24 - Keluarga

32 3 0
                                    

"Gimana tanggapan lo, Sel? Si Kaiza udah dapet pacar aja. Ketos lagi." Erhan terkekeh pelan. Seperti, puas sekali melihat Marsel yang saat ini hanya bisa melamun.

"Bacot."

Satu kata itu membuat Erhan tertawa. Tak habis pikir dengan Marsel yang sudah menolak gadis yang selalu mengejarnya hanya demi seorang gadis lainnya yang sudah jelas menolak Marsel.

Bolehkah Erhan menyebut ini sebagai karma?

Karma karena Marsel sudah menolak Fira yang tulus, dan kini laki-laki itu yang ditolak bahkan gadis yang dia perjuangkan sudah menjadi milik orang lain.

Tetapi, Erhan senang. Sebab, kini Fira sudah tidak lagi peduli semua tentang Marsel. Bahkan gadis itu pun menjauhi laki-laki itu.

Ya, Erhan menyukai Fira.

Semua sudah bisa ditebak. Erhan menyukai Fira jauh sebelum gadis itu menyukai Marsel. Erhan selalu memendam semuanya sendirian. Di saat Fira yang hanya ingin menjadi pacar Marsel, saat perhatian Fira hanya tertuju pada laki-laki itu, dan bahkan saat Fira yang hanya ingin dekat dengan Marsel pun, Erhan tak peduli dan tidak sedikit pun kesal. Dia justru senang saat Fira bahagia. Namun, itu semua berubah. Dia kesal dengan sikap Marsel yang keterlaluan. Sikap Marsel yang kasar dengan Fira.

"Bro, gue tau lo sekarang pasti nyesel, kan?"

Marsel mendelik. "Nyesel apaan?" tanya laki-laki itu. Dia tidak paham arah pembicaraan keduanya saat ini.

Erhan tersenyum. "Lo ternyata gak nyesel, ya. Perkiraan gue salah. Gue kira lo nyesel udah sia-siain Fira gitu aja. Udah bentak dia, marahin dia, kasarin, bahkan sampe bikin dia gak mau ketemu lo lagi."

Marsel diam. Tetapi, dia tetap mendengarkan ucapan Erhan dan memikirkannya.

"Fira udah resmi berhasil move on dari laki-laki brengsek kayak lo." ungkap laki-laki itu.

"Maksud lo apasih?!" Marsel tersulut emosi.

"Gue gak bermaksud apa-apa. Cuma, memang bener, kan, cowok yang berani kasar dan bentak cewek itu gak lebih dari cowok brengsek!" Erhan pergi dari sana.

Marsel meninju tembok di sebelahnya. Sial, dia jadi memikirkan gadis yang dianggap pengganggu oleh dirinya.

***

Jam pelajaran yang membosankan itu hanya membuat Kai menguap saja. Maklum, gurunya juga membosankan. Tak heran jika banyak murid yang juga sama seperti Kai. Tidak suka dengan mata pelajaran ini.

Ting!

Notifikasi dari ponsel yang berada di laci meja, spontan membuat Kai menunduk. Di sana terpampang jelas chat dari seseorang yang membuat Kai tersenyum.

 Di sana terpampang jelas chat dari seseorang yang membuat Kai tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buru-buru Kai membalas chat itu.

Buru-buru Kai membalas chat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'M KAI! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang