Everything Led Back to You

10 2 0
                                    

"I want to stand as close to the edge as I can without going over. Out on the edge you see all kinds of things you can't see from the center."

Kurt Vonnegut









————————————————————————————————————————————————————————————








Bandung, 2014.

Seorang gadis berjalan gontai dengan air mata membasahi pipinya. Rasa marah, kesal, dan kecewa menyeruak memenuhi rongga dadanya. Sesak, itu yang Ayumi rasakan. Ia kecewa dengan kedua orang tuanya.

"Sampai kapan aku harus dipenjara kayak gini? Aku juga mau bebas," isaknya.

Ayumi tidak tahu sudah seberapa jauh ia berlari meninggalkan rumah. Telapak kakinya bahkan terasa begitu perih karena tak memakai alas apa pun.

Tapi, rasa perih itu tak ada artinya jika dibandingkan dengan rasa sakit hatinya. Janji yang tak ditepati oleh dua orang yang paling ia percayai membuatnya merasa seperti menelan pil yang pahitnya berjuta-juta kali lipat dari yang biasa ia konsumsi setiap hari.

Ayumi lelah dengan hidupnya, tapi saat ia tak sengaja melihat seorang lelaki tengah berdiri di tepi jembatan, hatinya tergerak untuk mendekat. Ia berlari sekuat tenaga ketika melihat sosok itu mulai menaiki besi pembatas jembatan.

"Hey! Jangan lompat!"

Dengan tubuh kecilnya, Ayumi menarik jaket hitam milik lelaki itu hingga keduanya sama-sama jatuh ke aspal. Lengan Ayumi sedikit tergores. Namun, bukan itu yang membuatnya merasa kesakitan.

"Sialan! Apa-apaan sih lo? Nggak usah ikut campur urusan orang bisa nggak sih?" Laki-laki itu justru memaki Ayumi yang mulai mengerang menahan rasa sakit di dada kirinya.

Tanpa memedulikan Ayumi yang masih terduduk dengan wajah menunduk, laki-laki yang usianya tampak lebih tua dari Ayumi itu pun bangkit. Baru hendak melangkahkan kaki, Ayumi berhasil menahan laki-laki itu dengan menarik ujung celana panjangnya. Membuat si lelaki hampir terjungkal.

"Apaan lagi sih lo!" hardiknya.

Ayumi mengeratkan genggamannya. Ia susah payah mengangkat wajah untuk menatap lelaki itu. Pantulan cahaya matahari membuat Ayumi tak mampu melihat wajahnya dengan jelas. Namun, setidaknya ia hanya butuh satu hal.

"To...long..."

Wajah Ayumi begitu pucat. Laki-laki itu dapat melihatnya dengan jelas. Rasa kesalnya perlahan memudar. Berganti dengan rasa iba. Ia pun berjongkok untuk memastikan kondisi gadis yang telah menyelamatkan nyawanya.

"L-lo kenapa?" tanyanya khawatir. Keringat bercucuran di wajah Ayumi membuat laki-laki itu semakin panik.

"Sa...kit..." lirih Ayumi terbata.

"Apa? Apanya yang sakit?"

Ayumi menunjuk bagian tubuhnya yang sakit tanpa sepatah kata. Ia sudah lemas bukan main. Matanya mulai berkunang-kunang. Pandangannya buram dengan cahaya yang tampak berpendar. Telinganya mulai berdenging. Gerakan bibir laki-laki di hadapannya mulai tak terbaca. Semua yang ia lihat tampak bergerak lambat. Akhirnya tubuh Ayumi ambruk di jalanan beraspal.

🌕🌕🌕

Guncangan pada tubuhnya membuat Ayumi sedikit tersadar. Ia mampu merasakan udara di sekitarnya yang bergerak seperti tiupan angin. Samar-samar Ayumi mendengar suara yang entah milik siapa. Sebab ia belum sepenuhnya mampu membuka mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Moonlight LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang