"Occulos Reparro!"
Angin malam berhembus menusuk kulit manusia manapun yang tidak memakai perlindungan ekstra terhadap tubuhnya. Gadis itu merutuki kebodohannya tak membawa sweater ataupun jubahnya untuk melindungi tubuhnya.
Dirinya termenung menatap Danau Hitam tanpa mempedulikan suhu yang menusuk sama menusuknya dengan Proffesor Ramuan yang semua murid benci, kecuali Slytherin.
"Huft, aku masih tak percaya diriku berada disini. Pastinya cepat atau lambat akan ada Prefek, Flitch atau Proffersor yang menemukan murid di luar jam malam begini." Ia menggelengkan kepalanya berharap kemungkinan terburuk bisa saja ia bertemu Severus Snape yang membuat moodnya hari ini merasa buruk.
"Apa yang dilakukan murid tahun pertama disini?" Sebuah suara dingin menembus pendengaran Gadis itu yang memejamkan matanya sekarang. Ia merasa ingin cepat menghilang, kemungkinan terburuknya menjadi kenyataan.
"Proffesor, i can explain! Aku hanya ..." Ia bingung alibi apa yang harus ia katakan.
Snape menaikkan alisnya seolah mengatakan 'aku hanya apa?'. Sebelum akhirnya senyum mengejek tercetak di wajahnya, "Detension Ms. Smith! In my office now!"
Setelah mengatakan itu Snape berbalik dan berjalan menjauh diikuti Gadis itu yang nampak lemas menjalankan detensi diruangan Proffesor Snape. Oh Tuhan! Apakah ada yang lebih buruk? Pikirnya sambil melihat kedepan dimana dirinya dan Snape menyusuri koridor menuju ruangan Snape yang lembab dan dingin itu.
Seharusnya ia mengikuti perkataan Hermonie dan Harry yang melarangnya pergi ke danau tadi.
"Menyesal Lilyth Smith?" Suara halus Snape terdengar jelas membuat Lilyth merinding. Snape berhenti sejenak menatap Gadis itu, dimana ia memiliki nama yang sama seperti nama yang masih setia di dalam hatinya. Severus menggelengkan kepalanya segera ia berjalan kembali meninggalkan Lilyth yang menatap Snape yang tengah berjalan di koridor dengan Dramatis itu. Sebuah senyuman terbit di wajah mungilnya.
"Kau tak pernah berubah sejak kita terakhir kali bertemu, Severus Snape."
Lilyth terus merutuk dan menggumamkan kata-kata tak pantas. Ia benar-benar ingin menendang wajah snape jika saja tidak mengingat bahwa yang dihadapannya ini adalah gurunya. Rasanya ia ingin meledakan tempat yang menjadi singasana Severus Snape itu jika saja tidak mengingat tugas yang sedang dirinya lakukan. Jika saja pak tua itu tidak mengirimkannya kesini untuk menjalankan misi maka ia pasti sudah meraung raung kesehatan eh kesetanan bak dikatai Anjing oleh temannya yang anjing itu. Bahkan ia masih mengingat betul apa yang akan dikatakan temannya jika melihat kondisinya yang memprihatinkan (sangat lucu) di mata mereka.
"Bacot!" Serunya tanpa sadar membuat Snape yang tengah membaca bukunya menoleh ke arahnya dengan alis yang terangkat.
"Sorry Proffesor. Lupakan saja," ucapnya seraya kembali mengadukan ramuan yang tengah ia buat.
Sungguh, Lilyth merutuki Pria Tua Bangka itu. Bukannya tak hormat kepada yang lebih tua hanya saja ia menyesal dan rasanya ingin meng-avada Kadraba Pak Tua itu.
Pikirannya kembali melayang ke saat dirinya tengah berada di dunianya sebelum ia ke dunia ini.
¤
Saat itu dirinya sedang bersantai atau bisa disebut rebahan di kasurnya memikirkan akan ke mana hari ini. Mengingat ia spesial dari manusia-manusia pada umumnya. Apakah menonton saja? Ah tidak dia baru sadar selesai me-rewatch series Harry Potter dan sudah menamatkan anime One Piece yang sudah tamat sejak setahun lalu. Master Piece bagi Oda Sensei yang sudah menciptakannya, ia ingin sekali ke masa lalu dan membocorkan spoiler eh tunggu? Masa lalu? Ah! Kenapa tak terpikirkan sebelumnya! Dirinya adalah time travel yang bisa ke masa lalu. Kini ia memiliki ide, senyum licik terpampang jelas di wajah blasterannya. Ia sangat yakin jika dirinya akan berada di Slytherin jika ada di dunia Harry Potter.
Baiklah kembali ke topik, kini ia sedang mengambil tas guna mempersiapkan snack dan barang-barang yang ia butuhkan untuk menuju masa lalu. Dicarinya sebuah topi berwarna hitam di seluruh ruangan, ia menepuk jidatnya pelan dan merutuki kebodohannya sendiri. Topi itu ada di lantai bawah, akhirnya ia mengangkat tangannya ke arah pintu kamar yang tiba-tiba terbuka sendiri beberapa detik kemudian tidak sampai semenit sebuah topi hitam melayang--tidak maksudnya melesat cepat ke arahnya. Ditangkapnya topi itu dan menaruhnya di kepala tak lupa ia memakai masker untuk menghindari Corona walau sebenarnya tahun yang ia kunjungi ini tidak ada Corona Virus, bodoh sekali bukan?
Sesaat kemudian ia menghilang meninggalkan ruang kosong dengan pintu kamar yang menutup secara perlahan dan terkunci. Sebuah seluit hitam di balik pintu nampak berjalan ke arah meja meninggalkan sebuah pesan dan segera menghilang. Isi pesan tersebut membuat seolah-olah Lilyth yang menulisnya, beginilah isi pesannya jika kalian kepo.
Mom, aku akan pergi agak lama dan jika aku tidak kembali dalam sebulan maka kemungkinan terburuknya aku berada dalam situasi yang genting sehingga tak bisa kembali. Jadi dengan berat hati anggaplah saja aku sudah mati jika sebulan telah berlalu, anggap saja aku tak pernah ada di dunia ini. Sampaikan salam penuh cinta untukku kepada Dad, Kakak laknat itu yang selalu membuka pintu tanpa sebab, adik tercinta ku jangan bilang aku pilih kasih ya tapi kenyataannya begitu Mom dan untuk Mommy. Jaga dirimu, jangan lupa istirahat dan jangan banyak pikiran.
I love you all, from your daughter yang kece badai cantiknya membahana eakk.
Sungguh meyakinkan bukan isi suratnya? Membuat siapapun yang membacanya pasti meragukan kalau itu bukan sang empunya yang menulis.
"Pak Tua sialan!" Umpat gadis itu membuat Snape mendengus mendengarnya dan berpikir apakah gadis dihadapannya ini memiliki keterbelakang mental?
********
![](https://img.wattpad.com/cover/323105747-288-k479216.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REPARRO!
RandomHowgarts kedatangan tamu tak di undang membuat sebagian merasa aneh dengan kedatangannya namun juga nyaman. Dia ada dan Dia hadir untuk sebuah misi yang dijalankan sepenuh hati (tertekan). "Occulos Reparro! Aku hadir untuk memperbaiki semuanya, aka...