Nakula menggaruk pelipisnya, tanda kalau Ia tengah bingung, "kenapa?". Tanya Milka.
"Kamu pakek rok". Milka ikut kebingungan, masalahnya dimana? Aturan disekolahkan memang pakai rok untuk perempuan dan celana untuk laki-laki. Mayoritas seperti itukan?
"Ini loh, naik motornya gimana?". Ahh, Milka paham sekarang. Jenis motor Nakula Ninja warna hitam. Jadi sedikit kesulitan bagi Milka untuk duduk.
"Gak papa kok, ayo pulang keburu dicariin bunda". Sebelum Nakula protes, Milka lebih dulu duduk diboncengan belakang. Rok yang hanya setinggi paha otomatis tertarik keatas.
Nakula melepas hoddienya dan memberikan pada Milka, "Kamu pakek aja". Milka mengangguk sembari menggumamkan terimakasih.
Akhirnya Nakula menjalankan motornya keluar dari area sekolah. Ia membawa motornya pelan sekali. Sampai-sampai membuat Milka gemas sendiri. Bukan apa-apa, jalanan menuju komplek perumahannya sepanjang perjalanan dipenuhi oleh pepohonan, sejuk sekali. Milka takut ketiduran.
"Pelan banget, aku aja deh yang bawa motornya kula". Ucap Milka karena sudah tak tahan lagi. Ia menguap, matanya terasa berat.
"Udah ngebut kok ini". Jawab Nakula, Milka mendelikan matanya. Kalau adu cepat sama kura-kura sih Milka yakin menang Kura-kuranya.
"Nakula!".
"Iya-iya, gak ngerti banget sih kamu, aku pengen lama-lama sama kamu". Dumel Nakula yang dapat didengar dengan jelas oleh Milka, "Yaudah, nanti malam kita keluar ya". Ajak Nakula dengan senyum lebar sekali.
"Ngapain?". Tanya Milka.
"Malam kamisan". Milka mebelalakan matanya tak percaya. Ada-ada saja Nakula.
"Ok".
***
Sesampainya mengantar Milka, Nakula kembali kesekolah untuk latihan basket. Minggu depan ada olimpiade basket, jadi Ia bersama timnya hampir tiap hari latihan. Dilapangan sudah kumpul tim basketnya dan beberapa siswi yang ikut menonton. Bukan menyaksikan permainan basketnya, tapi kebih ke orang yang bermain.
"Kok gue masih gak rela ya si Milka pacaran sama kunyuk satu ini". Ucap Bima disetujui oleh teman-teman Nakula yang lain.
Nakula tertawa mendengarnya, sudah sejak dulu para sahabatnya sering membicarakan cewek-cewek cantik di Sekolah. Milka salah satunya. Nakula sedari awal tak tertarik jika mereka sudah membahas soal ini. Tapi satu tahun lalu ketika pindah kekomplek barunya, dan tak sengaja melihat Milka mulai dari situ rasa tertariknya muncul. Entah kebetulan atau gimana, ternyata Milka satu sekolah dengannya. Jadi, Nakula berasumsi kalau Ia dan Milka itu berjodoh. Mulailah ia mengejar Milka untuk jadi pacar.
"Lo pelet ya dia?". Dewa maju kedepan, menatap tajam Nakula. Kedua alisnya menyatu.
"Gak ada, cuma gua nyatain cinta tiap hari jadinya dia bosen terus nerima deh". Ucapnya diiringi kekehan, Milka sampai jengah melihat Nakula yang setiap pagi sudah duduk diatas motor menunggu Milka berangkat sekolah, bukan naik motor yang sama tapi Nakula membututi Mika dari belakang.
"Udah-udah, ayo main". Nakula berlari kecil kearah lapangan, mengambil bola basket dan mulai mendrible.
Sekitar empat pulih lima menit bermain, dua belas pemuda itu duduk-duduk dipinggir lapangan. Lelah. Tak lama datang Stefi bersama dua orang temannya.
"Cape ya?". Tanya Stefi kini sudah duduk disamping Nakula. Tanganya mengulurkan air mineral dingin. Nakula menerima dan segera meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milka dan 1001 Kisah Cintanya
Teen FictionMilka remaja yang baru genap berusia 17 tahun memiliki seorang pacar yang kata orang-orang pacarable. Nakula namanya. Nakula memiliki sifat baik hati, suka menolong dan gak enakan. Semua love language ada pada diri Nakula. Berbanding terbalik dengan...