kepergian sang kakak

9 0 0
                                    

"Anak ku sayang, selamat atas kelulusan mu!"

"Terimakasih, Ibu, ayah. Setelah ini aku harus pergi ke Busan untuk magang di sana."

Clara, hanya berdiam diri melihat keluarga nya itu berpelukan. Bukan Clara tak senang melihat kakak nya itu berhasil menyelesaikan kuliahnya, dan sekarang dia sedang melakukan wisuda.

"Kenapa aku tidak bisa melanjutkan kuliah seperti, kak Dion?" Clara bertanya pada ayah nya.

"Ayah dan ibu belum melunasi hutang yang kami pinjam, untuk keperluan kakak mu semasa kuliah," Jawab ayah Clara.

"Kalian tenang saja, setelah aku bekerja di Busan, aku akan mengumpulkan uang untuk melunasi hutang ayah dan ibu. Aku juga akan menguliahkan mu, Clara!" Dion menghampiri adik kecil nya itu.

"Awas jika kamu berbohong! Aku akan menagih janji mu nanti!" Clara memeluk kakak laki-laki nya itu.

Setelah acara di kampus selesai, keluarga Clara kembali ke rumah, untuk mengemasi barang-barang Dion.

"Jangan cemberut seperti itu, Clara. Kamu bisa membantu ayah dan ibu berjualan bunga, untuk biaya kuliah mu suatu saat nanti." Ujar Dion.

"Kenapa aku harus berusaha dulu? Sedangkan kakak tinggal menikmati hasilnya saja!"

"Sudahlah, jika kakak mu bekerja nanti, dia juga tak akan melupakan keluarga nya sendiri." Timpal Jihyo, Ibu Clara.

"Semangat, nak! Kamu pasti bisa membanggakan keluarga kita!" Ujar Andrew, kepala keluarga itu.

Clara mengerucutkan bibirnya, selalu saja Dion yang di utamakan. Padahal belum tentu Dion di terima di tempat kerja nya nanti.

Dion lulusan kedokteran, pria itu pintar meski dia sangat malas. Orang tua nya selalu menomor satukan Dion karena dia seorang anak laki-laki, sedangkan Clara selalu menjadi nomor dua.

"Aku heran, kamu 'kan sangat nakal, bahkan saat sekolah dulu kamu sering terkena kasus. Kenapa sekarang kak Dion berhasil lulus kuliah? Ini tidak adil!" Dengus Clara.

"Kamu ini, selalu saja iri pada kakak mu! Dia itu laki-laki, pasti dia akan membanggakan keluarga kita!" Ketus Jihyo.

Clara hanya bisa menghela napas. Clara tak ingin di bandingkan seperti ini, dia ingin orang tuanya berlaku adil!

Clara memilih masuk ke kamarnya, "menyebalkan!"

Keluarga Clara terbilang sederhana, mereka memiliki hutang di mana-mana agar bisa menguliahkan Dion. Mereka hanya memiliki toko bunga kecil-kecilan untuk menyambung hidup.

Clara harus rela tidak melanjutkan pendidikan nya, Clara ingin sekali berkuliah seperti yang lain. Tapi dia sadar, hutang keluarga nya saja belum sempat dilunasi.

Clara tak mempunyai cukup teman, dia hanya bersahabat dengan Megan. Meski usia mereka terbilang cukup jauh, namun Megan sangat dekat dengan Clara, karena Megan menyukai Dion.

#####

"Aku berangkat, sampai jumpa semuanya!" Dion melambaikan tangan pada keluarga nya.

Jihyo tak bisa menahan tangis nya, dia merasa bangga melihat anak laki-laki nya itu bisa seperti sekarang.

Setelah Dion memasuki sebuah bus, kini keluarga Clara kembali ke rumah untuk berjualan bunga. Kali ini Clara harus membantu orang tuanya, dia harus menanam, memanen, membungkus, dan mengantarkan bunga itu.

"Ulat!" Jerit Clara, saat seekor ulat menempel di kaki nya.

"Hanya ulat kecil, tidak usah berlebihan!" Jihyo menyingkirkan ulat itu.

Clara bernapas lega, dirinya sudah lama tidak memanen bunga di halaman belakang. Karena saat itu, Clara sibuk bersekolah.

"Clara, antar kan ini! Alamat nya sudah tertera di sana!" Andrew memberikan seikat bunga mawar.

"Baik, ayah!" Clara segera bergegas, dia mengenakan hoodie nya lalu pergi mengantar bunga menggunakan sepeda.

Seharian ini, Clara sudah bekerja dengan keras. Uang yang dia dapat, kini di kumpulkan oleh ibu nya untuk membayar hutang nanti, dan sisanya di gunakan untuk membeli bahan makanan.

"Upah untuk ku mana?" Tanya Clara, pada orang tuanya.

"Kapan-kapan saja, ini pun masih kurang untuk sehari-hari," Ujar Jihyo.

"Tidak ada upah untuk ku? Aku juga lelah bekerja, bahkan semua pekerjaan hampir ku pegang semua! Kalian bahkan tidak memberi ku waktu untuk istirahat tadi!" Clara menahan air matanya.

Sungguh, Clara sangat lelah. Seharian ini dia benar-benar tak beristirahat, karena pekerjaan yang tiada hentinya. Bahkan orang tuanya pun tidak memberikan makan ataupun minum, upah pun tidak.

"Nanti ayah belikan es krim, ya." Andrew mencoba membujuk anak nya.

"Ayah pikir aku anak kecil?!" Clara berlari menuju kamar.

Gadis itu menangis. saking lelahnya, Clara sampai tertidur dengan pakaian yang masih kotor karena tanah tadi.

#####

Sudah hampir seminggu, Dion tidak pernah mengirimkan kabar pada keluarga nya di rumah. Pria itu menghabiskan waktunya untuk pergi bermain game dan pergi ke tempat hiburan malam.

Hanya sesekali Dion pergi ke tempat magang, itupun dia harus di marahi dulu oleh atasannya.

"KAU INI NIAT BEKERJA TIDAK?!"

Dion menutup telinga nya, saat sang atasan sedang berteriak karena marah.

"Kau tidak pantas menjadi seorang Dokter! Tidak ada Dokter yang malas seperti mu!" Pria yang mengenakan jas Dokter itu, pergi meninggalkan Dion.

"Hais! Bosan sekali mendengar pria itu memarahi ku!" Dion memilih pergi.

Pria itu memasuki sebuah bar. Uang saku pemberian ibu nya kini menipis, setelah Dion gunakan untuk hal yang tidak penting.

Malam itu, Dion memesan tiga botol soju sekaligus. Dia menghabiskan uang pemberian ibu nya, "uang bisa di cari, kesenangan harus kita nikmati!"

Dion meneguk minuman itu hingga tandas. Kepalanya terasa pening, Dion memilih pulang ke kostan setelah menghabiskan semua minuman nya.

Keadaan Dion sekarang sudah sangat mabuk, pria itu berjalan dengan sempoyongan. Dion memilih jalan yang dekat dengan sebuah pantai, itu memang jalan yang sering dia lewati.

Dion berhenti, saat lampu hijau menyala. Karena jalanan itu cukup sepi, Dion memilih untuk melewati jalan itu.

Dari kejauhan, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Karena penerangan di sana terbilang minim, pengendara tersebut tak begitu jelas melihat Dion yang menyebrang di jalan itu.

BRAK!!!

#####

Clara kembali bekerja membantu orang tua nya seperti biasa. Karena kemarin beberapa rentenir sudah kembali menagih hutang mereka.

Mau tak mau, Clara harus bekerja tanpa adanya imbalan. Yang Clara dapat hanya rasa lelah setelah bekerja seharian penuh. Meski toko bunga nya terbilang cukup sepi, Clara harus bekerja seperti biasa. Karena bunga di kebun harus cepat di panen meski tak ada yang membeli, jika tidak bunga itu akan mati dan membusuk.

"Jangan lupa letakan bunga itu di atas ember yang sudah berisikan air!" Perintah Jihyo.

Clara hanya mengangguk, tugas ibunya hanya menjaga kasir, sedangkan sang ayah hanya menyangkul tanah. Sisanya Clara yang mengerjakan.

"Selamat siang! Apa benar ini keluarga dari saudara Dion?" Dua orang polisi menghampiri Clara.

"Iya, kami keluarga nya. Ada apa dengan Dion?" Tanya Jihyo, dia tak sabar mendengar kabar putra kesayangan nya itu.

"Saudara Dion mengalami kecelakaan semalam. Jika benar ini rumah keluarga nya, beliau akan kami bawa kemari, setelah pemeriksaan di Rumah Sakit!"

"APA?!"

Secretary Or ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang