7

57 4 0
                                    

Malam ini adalah malam ketiga gue camping. Jam sudah menunjukan pukul 7 malam, waktunya untuk makan malam. Gue bersiap-siap untuk menuju ke tempat api unggun untuk makan malam.

Sesampainya gue disana, gue mengambil makanan dan langsung mencari tempat duduk. Kebetulan di depan api unggun kosong, lalu gue langsung duduk disana. Saat asyik menikmati makanan tiba-tiba seseorang duduk disebelah gue, dengan refleks Gue menoleh kearah orang itu.

"Hai,"kata seseorang yang duduk disebelah gue

"Hai," Ya, seseorang yang duduk disebelah gue itu adalah Ken.

"Kok sendirian aja Al?" tanyanya

"Engga kok, kan ada lo," jawab gue
"Oh iya ya," katanya sambil cengengesan.

"Hmm, kaki lo gimana?" tanyanya —lagi.
"Ya, lumayan. Udah ga begitu sakit, tapi masih sakit," jawab gue santai
"Yee, gimana sih lo. Yang bener sakit atau engga?" katanya agak sedikit kesal.
"Hehehe, iya. Yang jelas udah jauh lebih baik dari sebelumnya,"

Saat sedang asik mengobrol,
"Woii!"
"Ecopot! Ih Vanka, ngagetin aja sih," kata gue sambil mengelus dada
"Tau! Rusuh," timpal Ken
"Yee, lagian asik banget berdua-duaan, sampe guenya dilupain," katanya sambil menunjukkan pouty facenya .
"Lebay lo lebay," kata gue sambil menarik hidung Vanka yang mancung.
"Ih, jangan pegang pegang, nanti gue ketularan pesek tau," ledeknya.
Oke. Hidung gue emang pesek, tapi ga pesek-pesek amat – alias sangat normal.
"Wuu, gapapa dih. Bagi bagi kali mancungnya," kata gue ga mau kalah.

"Udah, gausah berdebat. Dikit lagi mau diadain games," kata Ken tiba-tiba.
"Loh, games lagi?" tanya gue dengan muka bingung
"Iya,perkelompok cari bendera. Kalo emang kaki lo masih sakit, ya gausah ikut," jawabnya
"Engga, gue ikut kok," jawab gue bersemangat.
"Yaudah deh kalo gitu gue duluan ya Al, Van," kata Ken berpamitan.
"Oke,"

"Al lo yakin mau ikut?" kata Vanka sedikit khawatir
"Yaelah Van, kaki gue udah ga sakit, tenang aja deh," jawab gue sambil menggoyang goyangkan kaki gue. Apadeh, sombong banget-_-

"Gue bukan khawatir soal kaki Al," katanya. Gue hanya menunjukan muka bingung.
"– tapi temen sekelompok lo itu. Gue takut lo kenapa napa" lanjutnya
"Ye, gue kira kaki. Kalo mereka sih santai aja kali," jawab gue enteng
"Bener ya lo janji ga akan kenapa-napa," kata Vanka mengancam.
Gue hanya mengangguk kecil.
"Yaudah, sekarang gue mau gabung ke tenda gue. Bye Koala bear," katanya pamit sambil memberikam kiss bye.
Vanka — sahabat gue yang satu ini memang care banget sama gue, apapun yang gue lakuin dia pasti tau. Gimana ga tau, keponya selangit.

Setelah Vanka pergi dari hadapan gue, gue juga langsung kembali ke tenda gue.

"Eh katanya mau ada games, kita ikut kan?" kata gue yang baru sampai di tenda
"Hah? Games lagi?" kata Thalia kaget,
"Iya, Ken yang bilang," jawab gue
"Haduh! Kenapa kita ga dikasih waktu istirahat sebentar sih," timpal Della yang masih sibuk memoles kukunya.
"Yaudah kali ikutin aja, gaada salahnya kan." kata Rani sambil mengotak atik gadgetnya.
"Tuh, bener kata Rani. Yuk keluar," ajak gue.

Thalia dan Della keluar tenda dengan langkah gontai, sedangkan Rani masih fokus ke HP nya.

"Baiklah, saya kira itu saja penjelasan dari saya. Saya harap tidak ada keisengan. Terimakasih," ucap Ken diakhir penjelasan.

"Yo guys! Kita harus cepet," kata gue,
Thalia yang tadinya lemas tiba-tiba saja jadi sangat bersemangat, begitu juga dengan Della dan Rani. Aneh,
"Ya! Ayo!"

Kita masuk ke dalam hutan untuk mengambil bendera.
Kelompok gue kebagian mengumpulkan bendera warna merah.
Baru saja memulai pencarian gue teringat sesuatu.
Boneka koala gue!
Ketinggalan di tenda. Sebenernya ga masalah sih, yang jadi masalah gimana kalo misalnya gue tidur tiba-tiba? Trus kejedot batu. Kalo misalnya ada boneka itukan jadinya kepala gue terselamatkan.

KOALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang