? Atau 'dia' yang melakukan semua ini?"
Seorang wanita yang masih terlihat cantik walau sudah berumur dan yang tidak lain adalah ibu dari remaja laki-laki tersebut, terlihat heran dengan keadaan rumahnya yang terlihat bersih dan rapi. Namun, berbeda dengan sang anak yang sudah memperkirakan jawabannya. Tetapi sang anak tidak memberi tahu jawaban itu pada sang ibu.
Remaja laki-laki dan ibunya kini berjalan memasuki rumah. Saat pintu dibuka tercium aroma harum yang sangat menyejukkan. Hal itu membuat remaja laki-laki tersebut merasa senang. Karena itu adalah aroma yang sangat ia sukai. Aroma yang dapat membuatnya merasa tenang dan nyaman.
Saat dirinya melihat sekeliling, ia melihat suasana di dalam rumah masih sama seperti saat terakhir kali ia melihatnya. Tata letak dan posisi semua barang masih tersusun rapi di tempatnya masing-masing.
Setelahnya, dirinya berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Menuju kamarnya yang sudah tujuh tahun lamanya tak pernah ia buka.
Tercium aroma yang sama seperti aroma saat ia memasuki rumah. Hanya saja, aroma wangi yang ada di dalam kamarnya lebih kuat dan lebih menyejukkan. Hal itu membuatnya merasa senang hingga terukir seulas senyuman dikedua sudut bibirnya.
Remaja laki-laki tersebut lalu membalikkan tubuhnya, menghadap pintu kamar yang masih terbuka. Lalu ia berucap,
"Terima kasih karena telah menjaga rumah ini."
Mata manusia biasa tak akan bisa melihat sesosok makhluk tak kasat mata yang sedang berdiri di hadapan dirinya saat ini. Namun, berbeda dengan remaja laki-laki istimewa sepertinya. Ia dapat melihat sosok yang ada di hadapannya.
Sesosok gadis berwajah pucat dan berambut panjang serta memiliki lesung pipi manis saat senyuman terukir di wajahnya.
"Aku ingin mendengarnya lagi. Dua kata yang kau ucapkan saat kau baru saja sampai di sini. Aku . . . Ingin membalasnya."
Remaja laki-laki tersebut mengukir senyuman hangat diwajahnya. Senyuman yang selama ini sangat dirindukan sosok gadis tersebut. Senyuman dari satu-satunya manusia yang dapat melihat dan berbicara dengan makhluk sepertinya.
.
.
.
"Aku pulang, Winter."
"Selamat datang kembali, Sungchan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝗵𝗲 𝟲𝘁𝗵 𝗦𝗲𝗻𝘀𝗲 : 𝗧𝗵𝗲 𝗦𝗰𝗲𝗻𝗮𝗿𝗶𝗼
Mystery / ThrillerBagi diriku, kemampuan unik yang dimiliki seseorang adalah sebuah keistimewaan. Pemikiran itulah yang dulu selalu aku terapkan. Namun, pemikiran itu berubah saat aku dapat melihat mereka. Awalnya aku menganggap bahwa diriku juga memiliki keistimewa...