Bab 4

2.7K 360 32
                                    

Ramaikan dengan vote dan komen.

---

Tuan Gian sudah berangkat bekerja dan kini Naila ditinggalkan sendiri di rumah megah ini. Hari sudah sangat siang. Naila baru membereskan setengah dari pekerjaannya. Dan sekarang ia tengah berdiri di ambang pintu kamar lelaki itu.

Naila memasuki ruangan yang cukup luas, menelusuri interior kamar yang begitu rapi dan Indah. Berbeda dengan kamar tamu yang ia dapati sangat berantakan dengan beberapa bau sperma yang menyengat. Kamar ini terlihat rapi dan bersih. Kata Tuannya ini adalah kamar utama yang lelaki itu tempati tetapi kenapa ia tidak menempati kamar ini dengan kekasihnya?

Tidak mau ambil pusing Naila bergegas menyapu bersih lantai dan menggelap kaca jendela. Membuka gorden. Lalu membersihkan beberapa foto hiasan dinding.

Naila menatap salah satu foto yang tertera, seperti foto keluarga. Baru kali ini Naila melihat wajah tampan itu tersenyum. Terselip diantara kedua orang tua dan satu wanita cantik. Sepertinya wanita itu adalah kakanya, Nyonya Gita majikan Santi. Dari wajah mereka terlihat seperti masih sangat belia mungkin foto jaman dulu. Naila mulai mengelap foto tersebut dengan hati-hati, menyemimpan foto itu kembali ke tempat asalnya.

Tidak mau berlama-lama Naila mencoba fokus dalam pekerjaanya. Ia ingin segera melihat Imam. Dan mengetahui bagaimana perkembangan kesehatan putranya.

Jadi Naila harus bisa membereskan pekerjaan ini sedikit lebih cepat. Biar bisa pulang tepat waktu.

***

Semua mata tertuju padanya. Pemandangan yang selalu rutin Gian dapatkan di pagi hari saat ingin memasuki lantai teratas di gedung ini.

Keluarganya cukup merajai bidang bisnis. Salah satunya mall terbesar yang terdapat di Jakarta adalah milik keluarganya. Gian adalah direktur muda yang ditunjuk kakeknya untuk mengelola beberapa bisnis keluarga. Berhasil menyita banyak waktu sampai tak bisa memberikan Gian sedikit saja ruang untuk bernapas.

Ia dituntut untuk menjadi lelaki sempurna yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Namun di sisi lain orang tak tahu dari kesempurnaan yang terlihat begitu mengagumkan Gian nyatanya adalah seorang yang memiliki hobi bejat untuk mempermainkan wanita. Tidak lebih dari playboy kelas kakap yang memuja wanita cantik lalu membuangnya seperti sampah.

Mungkin para wanita itu tidak akan mengagumi ketampanannya jika mereka mengetahui lebih dulu hal tersebut.

Mendapati tatapan para wanita yang memujanya entah kenapa hari ini ia cukup tidak berselera untuk melirik beberapa wanita. Pikirannya terus tertuju pada rumah, lebih tepatnya tertuju pada wanita yang kini sedang bekerja di rumahnya.

Rasanya sedetik tak melihat wajah Naila membuat Gian hilang akal. Bodohnya ia malah menginginkan tinggal di rumah di banding harus bekerja di tempat ini.

Lelaki mana yang tidak akan tahan jika di dalam rumahnya terdapat sosok cantik yang bisa saja ia permainankan dengan bebas.

***

Ketika sampai di ruang kerjanya Gian dikejutkan dengan suara seseorang mengintrogasi kedatangannya.

Melihat dengan jelas kakeknya sudah terduduk tenang di atas sofa. Gian hanya menampilkan ekspresi dingin. Ia tidak memedulikan ucapan sang kakek dan memilih duduk di atas kursi kerjanya.

"Kenapa kakek kemari?"

"Aku hanya ingin memastikan kapan kamu menikah?"

Gian terlihat menatap kakeknya tak suka. "Sudah kubilang aku tidak mau menikah!"

Raut keriput itu terlihat tenang. Mengetuk-ngetuk tongkat besinya di lantai.

"Sudah terlalu banyak kesabaran yang aku telan untuk menunggumu menikah. Saat ini aku tidak mau tau. Berhenti jadi pria berengsek dan jadilah lelaki bertanggung jawab. Kamu tau Gian, umur kakek gak akan lama lagi. Satu kali saja kakek ingin melihat cucu-cucu kakek bahagia dengan pasangannya. Gita kakakmu sudah bahagia dengan keluarga kecilnya. Tinggal kamu. Kakek harap kamu mau mengabulkan keinginanku."

Sekali lagi Gian sangat tidak menyukai permintaan sialan kakek nya ini. Sudah berapa kai ia katakan. Bahwa ia tidak pernah berniat untuk menikah.

"Sebaiknya kakek pergi. Hari ini aku sibuk."

Pria tua itu berdiri dari duduknya. Sifatnya berbanding terbalik dengan sang cucu. Tetap tenang dan berwibawa meskipun hatinya cukup kesal karena dengan berani Gian mengusirnya dari sini tanpa sopan santun.

"Aku tetap berharap tahun ini kamu menikah. Dan menjadi pria yang sesunguhnya. Mencintai hanya untuk satu orang wanita. Jangan terus ber gonta-ganti seperti apa yang kamu lakukan saat ini."

Gian menghela napas kasar dan melirik kakeknya yang sudah berlalu pergi dari ruangannya.

Cih menikah?

Dalam mimpi sekalipun ia tidak pernah menginginkan hal itu terjadi.

***

Sudah pukul 3 sore. Sayangnya Naila masih belum bisa membereskan pekerjaanya. Sebelumnya Tuan Gian menelepon rumah dan meminta Naila untuk tidak pergi dulu. Lelaki itu menyuruhnya untuk membersihkan gudang di lantai atas. Tempat penyimpanan barang-barang.

Naila mengusap tetes keringat yang mengalir di pelipisnya. Beberapa kali juga ia mengecek keadaan Imam lewat pesan yang ia kirimkan pada dokter Imran. Beruntung dokter yang menangani Imam adalah orang yang ramah dan juga baik sehingga tak membuat Naila kerepotan untuk menanyakan kabar dan meminta maaf karena belum bisa menengok anaknya.

Detik selanjutnya suara dengung mesin mobil terdengar. Naila buru-buru menghampiri jendela dan terlihat cemas saat melihat mobil mewah Tuannya sudah terparkir sembarang di pekarangan rumah.

Bagaimana ini? Bahkan Naila belum selesai membereskan barang yang menumpuk.

Naila bergegas mengerjakan kembali dengan sedikit lebih cepat. Sampai kemudian ia mendengar suara berat Gian terdengar di ambang pintu.

"Kamu belum selesai membereskannya?"

"Ma-maaf Tuan barang-barangnya berat sekali. Jadi agak susah membereskannya."

Tatapan Gian langsung tertegun melihat pesona Naila yang begitu menyilaukan matanya. Terdiam, memikirkan hal yang sedari tadi melintas di dalam otaknya. Tidak bisa melupakan Naila dan terus menginginkan wanita ini. Bisa gila jika ia tidak menyalurkan hasrat sialan ini pada Naila. Sengaja Gian mengulur waktu untuk membuat Naila lebih lama berada di rumahnya.

Persetan dengan setatus janda atau pembantu. Ia benar-benar tidak bisa menahan ini lebih lama. Gian menginginkan wanita ini. Dan itu tidak pernah berhenti.

Di dukung keprihatinan wanita itu ditambah beban hidup untuk membayar biaya rumah sakit akan cukup mudah untuk membuat Naila bertekuk lutut di bawah gairahnya.

Menjadikan Naila sebagai miliknya lalu membuangnya seperti sampah.  

Meskipun dia adalah pembantunya sendiri.

Namun itu tak mengapa. Hanya perlu menutupi hal ini dari semua orang. Dan jangan biarkan ada seorang pun yang mengetahui kebejatan ia pada Naila,  biarkan hal itu menjadi rahasia di antara mereka.

Maka semuanya akan baik-baik saja.

Ya, Gian harus menjadikan Naila sebagai miliknya agar rasa ketertarikan sialan ini bisa cepat enyah dari dalam tubuhnya. 
 
Bersambung...

Secret Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang