kelima

114 13 2
                                    


TW // mention of abusive behaviour , mention of traumatic experience , mention of rape and forced sex , mention of abortion , alpha fight , fist fight , bruises and wounds , slight NSFW mature content , kissing

CW // Angst with fist-fighting

.

.

.

.

.

----

"Ceritanya kalo lo udah siap aja, Rin," ujar Kaffa. Keduanya sedang melakukan sesi deep-talk di kamar mereka di Senin siang yang terik.

Matahari getol banget memancarkan cahaya dan menyalurkan kalor yang membuat Jakarta begitu panas dan terik. Untungnya, hari ini kantor libur karena ada tanggal merah alias libur nasional. Sementara Yael dan Riel pergi ke fasilitas fitness yang disediakan oleh pihak pengelola apartemen, Kaffa dan Serin duduk di dalam kamar, ditemani musik instrumental sambil ngobrol-ngobrol dari hati-ke-hati.

"Tapi lo jangan emosi, dengerin aja. Gue nggak bisa cerita ke mama waktu itu karena mama pikir Radit yang terbaik buat gue...," Serin memulai ceritanya. "Jadi..."

Memori Serin berputar seperti sebuah buku yang tiba-tiba terbuka dan halamannya tertiup angin sebelum membuka ke lembaran yang sembarang terbuka itu. Teringat olehnya perlakuan semena-mena Radit padanya. Serin sebenarnya terpaksa menerima Radit yang dijodohkan dengannya oleh papa dan mama dulu. Serin nggak pernah sungguh-sungguh mencintai Radit dalam hatinya. Banyak hal yang dipaksakan dalam hubungan mereka. Belum lagi tak terhitung banyaknya perlakuan tidak semena-mena yang diterima Serin.

"Gue tau gue Omega, bagian yang seharusnya 'nerima', tapi gue udah berusaha ngelawan, Fa," kilah Serin ditengah ceritanya.

Serin adalah orang yang menganggap 'consent' merupakan hal yang terutama dalam hubungan, tapi tak sedikit pun hal itu diindahkan oleh Radit. Entah berapa kali Radit memaksa Serin untuk menerima ciuman paksa yang dilumatkan ke bibir merah Serin.

Belum lagi tak terhitung berapa kali Radit memaksa Serin untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Entah berapa kali Radit memaksa Serin untuk berhubungan badan dengannya. Serin berusaha menolak, dan semua itu selalu berakhir dengan kekerasan. Radit nggak segan menghina, merendahkan, memaki, bahkan menyakiti Serin secara fisik kalau Serin menolak memenuhi nafsu birahi Radit.

Pemuda Aries itu tak jarang melakukan perlawanan. Namun, meski tinggi badan dan postur Radit lebih kecil dibanding dengan Serin, tenaga sang alpha masih bisa mendominasi dan mengalahkan perlawanan Serin. Dan akhirnya Radit berhasil meninggalkan gigitan kepemilikan itu pun dilakukan secara paksa dan menyisakan trauma yang mendalam pada lelaki jangkung seratus tujuh delapan senti itu. Yang lebih parah lagi, Serin dihamili dan dia memaksa Serin untuk menggugurkan bayi dalam kandungannya.

"Astaga, Rin...," Kaffa cuma bisa meluk sahabatnya dan membelai rambutnya. "Sekarang lo aman, Rin. Dia nggak bakal bisa nyentuh lo kalo ada kita."

"Fa, maaf gue baru cerita sekarang," Serin menangis dalam pelukan Kaffa.

"Sekarang biar gue aja yang nangis kalau lo luka dan jatuh ya, Rin. Lo udah terlalu sering nangis buat gue," Kaffa membelai punggung sahabatnya sambil mencoba menenangkan Serin yang tengah menangis.

"Lho, kok pada nangis-nangisan nih?" kepala Riel menyembul dari balik pintu kamar. Rambutnya yang separuh hitam separuh putih itu basah dan lepek karena habis nge-gym.

"Yel, lo sama Kak Yael mandi dulu aja. Nanti biar Serin istirahat tidur dulu, kasian capek dia cerita. baru habis minum obat. nanti gue ceritain lengkapnya," Kaffa berujar setelah membantu Serin minum obat dokter dan beristirahat.

Stay At Home || JoonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang