Suara macet kendaraan terdengar di sepanjang jalan. Lagi-lagi lelaki itu mendengus sebal menatap tajam sang sekretaris yang malah memilih jalan ini untuk di lalui mereka.
"Berapa lama lagi sampai. Aku sudah bosan duduk di sini terus," ucapnya dingin membuat Rudi mengalihkan fokus sebentar ke arah bosnya.
"10 menit lagi sampai Bos. Sepertinya di depan ada kecelakaan."
Jawaban Rudi terlihat masuk akal. Tidak punya pilihan lelaki itu memilih memainkan ponselnya untuk mengalihkan kejenuhan. Tidak sengaja ia melihat pesan yang tertera dari kakaknya.
*Gian aku sudah mendapatkan seseorang untuk bekerja di rumahmu. Ingat jangan menolak. Ini perintah langsung dari kakek!*
Dengusan kesal itu kembali terdengar. Gian kembali menaruh ponselnya di tempat semula dan mengabaikan suara notip pesan yang terus berbunyi.
Sialan! Padahal ia sudah bersikeras menolak perintah kakeknya untuk memperkerjakan seorang ART di rumah. Kehidupan pribadinya pasti akan terganggu. Namun dengan sialnya tua bangka itu tetap keras kepala. Mungkin dengan cara ini ia mencoba untuk menghentikan kesukaanya dengan membawa wanita berbeda-beda untuk ia tiduri di rumahnya dan lelaki tua itu bebas kembali memaksa ia untuk segera menikah.
Tetapi Gian tak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia akan pasrah dengan ulah kakek tua itu namun untuk urusan rumah ia yang akan mengatur semuanya. Tak akan membiarkan pembantunya memilih kubu sang kakek.
Ia akan memberikan peraturan ketat untuk tidak mengatakan apapun soal isi rumah pada kakeknya. Dan membiarkan pembantunya untuk pulang pergi tidak akan membiarkan seorang pembantu tinggal satu atap dengannya.
Gian kembali melirik ponselnya. Masih ia abaikan. Kepalanya kemudian di miringkan ke arah jendela mobil menatap trotoar jalan tanpa minat.
Tanpa sengaja tatapan itu mengarah tepat pada seseorang di depannya, tertegun melihat rupa seorang wanita yang baru keluar dari minimarket di sisi jalan yang ia lalui.
Menatap wajah itu dengan tatapan yang tidak biasa. Penuh ketertarikan.
Baru kali ini Gian melihat seseorang dengan paras yang begitu Indah. Dagu tirus dengan bibir meranum alami. Jangan lupakan bentuk tubuh wanita itu yang cukup mengagumkan matanya. Membuat Gian sedikit kehilangan fokus. Mata Gian terus mengikuti langkah wanita itu yang cukup tergesa, mengabaikan tatapan kagum lelaki sepanjang jalan, lalu tatapan itu terhenti sampai tubuh wanita itu menghilang di gerbang rumah sakit.
"Ada apa Bos?"
Teguran Rudi berhasil menyadarkan Gian. Lelaki itu beralih kembali menatap jalanan di depan yang tidak semacet tadi.
"Tidak apa-apa. Aku ingin cepat tidur. Bisakah kau lebih cepat mengemudinya."
"Akan saya usahakan Bos."
Ketika Rudi mengemudi sedikit lebih cepat dari situ Gian kembali menoleh menatap gedung rumah sakit tersebut.
Sangat cantik.
Apakah dia pegawai di rumah sakit itu? Tetapi bajunya terlihat kumuh tidak memakai seragam rumah sakit sama sekali.
Atau mungkin dia keluarga pasien yang kebetulan sedang di rawat di rumah sakit itu?
***
Keesokan harinya. Naila sudah sampai di sebuah rumah mewah bertingkat dua. Ia masih menatap bangunan itu dengan rasa kagum karena dulu saat di desa ia tidak pernah melihat rumah semewah dan sebagus ini.
Walaupun hatinya sedikit gugup karena baru kali ini ia memberanikan diri bekerja sebagai ART di kota. Naila takut tidak bisa mengerjakan tugasnya. Tetapi Santi tetap menyemangati. Wanita itu juga dengan terampil menjelaskan apa yang harus ia kerjakan di dalam rumah majikannya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Between Us
RomanceNaila Sari baru berusia 20 tahun namun ia sudah menjadi ibu tunggal bagi anaknya yang baru menginjak usia 3 tahun. Anak yang saat ini tengah berbaring lemah di rumah sakit. Ia harus mencari pekerjaan untuk membayar biaya rumah sakit anaknya. Sampa...