(⛑️) ketua PMR

1.1K 62 1
                                    

"Kamu, tuh, kenapa, sih. Udah aku bilangin jangan cari masalah, kan? Kak, kamu, tuh, udah kelas dua belas. Jangan macem-macem kalo nggak mau lulusnya dipersulit."

Heeseung menunduk, melengkungkan bibirnya ke bawah sementara ada tangan yang bergerak di permukaan wajahnya, membersihkan luka dan darah yang mengering di wajahnya.

"Coba liat bibirnya. Sakit, kan?"

Heeseung mengangguk semangat, sakit, bibirnya sakit sekali. Dia meringis manja sembari menunjukkan bibirnya pada pemuda yang mengobatinya di ruang UKS itu.

Pemuda itu menangkup wajah Heeseung dengan lembut lalu sedikit menolehkannya ke kanan dan ke kiri untuk melihat kondisi bibirnya lebih jelas, "Hadeh, tuh, liat. Sudut bibirnya robek sedikit. Bibir kamu juga lecet-lecet. Tahan, ya. Nggak boleh nangis, kan salah kamu sendiri."

Heeseung memejamkan matanya erat-erat sembari memasrahkan bibirnya untuk diobati, "Pelan-pelan, ya, Sunoo.." Cicitnya, melas.

"Iya-iya, Bayi cengeng. Giliran berantemnya brutal, pas diobatin nyusut jadi anak bayi kamu, ya.. Hadeh.. untung gemes, untung sayang, untung pacar aku."

Heeseung sempat-sempatnya memukul pelan bahu lebar Sunoo dengan pipi yang memanas. Sayang sekali tidak terlihat jelas karena pipinya lebam. Huh, nakal, sih.

"Habis dibersihin bibirnya, ganti baju, ya, Kak, kamu, kan, sering merah-merah kulitnya. Nanti aku bawain seragam cadangan aku, pakai aja, ya. Terus langsung boboan aja di sini, aku bikinin surat sakit buat izin sampe pulang."

Sayang sekali karena Sunoo tidak bisa membuat surat izin pulang untuk Heeseung. Setiap siswa-siswi yang ingin membuat surat izin pulang harus diperiksa oleh guru yang menjabat sebagai pembina UKS dan tentu saja Sunoo tidak bisa membiarkan guru melihat kondisi Heeseung yang seperti ini. Karena itu, setiap si mata bulat babak belur karena berkelahi, Sunoo hanya bisa menyembunyikannya di UKS dan membuat surat izin absen di jam pelajaran sampai pulang.

Heeseung mengangguk lemas, Sunoo terkekeh gemas. Pasti dia menahan sakit dan nyeri, tapi bocah kecil —yang sebenarnya lebih tua— tersebut tidak bisa mengucapkan apapun karena takut dimarahi lagi oleh Sunoo.

"Sudah selesai, Bayi. Pinter, nggak nangis." Sunoo mengelus sayang rambut kelam Heeseung. Sementara Heeseung sendiri meringis kecil dengan senyum tipis, "Makasih banyak, Pak Ketua."

"Sama-sama, Bayi bandel." Sunoo mengelus rambut Heeseung lagi sebelum membereskan kapas, alkohol dan segala tetek bengek untuk mengobati kekasihnya tadi.

Sementara Heeseung tetap terduduk di pinggir kasur UKS, memperhatikan bagaimana atraktifnya sang kekasih dengan lengan seragam yang digulung dan rompi hitam dengan lambang palang merah remaja.

Heeseung punya sedikit keuntungan karena berkencan dengan Sunoo; pemuda itu adalah Ketua Siswa Ekstrakurikuler PMR di sekolah mereka.

Sunoo punya tanggung jawab dan wewenang atas UKS dan segala macamnya yang tidak Heeseung mengerti. Beruntung karena Sunoo selalu bisa membuka pintu UKS untuk Heeseung yang gemar berkelahi.

"Kak, mau minum, nggak?" Sunoo menghampirinya lagi dan bertanya, Heeseung mengangguk kecil, "Teh boleh?"

"Boleh, Kak. Bentar, ya."

Sunoo datang dengan segelas teh dengan asap yang mengepul di atas nampan. Oh, terdapat roti selai stroberi juga di sana; kesukaan Heeseung.

"Ini, hati-hati, ya, masih panas tehnya. Rotinya dimakan juga, aku tahu kamu belum sarapan tadi pagi."

Heeseung mengangguk tanpa banyak protes, "Makasih banyak, Noo."

Sunoo mengangguk, "Aku mau bikinin surat sakit kamu, ya, terus laporan ke meja piket dulu sebelum kasih suratnya ke kelas kamu. Kamu di sini aja, bobo juga boleh, tapi ganti baju dulu." Tangannya bergerak membukakan plastik roti yang dibawanya, lalu diberikan kepada Heeseung.

"Makasih, Sunoo," Heeseung menerima rotinya dengan sungkan, "Maaf, ya, aku ngerepotin kamu terus.."

Sunoo selalu membantu Heeseung menutupi kegemaran berkelahinya dari sekolah. Karena itu Heeseung tidak pernah mendapat surat peringatan karena berkelahi di lingkungan sekolah, Sunoo hanya harus membuat surat sakit dengan sebab demam atau semacamnya dan Heeseung pasti akan aman karena siswa-siswi yang tahu setiap perkelahian di sekolah terlalu malas terlibat sidang untuk datang sebagai saksi apabila mereka melaporkannya. Terima kasih atas peraturan sekolah yang satu itu. Semua orang lebih baik memilih menutup mulut daripada harus repot-repot melapor.

"Heh, ngomong apaan, sih, Kak. Nggak ada. Udah, dimam aja rotinya."

Heeseung mengangguk dan meringis kecil, "Bibir aku sakit.."

"Astaga, iya, ya, lupa." Entah apa yang dipikirkan Sunoo, tapi tubuhnya bergerak begitu saja. Dia memajukan tubuhnya, menangkup dagu Heeseung dan mengecupi bibirnya yang luka.

"S-Sunoo!" Mata Heeseung membulat sempurna, terkejut dan malu luar biasa.

Sementara Sunoo hanya menunjukkan senyumnya yang manis luar biasa dan secerah mentari pagi, "Dah, bibirnya pasti cepet sembuh habis itu."

"Aku ngambil seragam cadangan dulu, ya, sekalian minta cap buat surat izin sakit kamu."

"Sunoo!" Heeseung menarik ujung lengan seragam Sunoo, menahan pemuda itu yang hendak pergi.

"Ya?"

"Sekali lagi aku minta maaf karena udah ngerepotin kamu. Dan.. makasih, Sunoo. I'm so lucky to have an angel boyfriend like you."

Hening beberapa saat sampai suasana hangat mereka buyar ketika Sunoo mencubit hidung mancung Heeseung dengan gemas, "Yang bener? Kalau bener, coba berantem-berantemnya dikurangin. Nanti kalau kamu kuliah duluan, nggak ada lagi pacar ketua PMR yang bisa ngumpetin kamu di UKS lagi, tau. Kalau bisa, sih, pas udah kuliah nggak usah berantem sama sekali."

Heeseung menepis pelan tangan Sunoo di hidungnya lalu merengut kesal, "Aku, kan, berantem karena ada yang nyebelin ke aku atau kamu!"

"Terus kenapa kamu yang maju? Kenapa nggak lapor aja ke aku? Kalo aku yang maju, langsung aku patahin tulangnya. Lebih efesien, kan?"

Heeseung mendengus kasar. Efesien matamu. Inilah alasan utama Heeseung langsung menghajar orang yang menyebalkan. Karena kalau sampai Sunoo yang maju... Ugh, Heeseung sampai merinding membayangkannya.

"Jangan ngada-ngada! Udah, ah, sana kamu. Katanya mau ngambilin aku seragam ganti? Aku mau cepet-cepet boboan.. ngantuk." Rengek Heeseung manja.

Sunoo mendengus geli, "Iya-iya. Sabar, ya. Aku lari pake kekuatan kilat nih. Jangan kemana-mana, jangan nakal."

Kecupan manis diberikan Sunoo di bibir Heeseung sebelum melakukan apapun yang bisa ia lakukan untuk membuat kekasih cantiknya merasa lebih baik.

Selain menjabat sebagai ketua PMR, Sunoo juga menjabat sebagai kekasih paling bucin di sepenjuru sekolah.

Pssst, yang buruk-buruk tolong jangan ditiru, ya, teman-teman!

—Ketua PMR, FIN.

sweet shots Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang