All of The Lights Will Lead

32 3 0
                                    




"If you are in a long and dark tunnel, just keep walking towards the light."


🌕🌕🌕

Pagi-pagi sekali Ayumi berangkat ke kampus.

Sendirian.

Ayumi bahkan tidak bilang kepada Kinan bahwa ia akan masuk hari ini.

Tiba di gedung fakultas yang masih sepi, Yumi berjalan dengan tergesa. Rasanya ia ingin segera mendapatkan benda keramat miliknya yang tak sembarang orang boleh melihatnya.

"Ayumi?"

Sebuah suara menyambutnya saat keluar dari lift. Ayumi mengangguk ragu.

"Nih," ucap si pemilik suara yang tentu saja tak Ayumi kenal.

Ayumi menerima benda berbentuk silinder itu kemudian buru-buru memasukkannya ke dalam tas. Ia kemudian mengangkat wajah dan mendapati sosok yang memberinya barang itu sudah masuk ke dalam lift.

Pintu menutup sebelum Ayumi sempat mengucapkan terima kasih.

Ayumi mengalami dejavu. Seperti pernah melihat lelaki itu, tapi tak ingat di mana.

 Seperti pernah melihat lelaki itu, tapi tak ingat di mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌕🌕🌕

"Kenapa lagi?"

Natan duduk dengan menumpukan satu kaki pada kaki lainnya. Tak lupa ia menyeruput es teh yang tersisa setengah gelas di depannya. Minuman itu milik orang lain tentu saja. Tapi pemiliknya tak ambil pusing, terima saja.

Lagipula ia sudah biasa dipusingkan oleh masalah di dalam rumahnya.

"Lo kalau nggak mau pulang ke rumah, tempat gue kan selalu terbuka lebar," celetuk Natan setelah mengembalikan minuman Lingga yang kini tersisa seperempat gelas.

Natan tak sejahat itu untuk menghabiskan minuman sahabatnya.

Namun di luar dugaannya, Lingga menggeleng. Lantas lelaki itu menarik tubuhnya yang semula condong ke meja untuk bersandar ke kursi.

"Ogah, kasur lo sempit," desisnya.

Natan yang mendengar pun memberikan senyuman masam.

"Ya sorry bro, kan gue lagi program menabung untuk masa depan. Jadi ya harap maklum aja kalau kos yang sekarang agak sempitan dikit," ujar Natan membela diri.

"Kamar gue luas noh. Kalau lo mau nempatin," sahut Lingga.

Seketika Natan menyilangkan kedua tangannya ke depan dada khas seperti warga Wakanda.

"Sorry bro, not gonna lie but gue lebih memilih untuk tinggal di kamar kos yang cuma muat satu kasur daripada harus tinggal di neraka," ucapnya dengan senyum jumawa.

Moonlight LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang