bab 34

8 3 0
                                    

Happy reading 💐

perlawanan demi perlawanan mereka lakukan. Mereka kalah jumlah, terlebih lagi para petugas itu membawa senjata. Dari arah belakang seorang petugas hendak memukul Eric dengan sebongkah kayu. Beruntung Eric memiliki insting yang kuat sehingga dengan gesit dia menghindar.

Melihat bagaimana para petugas itu menghajar mereka, membuat Eric tak habis pikir dengan tempat Abe bersekolah. Bagaimana mungkin mereka memberikan persenjataan bagi para petugas hanya untuk menangani keributan yang dihasilkan oleh anak remaja.

Eric begitu kesal ketika lawannya berhasil meninju wajahnya. Wajah adalah area paling penting bagi Eric. Dengan membabi buta Eric menghajar petugas itu hingga tumbang. Jika terus begini kawan-kawannya akan ada banyak yang terluka. Dia tidak bisa membuang-buang waktu untuk meladeni petugas gila ini. Eric memberi kode pada kawan-kawannya untuk segera kabur.

Semua anak geng epiphany bergegas berlari menuju kendaraan mereka. Melihat mereka yang hendak kabur, para petugas itupun berusaha mencegat mereka. Namun sayang mereka gagal mencegat mereka. Salah satu dari mereka berniat untuk mengejar, tapi dihadang oleh rekannya.

Kejadian hari ini membuat Eric speechless sekaligus khawatir dengan keadaan Abe. Dirinya pun bingung jika nantinya ibunya Abe bertanya mengenai anaknya yang tak kunjung datang. Eric mengarahkan mereka untuk kembali ke markas terlibih dahulu.

Selang beberapa menit kemudian, mereka sampai di markas epiphany. Tono yang tengah berjaga di markas mereka; terkejut kala melihat Eric, putri dan yang lainnya mengalami luka lebam.

"kalian kenapa? Di mana Abe?", tanya Tono bingung. Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaan Tono, semuanya membisu. Eric mengambil kotak P3K dari dalam laci. Lantas menyuruh yang lainnya untuk membersihkan luka.

Tono berdecak kesal ketika tidak ada satupun yang berniat menjawab pertanyaannya.
"woii!! Gue lagi nanya kenapa enggak ada yang jawab sih? Kalian bisu apa begimana hah?!!!". Eric hanya menatap Tono sekilas lalu kembali membersihkan lukanya.

"kita gagal bawa Abe", ucap Putri kemudian membuat Tono langsung mendekati Putri untuk mendengar lebih lanjut.

"ada yang nggak beres sama sekolah itu". Kini Eric lah yang angkat bicara setelah berdiam diri.

"maksudnya gimana? Apa yang terjadi sama kalian?"

"kita ketauan sama petugas keamanan sekaligus Wakasek dari sekolah itu. Dan lo bisa liat sekarang muka ganteng gue bonyok, ya karena ulah petugas gila itu". Ucap Eric menjelaskan sembari bersungut-sungut.

"sekolah itu sama sekali nggak masuk akal. Bagaimana mungkin mereka menjaga dengan ketat sekolah itu dan tidak membiarkan muridnya untuk keluar dari sana . Bahkan mereka memberikan persenjataan bagi para petugas keamanan, udah berasa kek tahanan nggak sih".

Mendengar perkataan Putri berhasil membuat Tono menganga tak percaya.

"Tapi mungkin hal itu bisa jadi karena memang demi keamanan mereka put. Coba deh kalian inget, semua yang sekolah di sana adalah anak dari para orang-orang penting yang memiliki pengaruh dalam dunia politik dan militer". Ujar Tono berusaha berfikir positif.

"tapi kalo masalahnya cuman hal sepele karena kenakalan remaja ya nggak seharusnya sampe begitu kan, Ton", sergah Putri.

"iya juga sih".

Eric berdiri dari duduknya membuat mereka yang tengah membersihkan luka dan kedua remaja lawan jenis tadi berdebat; langsung beralih menatap Eric.

"mau kemana lo?", tanya Putri.

"gue mau ke rumah sakit". Setelah mengatakan kalimat itu, Eric langsung bergegas pergi meninggalkan markas.

Selama 15 menit dalam perjalanan tak terasa Eric sampai di sebuah rumah sakit tempat dimana ayahnya Abe di rawat. Jam menunjukkan tepat pukul 12 malam. Eric melangkah menyusuri lorong rumah sakit. Hingga sampailah dia di kamar rawat Aryo.

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang