Hal yang paling Jauhar benci di dunia ini adalah : menemani dua cewek jalan-jalan, apalagi sepasang sahabat yang dipertemukan lagi setelah sekian tahun. Dia berasa jadi obat nyamuk yang lagi nemenin orang pacaran. Jauhar enggak bisa masuk ke topik pembicaraan mereka. Pun ketika Jauhar menyela, dia hanya berakhir diabaikan.
Oh, dan jangan lupakan lirikan sinis Rachel saat Jauhar hendak merebut perhatian Renisha. Sorot mata itu seolah berkata bahwa Jauhar adalah penganggu dan perusak suasana.
Baiklah. Cukup sampai di sini. Jauhar punya ide brilliant yang tidak mungkin bisa ditolak dua anak itu.
"Eh, kalian mau nyoba naik canoe nggak? Kayaknya seru." Jauhar berujar dengan nada ceria. "Gimana kalo aku juga yang bayari?"
"Setuju!" balas mereka bersamaan. Keduanya lalu saling berpandangan dan meledak dalam tawa yang sama manisnya.
Jauhar terpana. Tadinya Jauhar ingin bilang kalau tawarannya tidak berlaku untuk Rachel. Tapi kalau ingat senyum Rachel tadi, Jauhar jadi tidak tega. Toh, Jauhar kan bukan penyihir gila kayak Rachel.
"Oke. Kalau gitu, selamat bermain!" Jauhar mengacungkan jempolnya. "Aku tunggu di sini aja."
Tepat ketika Jauhar selesai membayar sewa, ponsel di saku celananya bergetar. Panggilan dari Boss Besar--orang yang berjasa atas pencapaian Jauhar selama karirnya di Bali, juga seorang sahabat yang biasa Jauhar jadikan teman berbagi; Ando.
Jauhar langsung menggeser layar hijau dan menjauh. "Ya Boss. Ada apa?"
"Bro, Pak Hendra tadi datang. Dia minta sesuatu yang baru dari karya lo atau dananya bakal ditarik. Dia ngasih waktu dua bulan. Gue pikir, lo butuh perspektif baru buat naikin nilai seni lo. Berkunjung ke kota-kota yang ukirannya bagus, misalnya. Supaya lo bisa sekalian belajar lagi."
Jauhar mendesah. Pak Hendra itu salah satu klien penting bagi kemajuan galeri patung kayu milik Jauhar. Permintaannya adalah sebuah perintah. Jika beliau meminta sesuatu yang baru, maka akan Jauhar berikan. Tapi pertanyaannya, ke mana Jauhar harus pergi?
"Lo rekomend aja tempatnya ke gue. Nanti gue pikir-pikir dulu."
Namun tak perlu waktu lama bagi Ando untuk menjawab. "Gimana kalo kota Jepara? Lo tahu, banyak kerajinan ukir di desa Mas yang asalnya dari Jepara. Mungkin kalo lo ke sana langsung, lo bisa dapat sesuatu yang lebih. Tapi sayangnya, gue nggak ada kenalan orang sana yang bisa lo mintai tolong."
Apa tadi Ando bilang? Jepara? Jauhar seperti tidak asing, seperti baru saja mendengar nama kota itu beberapa saat lalu. Tidak, tentu saja bukan dari Ando. Pandangan Jauhar tak sengaja berlabuh pada Rachel dan Renisha yang sepertinya hendak melakukan lomba mendayung canoe. Ingatan Jauhar langsung terisi.
"Jepara, ya?" gumam Jauhar. Tatapannya lurus pada punggung Rachel yang mulai bergerak menjauh. "Kayaknya gue tahu seseorang yang bisa bantu gue."
Yakin, Jo? Penyihir berambut cokelat-ungu itu? Dia tidak terlihat seperti orang ramah yang menawarkan bantuan secara sukarela. Dia itu cewek aneh tukang nebeng sembarangan. Bagaimana kalau Jauhar justru dimanfaatkan?
Jauhar menggaruk pipinya yang tidak gatal. Tapi... tidak ada salahnya untuk mencoba kan?
***
Renisha senang bisa bertemu kembali dengan Rachel setelah tiga tahun berlalu. Dulu mereka tak sengaja dipertemukan di Jogja. Di sebuah Coffee Shop yang menjadi pembatas antara workhshop menulis dan seni lukis. Pertemuan mereka klise, seperti di sebuah drama ataupun sinetron, yang mana terjadi tabrakan hingga salah satu kopi terjatuh dan mengenai baju. Tapi di sini jelas salah Renisha karena sibuk main ponsel.. dan menabrak Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Engraver Love
Literatura Kobieca#SpinOffAmourDifficile #RomanceComedy #JauharArgantara Panggil saja namanya Jo. Dia adalah tukang ukir profesional yang sudah punya galeri seni sendiri di pulau dewata, Bali. Jauhar merasa hidupnya sudah sempurna. Hidup nyaman, penghasilan cukup, da...