Setelah empat tahun tidak bertemu dengan Daffin, Nesya merasa sangat merindukan Daffin. Dia yang baru saja tiba di Indonesia langsung bergegas pergi mencari keberadaan Daffin. Saat itu Nesya langsung mencari Daffin ke rumahnya Bu Rani. Namun, ketika sampai di sana Nesya cukup terkejut melihat rumah Bu Rani sedikit berubah.
"Rumah ini kok udah berubah ya? apa mungkin Daffin dan keluarganya baru habis merenovasi rumahnya Bu Rani?" gumam Nesya sembari melihat ke sekeliling rumah itu. Saat melihat pintu gerbang rumah itu tidak terkunci, Nesya lalu memberanikan diri membuka pintu gerbang rumah itu dan perlahan dia pun melangkahkan kakinya masuk ke halaman rumah itu. Setelah berdiri di halaman rumah itu, Nesya kembali memperhatikan ke sekeliling area rumah itu.
"Rumah ini benar-benar sudah berubah." gumam Nesya seraya berjalan beberapa langkah ke arah pintu rumah itu.
Tok....Tok...Tok.
"Daffin."
Nesya mengetuk pintu rumah itu sambil memanggil nama Daffin. Namun tidak ada yang menjawab panggilannya saat itu.
"Fin, Daffin."
Nesya lalu kembali mengetuk pintu rumah itu dan memanggil nama Daffin berkali-kali. Sayangnya, saat itu tidak ada satu orang pun yang menjawab panggilan Nesya itu.
"Kok nggak ada yang jawab ya? apa jangan-jangan nggak ada orang ya di rumah ini?" gumam Nesya sembari kembali melihat ke sekeliling rumah itu.
"Sepertinya memang nggak ada siapa-siapa di rumah ini." sambung Nesya sambil terus mengedarkan pandangannya di sekitar area rumah itu. Ketika Nesya mengedarkan pandangannya tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu. Saat itu Nesya baru ingat kalau rumah kedua orang tuanya Daffin itu ada di sebelah rumahnya Bu Rani. Begitu ingat dengan hal itu, Nesya lalu bergegas keluar dari rumah Bu Rani dan pergi ke rumah orang tuanya Daffin.
Tok....Tok....Tok.
Tanpa rasa ragu Nesya lalu mengetuk pintu rumah orang tuanya Daffin sambil memanggil nama Daffin.
"Daffin! Fin. Kamu ada di sini, kan?" panggil Nesya dengan penuh harap.
Sayangnya, saat itu tidak ada yang menjawab panggilan Nesya. Dari luar terlihat rumah itu tampak sepi.
"Hmm. Sepertinya Daffin nggak ada di sini juga." gumam Nesya. Dia merasa sedikit kecewa, karena harapannya untuk bisa bertemu dengan Daffin tidak terwujud.
Melihat tidak ada satu orang pun di rumah itu, Nesya akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah itu.
Setelah pergi dari rumah Daffin, Nesya tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia menyempatkan diri untuk pergi ke taman yang berada tidak jauh dari rumah Daffin. Dulu saat masih SMA Nesya dan Daffin cukup sering mengunjungi taman itu untuk menghabis waktu bersama. Karena saat ini Nesya sangat merindukan Daffin jadi dia ingin mencoba mengobati rasa rindunya itu dengan berjalan-jalan sebentar di taman itu.
Dengan langkah sedikit perlahan Nesya berjalan mengelilingi taman itu sambil mengingat kembali kenangan waktu dia dan Daffin berjalan bersama di taman itu. Waktu itu Nesya merasa sangat bahagia bisa menghabiskan waktu bersama dengan orang yang dia sayangi. Sedangkan sekarang dia merasa sangat sedih karena tidak tahu harus mencari orang yang dia sayangi itu di mana.
"Cupu, kamu di mana sih? aku kangen banget sama kamu. Aku harap kamu ada di tempat ini sekarang." ucap Nesya dalam hati. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan Daffin di taman itu.
Ketika Nesya mengelilingi seluruh area taman itu, Nesya tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat bangku yang ada di taman itu. Nesya kembali teringat dengan sebuah kenangan, kenangan yang tidak akan pernah ia lupakan, karena kenangan itu begitu membekas di hatinya. Di mana waktu itu Nesya pernah melihat Daffin duduk di bangku taman itu sambil berurai air mata dan itu adalah kali pertama Nesya melihat Daffin menangis. Selama Nesya bersikap buruk kepada Daffin, Nesya tidak pernah melihat Daffin menunjukkan kesedihan seperti itu dan sejak kejadian hari itu perasaan Nesya mulai berubah kepada Daffin. Rasa benci yang Nesya miliki selama ini pada Daffin telah berubah menjadi cinta dan hingga saat ini rasa cintanya itu masih tetap sama dan tak pernah berubah sedikitpun. Meski empat tahun mereka berdua berpisah, Nesya masih setia menjaga hati dan cintanya untuk Daffin, walaupun saat ini ia tidak tahu Daffin berada di mana.
Saking larutnya Nesya mengenang kenangannya itu, ia sampai tidak menyadari kalau hari sudah mulai gelap. Ketika Nesya menyadari hal itu ia dengan berat hati harus menghentikan pencariannya saat itu. Lalu dengan langkah sedikit berat Nesya akhirnya pergi meninggalkan taman itu.
***
Keesokan harinya Nesya kembali mengunjungi rumah Daffin dengan harapan dia bisa bertemu dengan Daffin saat itu. Namun, ketika sampai di sana Nesya kembali merasa kecewa karena dia tidak menemukan keberadaan Daffin di rumah itu.
"Cupu sebenarnya kamu ada di mana sih? kenapa kamu tiba-tiba menghilang dan nggak ada kabar kayak gini? Kamu tau nggak, aku itu kangen banget sama kamu. Aku pengin bisa segera ketemu sama kamu dan menghabiskan waktu bersama dengan kamu, tapi aku nggak tau harus nyari kamu di mana." gumam Nesya dengan mata berkaca-kaca. Ia mulai merasa frutrasi karena belum bisa menemukan keberadaan Daffin saat itu.
Di tengah kegalauan hatinya, Nesya tiba-tiba teringat dengan satu tempat. Di mana tempat itu juga menjadi salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh Nesya, karena di tempat itu Nesya dan Daffin pernah saling berjanji untuk selalu setia menjaga hati dan cinta mereka sampai maut yang memisahkan mereka. Begitu mengingat tempat itu Nesya merasa yakin kalau Daffin beserta kedua orang tuanya pasti berada di rumah makan itu. Lalu tanpa membuang-buang waktu Nesya langsung berlari pergi ke rumah makan yang berada tidak jauh dari rumahnya Daffin.
Begitu sampai di depan rumah makan itu, Nesya mengatur nafasnya sejenak. Dia sedikit ngos-ngosan setelah berlari dari rumah Daffin menuju rumah makan milik kedua orang tuanya Daffin itu.
Setelah mengatur nafasnya sejenak, Nesya yang saat itu berdiri di parkiran rumah makan itu langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu masuk rumah makan itu. Dan terlihat jelas saat itu tidak ada aktivitas yang berlangsung di rumah makan itu, semua jendela dan juga pintu dari rumah makan itu terkunci. Ketika melihat tidak ada siapa-siapa di rumah makan itu Nesya pun kembali merasa sedih dan kecewa. Harapannya untuk bisa segera bertemu dengan Daffin pun sirna.
***
Dengan wajah murung dan sedih Nesya lalu melangkahkan kakinya ke arah taman yang kemarin dia kunjungi. Saat itu Nesya benar-benar merasa frustrasi karena belum bisa menemukan keberadaan Daffin. Saking frustrasinya Nesya sampai tidak fokus saat berjalan, dia hampir saja terjatuh karena kesandung saat berjalan di taman itu. Untungnya saat itu ada seseorang yang datang dan langsung menangkap tubuh Nesya dengan tepat waktu.
Dag.... Dig.... Dug....
Dag.... Dig.... Dug....
Dag.... Dig.... Dug....
Jantung Nesya berdegub kencang saat menatap wajah orang yang menolongnya saat itu.
"Cupu!"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu 2
General FictionPembalasan dendam dan munculnya orang ketiga membuat kisah cinta Daffin dan Nesya jadi berantakan. Akankah mereka bisa bersatu kembali dan mempertahankan cinta mereka ?