Ayah, 03

4 3 0
                                    

Ayah ... coba lihat pipiku basah, aku diolok-olok angan yang berakhir menjadi kehampaan. Coba pandang rupaku yang muram, tidak lagi seperti padang bulan di langit Tuhan, kan?

Ayah ... coba raba punggungku dengan hati, temu tidak dengan remuk sebab kehilangan jati diri?

Ayah ... coba buat suasana ini jadi sunyi, dengar tidak gaung dalam kepalaku sebab lelah memikirkan segalanya sendiri?

Ayah ... coba tepuk pundakku ini, pelan saja tak apa, sebab ada harap yang memberontak ingin lepas di sana. Semoga menenang segalanya nan bersabar menungggu selepas tepukanmu yang hangat itu.

Ayah ... coba dekap aku, segalaku seolah kan meluruh tanpa dimau. Kalau-kalau dipeluk putus asa, mungkin sebab mereka iba karena aku lagi tidak baik-baik saja. Dekap, ya, sebentar ... biar kuberitahu bahwa aku tidak sendiri di dunia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perihal AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang