1. A Little Fairy vs A Witch

733 57 1
                                    


Haloo, semua.

Masih ada yang inget sama ceritanya Bang Jo?

Rencananya mau aku publish ulang sekalian revisi sana-sini. Kalau kalian pengin tahu sisi seorang Jo itu gimana, silahkan dibaca, ya? Kalian juga pasti pengin tahu kan apa yang dipikirin Bang Jo saat dia mutusin buat merantau dan ninggalin Ghea? Juga Pandangan Bang Jo soal Mas Zebra?

Kuuy.

Happy Reading ya!

***

Dari kecil, Jauhar memang punya cita-cita untuk menetap di pulau dewata, Bali. Dan sekarang, keinginannya sudah tercapai, bahkan melebihi ekspektasi. Jauhar bisa menyalurkan hobinya sekaligus dapat penghasilan yang lebih dari cukup.

Rasanya begitu tenang dan menyenangkan saat tinggal di pulau ini. Penduduknya sangatlah ramah, apalagi ditambah dengan pemandangan dan banyak tempat wisata yang luar biasa indah. Selalu ada tempat nyaman untuk menyendiri dan menyegarkan otak.

Hidup Jauhar sudah sangat sempurna, nyaris tak bercela. Dan hari ini, Jauhar akan melengkapi kesempurnaan hidupnya dengan menemui wanita yang akan ia jadikan pendamping, yang semoga bisa memberikan kebahagiaan juga untuknya.

Jauhar tersenyum. Ia melirik sekotak cokelat di kursi samping kemudi. Hari ini, ia janji akan bertemu Renisha--sahabat baik adiknya--yang kebetulan sedang berlibur ke Bali. Sudah sekitar tiga bulan sejak pertemuan terakhir mereka. Apa Renisha akan terlihat jauh lebih cantik?

Ah, tidak. Dia memang sudah cantik dari dulu.

Jauhar baru akan belok saat tiba-tiba, seseorang muncul di depan mobil sambil merentangkan tangan. Jauhar refleks membanting stir dan ujung ban depannya naik ke atas trotoar. Astaga. Cewek itu cari mati ya? Bagaimana jika Jauhar justru yang celaka? Dia mau tanggung jawab?

Dengan rasa kesal menggunung, Jauhar keluar dari mobil. Cewek yang nyaris ia tabrak tampak begitu santai sembari membetulkan tali tas gendong hitamnya yang super lusuh. Warna rambut cewek itu membuat mata Jauhar sakit. Cokelat nyaris pirang dengan sentuhan ungu di ujung rambutnya, eh? Apa enggak ada yang lebih norak dari itu?

"Kalau mau bunuh diri harusnya loncat dari atas tebing. Ngapain ngajak orang lain buat tanggung jawab?"

Di luar dugaan, cewek itu justru maju dua langkah dan mengulas senyum manis. Binar mata dengan iris cokelat madu itu seperti anak kucing yang sedang meminta makan. "Gue lagi butuh tebengan ke pantai Pandhawa. Lo ke sana juga nggak?"

Dasar sinting. Jauhar ingin memaki, tetapi menahan diri.

"Lain kali kalo butuh tebengan, enggak kayak gitu caranya. Lo hampir bikin gue mati. Atau bisa aja lo yang mati karena gue tabrak."

"Tapi kenyataannya gue nggak mati kan? So, ke Pandhawa?" cewek itu justru membalas dengan nada berani. Tapi Jauhar lebih suka menyebutnya tidak tahu diri.

Jauhar memutar bola mata. Bisa-bisanya cewek ini masih meminta tumpangan? Memangnya tampang Jauhar mirip abang grab car? Jelas Jauhar tidak terima disama-samakan. "Lo bisa nyari Om-om genit buat dimintai tumpangan. Dan jelas bukan gue orangnya."

Cewek itu berdecak kesal. Kaki mungil berbalut sepatu sneaker kotor itu menghentak bumi. "Gue dari tadi nanya lo ke Pandhawa apa enggak? Kenapa jawabannya jadi muter-muter nggak jelas?"

"Kok jadi lo yang nyolot?" Jauhar membalas tidak terima. Ini cewek satu jelamaan makhluk apa sih?

"Gue nggak nyolot ya. Gue tanya baik-baik karena gue butuh tebengan. Bagian mana yang nggak lo ngerti?" tatapannya tajam. Kedua tangannya berkacak pinggang.

Engraver LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang