ARKANANTA

142 21 8
                                    

•Halo, selamat datang di cerita ARKANANTA part 1.

•jangan lupa baca cerita aku yang ASMARALASKA ya. Terimakasih

•Ada yang nungguin ga?! Hmm, pasti ga ada sih ini wkwk

•are u happy now?







•Selamat membaca ARKANANTA.




Beberapa alat test kehamilan milik Kana tergeletak hancur begitu saja di atas lantai kamar.

"KAMU BODOH, KANA!" Bentakan kasar itu keluar begitu saja dari mulut Citra, Mama Kana.

"Mau ditaruh dimana muka Mama kalo orang-orang tau kamu hamil diluar nikah!" Citra mendekat ke arah Kana yang sudah tertunduk di sudut ruangan.

"Kita miskin, Kana. Hasilnya garis dua, kamu mau besarin pake apa? Daun!" Citra menyodorkan tespect yang benar-benar menunjukkan garis dua lalu menggosokkannya kasar kewajah gadis itu.

"Kamu mau di olok-olok sama tetangga!"

Citra melempar asal alat test kehamilan milik Kana,"Mama susah-susah cari uang buat kamu, Mama rela jadi tukang cuci supaya kamu bisa makan!"

Citra berjalan mendekat kearah kasur Kana, ia duduk membelakangi Kana.

"Gugurin!" Ucapan Citra membuat jantung Kana mencelos.

"Gugurin atau kamu nanggung malu!" Citra kembali membalikkan badannya menghadap anak perempuannya itu, Kana menatap mata Citra dengan derai air mata lalu menggeleng menolak permintaan Citra.

"GUGURIN, KANA!" Teriak Citra lagi, tangannya dengan enteng mengambil vas bunga dari atas meja belajar Kana lalu melemparkannya langsung ke arah Kana.

Prang

"MAMA NYESAL BESARIN KAMU SENDIRIAN, MAMA KERJA SAMA-SINI SUPAYA KAMU BISA SUKSES. MAMA BERHARAP SUPAYA KAMU BISA GANTIIN MAMA KERJA, KANA!" Teriak Cintra histeris membuat Kana menangis semakin histeris,"Tapi, kamu patahin harapan Mama." Citra menangis melihat keadaan Kana yang berantakan.

Kana kembali mengingat, jika Citra selalu berusaha sekuat mungkin untuk menyekolahkannya. Terakhir untuk masuk ke NAGESWARA, sekolah elite dan terkenal.

Citra berusaha sekuat mungkin, walaupun ia mendapat beasiswa disana masih ada beberapa yang harus dibayar. Citra harus bekerja di 3 tempat untuk mendapatkan uangnya.

"M-ma---," Kana berjalan mendekati Citra, ia bertekut lutut dihadapan wanita paruh baya itu."Aku janji--," tangan Kana gemetaran memegang tangan Citra memohon disana,"Aku janji akan meminta pertanggungjawaban dari ayah anak ini,Ma. Aku ga akan besarin dia sendirian, Tapi....."

Kana  menjeda kalimatnya, ia mengatur nafasnya yang memburu. Ia menutup mata dan menggelengkan kepalanya prustasi mengingat permintaan Citra untuk menggugurnya.

".....Jangan minta aku untuk gugurin,Ma!"

Citra terdiam dengan air mata yang sudah mengucur deras dari kedua matanya.

"Bahkan setelah ini aku harus berjuang untuk anak ini, Aku takut. Aku takut dia gamau tanggung jawab,Ma!" Air mata Kana semakin menunjukkan prustasinya gadis itu sekarang.

"Mama harus dukung aku! Bukan minta untuk digugurin. Tolong...." Kana mengepalkan kedua tangannya di hadapan Citra.

Wanita paruh baya itu semakin menangis, ia merasa gagal mendidik putrinya."Mama gagal, Kana. Mama gagal didik kamu!" Kana menggeleng menolak ucapan Citra."Engga,Ma. Mama gapernah gagal didik aku, tapi aku yang gagal jadi anak."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARKANANTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang