Milka mematut dirinya di cermin. Jam pertama olahraga, jadi Ia memutuskan untuk langsung mengenakan pakaian olahraga. Kaos model lengan pendek dan celana trening, ditambahkan jaket abu-abu membalut tubuhnya, menghindari terik matahari.
"Kenapa baju olahraga harus lengan pendek sih", gerutu Milka setiap mengenakan baju olahraga. Setelah siap, Ia turun menemui sang Bunda.
"Masak apa Bun?". Tanya Milka, sembari mendudukan dirinya dikursi.
"Nasi goreng". Balas Anne, "Sarapan dulu nak, kesekolah mau dianter bunda?". Tanya Anne sembari memindahkan nasi kepiring anaknya.
"Emb--udah janjian sama Nakula". Jawab Milka lirih, Ia malu sekali sekarang.
"Ciee, Bunda baru inget kalo anak gadis bunda udah besar sekarang". Canda Anne, kemudian terkekeh geli, melihat wajah anaknya yang memerah hingga menjalar ketelinga karena malu.
"Bun".
"Iya-iya maaf, yaudah abisin dulu sarapannya nak". Milka mengganguk patuh. "Mau dibekalin?". Tanya Anne.
"Boleh, semalem aku udah masak udang kok Bun, tinggal diangetin aja"
"Ok, biar Bunda yang angetin". Milka menggangukan kepalanya, "Malem ini kayanya bunda bakal lembur lagi nak". Lanjutnya
"Iya Bun, nanti aku bisa minta temenin Nakula dulu". Anne mengangguk. Ia bersyukur Milka sangat mengerti dirinya. Bahkan anaknya tak pernah menanyakan keberadaan ayahnya. Mungkin takut menyakiti hati Bundanya.
"Bunda". Terdengar suara Nakula dari luar. Alih-alinh memanggil nama pacarnya, Nakula malah memanggil nama ibu pacarnya.
"Tuh pacarmu udah dateng. Bunda kedepan ya". Milka mengguk. Ia membereskan bekal untuk dimasukan kedalam tas kecil. Kemudian menghampiri Nakula.
"--siap Bunda". Ucap Nakula, "Udah?". Tanya Nakula, melihat pacarnya sudah berdiri disamping Anne. Milka mengganguk sebagai jawaban.
"Berangkat ya Bun". Ujar Nakula sembari menyalimi tangan Anne dilanjutkan dengan Milka.
"Iya, hati-hati".
***
Tibalah mereka berdua diarea parkir sekolah. Milka melepaskan helm dibantu Nakula. Cowok itu segera membetulkan tatanan rambut Milka yang terlihat berantakan.
"Apa pakai mobil aja ya kita". Milka melempar tatapan tajam mendengar ucapan pacarnya, "Iya-iya, enggak". Lanjutnya takut.
"Masih marah ya?". Tanya Nakula. Semalem Milka menelfonnya membicaran uang parkir yang diganti oleh Nakula. Milka ingin mengembalikan uang itu tapi ditolak Nakula. Kata cowok itu, "Buat bayar parkir kapan-kapan". Milka mengelus dada mendengarnya.
"Lain kali jangan kayak gitu, cuma lima ribu Nakula, masa gantinya lima juta kan jauh banget". Omel Milka, Nakula menggaruk pelipisnya.
"Iya deh, jangan marah lagi tapi". Akhirnya Milka menganggukan kepalanya.
"Udah sarapan?". Nakula menggelengkan kepalanya membuat decakan lolos dari bibir Milka.
"Sarapan". Milka mengangsurkan kotak bekal untuk Nakula. Tangannya terulur untuk menerima kotak bekal dari Milka. Senyuman terbit di bibirnya.
Melihat Nakula yang masih senyum-senyum ditempat sembari memandangi kotak bekal dari Milka. Hingga tak sadar Milka sudah berjalan meninggalkannya.
"Eh--Tunggu". Milka sama sekali tak menoleh, "Aku pasti habisin". Teriak Nakula mengundangan tatapan dari siswa yang lain.
Nakula berjalan menuju kelas, senyuman masih bertengger di bibir. Cewek-cewek yang berpapasan dengannya sampai dibuat terpesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milka dan 1001 Kisah Cintanya
Teen FictionMilka remaja yang baru genap berusia 17 tahun memiliki seorang pacar yang kata orang-orang pacarable. Nakula namanya. Nakula memiliki sifat baik hati, suka menolong dan gak enakan. Semua love language ada pada diri Nakula. Berbanding terbalik dengan...