BAB 5 AY

144 22 2
                                    

Selesai olahraga Milka memutuskan untuk ke kantin terlebih dahulu. Sendirian, karena ketiga temannya pergi ke kelas.

"Jus mangga satu bu"

"Siap neng Milka, eh neng ini pacaran sama si Nakula itu ya, yang genteng itu loh neng?". Tanya Bu Wati, wajahnya terlihat penasaran sekali.

"Soalnya di kantin pada heboh banget neng, ngomongin itu tuh. Dari pada ibu ke makan gosip ya, jadi lebih baik nanya sama yang bersangkutan". Milka tersenyum mendengar penuturan Ibu Wati, penjual jus langganannya.

"Iya bu". Jawab Milka kalem.

"Cocok-cocok! semoga langgeng ya neng, Ibu dukung pokoknya". Milka menjawabnya dengan senyuman. Setelah selesai membayar Milka mendudukan dirinya dikursi paling ujung, dekat dengan kipas angin. Mau ngadem.

Tiba-tiba Ia dikagetkan oleh seseorang yang sudah duduk didekatnya, kepala orang itu bersender dibahunya.

"Nakula! ngangetin aja"

"Maaf. Capek banget". Keluh Nakula, keringat sudah membanjiri tubuhnya. Milka tersenyum tangannya terulur untuk mengambil tisu dan membersihkan wajah Nakula dari keringat.

Milka heran sendiri, padahal cowok itu tak pernah sekalipun memakai perawatan wajah. Tapi wajah Nakula bersih dan terawat sekali. Melihat wajah lesu Nakula, Milka mengerutkan dahinya heran.

"Kenapa?". Tanya Milka pada akhirnya.

"Dewa tuh". Alis Milka menyatu mendengar jawaban Nakula, "Dewa tadi bilang kalo aku gak romantis, gara-gara gak punya panggilan kesayangan". Lanjutnya, Milka hampir menyemburkan tawanya tapi Ia urungkan melihat raut wajah sedih Nakula. Bibirnya mengerucut.

"Yaudahlah gak perlu juga panggilan kesayangan, aku gak masalah kok". Balas Milka mencoba menenangkan Nakula. Dirinya memang tak mau ada panggilan yang menurutnya terlalu berlebihan.

Tiba-tiba Nakula menegakkan tubuhnya, "Baby gimana?". Ucap Nakula dengan senyuman terbit di wajahnya, Milka bergidik ngeri, mana mau dia dipanggil baby.

"Gak ah"

"Honey? Darling?"

"Gak-gak. udah, gak perlu panggilan kesayangan itu". Balas Milka

"Harus ada! Emm--ayang? Lagi tren itu ayang, kepanjanganya Sayang, gimana?". Milka menggelengkan kepalanya tidak setuju. Nakula berpikir lagi, niatnya sudah bulat untuk melahirkan panggilan kesayangan untuknya dan Milka.

"Ay. Itu aja ya". Seru Nakula.

"Nakula, gak usah"

"Bagus loh, ay. Mau yaa". Melihat wajah Nakula penuh permohonan mau tidak mau Milka memilih mengalah. Tidak mau makin menjadi pusat perhatian.

"Yaudah terserah kamu". Nakula bersorak, untung saja kantin masih sepi hanya ada dua-tiga orang. Nakula kembali merebahkan kepalanya dibahu Milka.

"Capek banget emang?". Tanya Milka tanganya terulur untuk mengusap rambut Nakula yang basah karena keringat. Nakula menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Nanti waktu pertandingan kamu nonton ya ay". Milka menggangukan kepalanya, telinganya belum terbiasa mendengar panggilan barunya.

"Kok tau aku kekantin?". Tanya Milka.

"Gak sadar ya dari tadi aku perhatiin kamu?". Milka menggelengkan kepalanya. Nakula mendengus.

"Tadi siapa yang masakin bekelnya ay?". Tanya Nakula

"Aku, gak enak ya?". Tanya Milka was-was. Nakula menggelengkan kepalanya kuat. Sampai-sampai Milka jadi takut sendiri kepala Nakula terlepas.

"Enak kok". Balas Nakula, "makasih ya ay". Milka menganggukan kepala.

Milka dan 1001 Kisah CintanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang