33

30.3K 3.1K 35
                                    

Mora masih marah pada Alexo perihal kemarin, bukannya percaya Alexo malah mengejeknya.

Memang tidak akan pernah masuk diakal, tapi apa salahnya berpura-pura percaya saat didepan dirinya.

"Kenapa cemberut lo, Cil?" tanya Haidar.

Haidar tidak sendirian, dia bersama teman-temannya termasuk juga Nanta dan Alexo.

"Apaan sih! Sok kenal banget" kata Mora sambil meninggalkan mereka semua.

Saat melewati Alexo, Mora dengan sengaja menginjak kaki Alexo. "Rasain!" bisik Mora.

Alexo meringis saat merasakan kakinya diinjak oleh Mora, tapi Alexo tidak berkata apapun. Alexo paham, pasti Mora masih marah padanya gara-gara kemarin.

Padahal apa salah Alexo? Dia hanya berkata jujur, Alexo jelas tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Di jaman sekarang, memang masih ada yang seperti itu?

"Si kucing makin ganas aja sekarang, kaki lo baik-baik aja kan, Al?" tanya Haidar karena tidak sengaja melihat Alexo yang meringis.

Alexo menggeleng, kemudian dia pergi meninggalkan teman-temannya.

Nanta melihat punggung Alexo dengan pandangan yang rumit. Kemudian Nanta mengajak teman-temannya untuk mengikuti Alexo.

"Susulin Alexo."

Mereka akhirnya tidak jadi bolos, padahal niat mereka tadi tidak ingin bertemu dengan matematika. Tetapi Nanta malah menyuruh mereka susulin Alexo.

Meski mereka juga tidak tahu Alexo akan pergi kemana? Tapi untuk Haidar sendiri, dia yakin jika Alexo pasti akan masuk kelas. Meski Haidar tidak tahu jika Alexo akan masuk ke kelas mana.

°°°

Mora memasuki kelas dengan cemberut, menatap teman-temannya yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Aaaaaa....." bukannya salam, Mora malah berteriak.

"Goblok!"

"Mora edan!"

"Ayam, ehh ayam."

"Si Siska jelek!"

Mora tertawa mendengar ucapan spontan dari teman-temannya, lucu sekali melihat komuk mereka.

"MORA SETANNNN!!" teriak kelas X ipa 2.

Mora masih tertawa terbahak-bahak disaat teman-temannya menatap dirinya sudah seperti makanan yang lezat.

"Lo cari masalah mulu, gimana kalau di antara kita ada yang punya penyakit jantung?!" kata ketua kelas Mora, Felix namanya.

Mora tersenyum simpul, dia mendekati meja ketua kelasnya itu. "Tenang aja sayang. Kita aman kok, gak ada yang punya penyakit jantung. Kan kita punyanya penyakit hati."

Felix mengernyitkan dahinya, "lo hari ini kenapa sih? Ketempelan jin mana lo?! Pagi-pagi udah aneh aja."

Mora semakin melebarkan senyumnya, "ketempelan jin-ta kamu!" kata Mora sambil memberikan kiss jauh pada Felix.

Felix bergidik, menatap Mora dari atas sampai bawah. Tangan Felix terulur menyentuh kepala Mora. "Siapapun lo, keluar sekarang juga. Kayak gak ada tempat lain aja. Jiwa Mora gak akan pernah bisa lo kuasain, karena dia sebangsa sama lo, sama-sama setan."

Mora menghempaskan tangan Felix, "di kira gue kesurupan apa?! Harusnya lo bersyukur gue deketin, gue kan termasuk anak yang setia. Berarti lo udah masuk kriteria gue."

Felix memutar bola matanya malas, setia dari mana? Kalau setia harusnya Mora jangan genit, gak ingat sama Alexo apa gimana? Meski Felix tahu jika Mora sedang bercanda, tapi tetap sajakan. Bagaimana jika terdengar oleh Alexo? Nyawa Felix taruhannya.

Extra Love Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang