Prolog (New friend)

47 2 0
                                    

"Gadis introvert." Ucap seorang gadis yang tengah memperhatikan perempuan dengan buku kecil ditangan nya. Entah lah ... sepertinya ia tengah membaca sesuatu, hal itu terlihat dari penutup wajah nya yang sedari tadi bergerak, dengan mata yang sesekali melihat ke arah buku kecil tersebut.

"I think, dia gadis baik-baik." Sambung seorang teman di sebelah nya, yang tak kalah fokus memperhatikan objek yang sama dengan nya. Seorang gadis bercadar yang tengah duduk sendirian di taman kampus.

Ila mengangguk membenarkan. "Kalau itu mah udah pasti, Sya ... dia tau nggak ya, kalau sekarang dia lagi jadi topik pembicaraan satu kampus?" tanya Ila kepada teman di samping nya, mengingat bahwa gadis bercadar tersebut tengah viral karena ada seseorang yang memposting sesuatu tentang nya, dengan menandai akun sosial media kampus, yang kemudian di repost oleh admin yang bertanggung jawab memegang akun kampus tersebut.

"Hmm maybe dia nggak tau, La. Soalnya aku nggak pernah tuh lihat dia megang hp. Biasanya kalau nggak megang novel, ya buku kecil itu," jawab gadis yang di yakini bernama Resya itu, sambil menunjuk ke arah buku kecil yang tengah di pegang oleh gadis yang saat ini tengah mereka bicarakan.

"Atau mungkin dia nggak punya handphone ya Sya, karena dia tau kalau handphone lebih banyak bawa pengaruh negatif daripada positif nya,"

Resya sejenak berpikir. "Bisa jadi." Jawab nya sambil mengangguk kan kepala nya.

Tiba-tiba saja gadis yang tengah menjadi objek pembicaraan mereka tersebut, beranjak bangkit dari duduk nya dan berjalan sedikit tergesa-gesa. Kelihatannya nya ia sedang terburu-buru mengejar sesuatu, sampai-sampai ia tidak sadar telah meninggalkan novel nya di tempat tadi ia duduk.

......................................

Aqila Avionita, gadis cantik berperawakan tinggi yang kecantikan nya hampir tidak ada yang mengetahui, karena masker yang tak pernah ia lepas ... kecuali pada saat makan dan sholat. Entahlah, seperti nya ia masih enggan melepas benda kecil itu, mungkin karena aturan yang telah di buat oleh pemerintah akibat wabah beberapa tahun lalu.

Resya devana, gadis bertubuh mungil yang sedikit berisi itu memiliki wajah yang tak kalah cantik dengan teman masa kecil nya yaitu, Aqila. Mereka berdua selalu saja bersekolah di tempat yang sama, mulai dari taman kanak-kanak sampai kuliah di kampus pun mengambil jurusan yang sama pula.

Mereka berdua bukan termasuk orang-orang famous di kampus. Begitulah ... dunia perkuliahan bukan seperti masa putih abu-abu. Saat kuliah, setiap orang akan sibuk dengan hidup nya masing-masing.

........................................

Disinilah mereka berada, Resya dan Aqila langsung menghampiri tempat wanita bercadar tadi duduk, ketika melihat ada barang gadis itu yang tertinggal.

"Cinta di ujung sajadah." Ila membaca sampul depan dari novel tersebut, salah satu novel karya Asma Nadia.

"Kita tunggu disini aja ya Sya, pasti nanti dia balik lagi kesini." Ucap Ila seraya mengambil novel tersebut, lalu duduk di atas kursi dan di susul oleh Resya yang juga ikut duduk di samping nya.

"Iya La, sekalian aku mau kenalan." Balas Resya yang di angguki oleh Ila.

Sembari menunggu kedatangan gadis bercadar tersebut, Aqila dan Resya pun menyibukkan diri dengan bermain handphone.

"Assalamu'alaikum, Kak. Maaf ... Ada lihat novel di sekitar sini?" Suara seseorang menyadarkan Aqila dan Resya yang sedari tadi fokus dengan ponsel masing-masing. Mereka berdua secara bersamaan menoleh ke arah asal suara.

Terlihat seorang wanita bercadar tengah memandang ke arah mereka sambil tersenyum. Memang tidak terlihat, tetapi mereka yakin wanita itu sedang tersenyum karena melihat matanya yang sedikit mengecil.

"Ehh iya kak, ada nih," jawab Aqila sambil menyodorkan novel yang sedang di pegang nya, kepada gadis bercadar tersebut.

Gadis itu mengambil novel tersebut dari tangan Aqila. "Alhamdulillah, makasih banyak ya kak." Ucap gadis itu sambil menunduk sopan dan kembali tersenyum.

Aqila dan Resya bangkit dari duduk mereka, sehingga terlihat hijab mereka yang hampir sama panjang nya dengan gadis bercadar itu. Aqila dan Resya adalah anak jebolan pondok pesantren, karena itu style mereka terlihat biasa saja, bisa dikatakan lebih dari kata biasa sebagai anak kuliahan yang biasanya selalu mengutamakan outfit of the day nya.

Bahkan, style wanita bercadar di hadapan mereka saat ini terlihat lebih aesthetic di banding mereka. Dengan headpiece mutiara yang di pasang di atas hijab nya, menambah kesan anggun bak bidadari. Gadis bercadar itu tetap bisa tampil matching tanpa sedikitpun memperlihatkan aurat nya.

"A'isyah, biasa dipanggil Ais." Ucap gadis bercadar tersebut sambil mengulurkan tangan nya.

Aqila dan Resya sedikit terkejut, karena niat mereka yang awal nya ingin mengajak gadis bercadar itu berkenalan, ternyata gadis itu lah yang memperkenalkan diri nya terlebih dahulu.

Aqila tersenyum, lalu menyambut uluran tangan gadis itu. "Aqila, salam kenal Ais," Aisyah mengangguk tersenyum.

Begitu juga dengan Resya yang melakukan hal yang sama. "Salam kenal Ais, aku Resya." A'isyah kembali mengangguk dan tersenyum.

"Duduk Ais, kita ngobrol-ngobrol dulu boleh?" Pinta Resya yang di angguki kepala oleh Aisyah. A'isyah duduk di kursi depan dan di susul oleh Aqila dan Resya yang ikut duduk di kursi yang berhadapan dengan Aisyah.

"Kalian dari fakultas mana?" Tanya Aisyah mengawali pembicaraan.

"Kami berdua satu fakultas Ais, di fakultas hukum dan sama-sama ngambil prodi hukum tatanegara." Jelas Aqila.

"Maa syaa Allah, anak hukum ternyata." Puji Aisyah kagum.

"Hehe iya, Ais. Kalau kamu sendiri dari fakultas mana?" Kini giliran Resya yang bertanya.

"Fakultas tarbiyah, Sya. Aku ngambil prodi Pendidikan Agama Islam."

"Maa syaa Allah, kamu mau jadi guru, Ais?" tanya Aqila yang hanya di balas anggukan kecil dan senyuman oleh Aisyah. Suasana kembali hening.

"Tapi Ais, kenapa aku jarang banget lihat kamu di kampus?" tanya Resya memecah keheningan di antara mereka.

"Aku ngambil jadwal kuliah sabtu-minggu aja Sya, soalnya hari lain aku ngajar ngaji di rumah, dan ngajar di pondok pesantren juga," jelas Aisyah.

"Maa syaa Allah Ais, kamu udah ngajar aja. Berarti rumah kamu dekat atuh dari sini?" Aqila gantian bertanya.

"Iya Qila, lebih kurang 20 menit kalau naik motor."

"Enak banget kamu Ais, kalau kami perjalanan hampir 3 jam baru bisa sampai rumah," ungkap Resya sambil membuang nafas berat.

A'isyah mengerutkan kening nya. "Memang nya kalian asli mana?"

"Kami orang Bandung, Ais. Lucu sih memang, orang-orang pada pengen kuliah di Bandung, kami yang orang Bandung malah ke jakarta" jelas Resya di akhiri dengan tawa canggung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haii semua nya, jangan lupa di like yaaa.
Jangan lupa di follow Ig aku @authortna

Story of AqilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang