(☀️) Sunday and vanilla shower

1.4K 65 11
                                    

Pagi ini cerah— matahari mulai menampakan diri dan gumpalan permen kapas rasa leci tergantung di hamparan langit biru yang cantik.

Cuaca yang ideal untuk melakukan berbagai kegiatan di luar rumah. Atau bahkan hanya untuk sekadar piknik di kebun belakang rumah. Atau main badminton di lapangan. Ah! Atau menerbangkan layang-layang.

Tapi, tidak bagi empu pemilik mata bulat berambut silver. Lee Heeseung.

Heeseung sedang fokus.

Fokus berbaring di atas kasur yang empuk.

Fokus merasakan hembusan AC yang sejuk.

Fokus melamun.

Fokus tidak melakukan apapun dan menjadi tidak produktif sama sekali.

Dia sudah fokus seperti itu semenjak bangun tidur. Setelah membuka mata, dia hanya duduk untuk minum air putih. Lalu berbaring lagi. Melamun untuk beberapa waktu. Kemudian beranjak untuk berjalan ke kamar mandi. Mau mandi? Tidak. Hanya ingin pipis, cuci muka dan sikat gigi; meski hanya setengah niat.

Sehabis itu, apakah Heeseung merasa segar? Tidak. Suhu kamarnya yang rendah karena AC tidak dimatikan semalam suntuk sampai pagi membuat kamar itu berubah menjadi kutub utara.

Alih-alih segar, sebenarnya lebih ke.. sejuk. Dan Heeseung kembali mengantuk.

Jarum jam pendek ada di angka tujuh ketika Heeseung menutup mata, lalu tahu-tahu sudah berada di angka sepuluh ketika Heeseung membuka mata. Ah, hanya tiga jam. Heeseung pernah bangun di jam enam suatu pagi untuk pipis, lalu tidur kembali dan bangun tepat di jam dua belas siang.

Tidur adalah hal favorit Heeseung selain melamun dan tidak melakukan apapun.

"Hoaam!" Dia menguap sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang agak kaku. Lalu setelahnya kembali fokus.

Fokus melamun.

Masih jam sepuluh. Dia kebingungan harus berbuat apa.

Heeseung tidak mau bangun, keluar kamar dan pergi berkumpul di ruang keluarga bersama anggota keluarganya yang lain. Tidak, tidak. Itu melelahkan!

Hukum rimba (yang dibuat Heeseung) mengatakan bahwa hari minggu adalah hari dimana kamu akan mengunci pintu kamar dan mengasingkan diri seharian suntuk. Untuk bermalas-malasan. Tentu saja.

Setelah sepuluh menit tidak melakukan apa-apa, Heeseung kembali berbaring di tempat tidurnya. Lalu matanya mulai sayup-sayup... mengantuk. Lagi.

Dia tetap perlahan-lahan tidur meski telinganya menangkap suara-suara dari suatu pergerakan aneh yang mendekat. Seperti masuk ke dalam kamarnya dan mendekati tempat tidur yang ia tempati saat ini.

Tapi, lalu apa?

Bahkan jika itu maling— Heeseung tetap akan menutup mata dan tertidur. Jangan menghakimi Heeseung! Semua orang harus tahu prioritas. Semua orang harus punya prioritas. Dan prioritas Heeseung adalah tidur!

Heeseung sudah terlelap ketika suatu makhluk merangkak ke kasurnya. Lalu terdiam dan hanya memandangi Heeseung yang wajahnya damai, meski rambut singanya seperti habis diterjang badai.

Makhluk itu terkekeh. Tampan.

"Sayang? Mau sampai kapan tidurnya?" Makhluk itu bersuara lembut, berbanding terbalik dengan sesuatu yang mengeras di balik celananya. ADUH. Belum apa-apa sudah mesum.

"Heeseung.. sayang.. bangun." Makhluk itu memulai aksinya dengan menjilati kedua pipi Heeseung. Lalu kedua kelopak mata. Dan yang terakhir... Bibir. Nafas Heeseung dingin dan segar, baunya khas pasta gigi mereka yang rasanya mint dan menthol. Lagi-lagi makhluk itu tertawa kecil, si bulat yang tertidur ini nampaknya sudah menyikat gigi, tapi tertidur lagi? Dasar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sweet shots Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang