Akhirnya apa yang ditakutkan Aditya selama ini terjadi juga. Daffin yang masih belum ingat apa-apa, tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab oleh Aditya dan itu semakin membuat Aditya merasa bersalah kepada Daffin dan juga putrinya. Karena ketidak jujurannya, kini hubungan putrinya dan juga Daffin jadi berantakan. Kalau saja dulu Aditya menceritakan yang sebenarnya kepada Nesya mungkin saat ini hubungan Nesya dan Daffin masih baik-baik saja.
"Apa yang harus saya katakan sekarang kepada Daffin? Akankah dia baik-baik saja jika saya mengatakan yang sebenarnya?" batin Aditya.
Selain merasa bersalah, Aditya juga merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya Daffin. Jika saat ini Aditya menceritakan yang sebenarnya, takutnya akan mempengaruhi kesehatan Daffin yang masih belum seratus persen pulih.
"Pak." panggil Daffin sambil menyentuh pundak Aditya, guna menyadarkan Aditya dari lamunannya.
"Iya?" ucap Aditya seraya menatap Daffin dengan tatapan bingungnya.
"Kenapa Bapak dari tadi hanya diam saja? Bapak tidak mau jawab pertanyaan saya?" tanya Daffin dengan wajah polosnya.
Aditya tertegun ketika mendengar pertanyaan Daffin itu.
"Maafkan saya Fin. Saya benar-benar tidak bisa jawab pertanyaan kamu itu. Karena saya masih belum sempat menceritakan kepada Nesya tentang kejadian yang menimpa kamu beberapa tahun yang lalu." batin Aditya.
Dia merasa sangat menyesal karena selama ini telah menyembunyikan kejadian yang menimpa Daffin dari putrinya.
"Apa pertanyaan saya terlalu sulit ya pak untuk dijawab?" tanya Daffin lagi.
"Ohh, bukan begitu Fin." jawab Aditya singkat.
"Kalau tidak terlalu sulit, kenapa Bapak tidak jawab pertanyaan saya?" Daffin kembali bertanya.
"Erm,... Maafkan Bapak Fin. Sepertinya hari ini Bapak lagi kurang fokus. Soalnya Bapak baru ingat kalau hari ini Bapak ada pertemuan penting di kantor. Apa boleh Bapak jawab pertanyaan kamu itu nanti saja?" ucap Aditya dengan tatapan sedikit ragu.
"Ohh, ya Pak. Maafkan saya karena sudah mengganggu waktu Bapak hari ini. Saya tidak tau kalau hari ini Bapak ada pertemuan penting." ucap Daffin dengan raut wajah sedikit kecewa.
"Iya, tidak apa-apa Fin. Bapak juga baru ingat kalau hari ini ada pertemuan penting di kantor." balas Aditya dengan raut wajah sedikit lega.
"Ya sudah, kalau gitu saya izin pulang dulu ya Pak. Maaf sekali lagi." kata Daffin dengan perasaan tidak enak.
"Terima kasih atas pengertiannya Fin. Seharusnya Bapak yang minta maaf sama kamu. Karena Bapak belum bisa ngasih jawaban untuk pertanyaan kamu tadi."
"Nggak apa-apa Pak, jangan terlalu dipikirkan."
"Tetap saja Fin Bapak merasa tidak enak sama kamu. Apa lagi tadi putri Bapak sempat bersikap kurang baik sama kamu."
"Yaa, nggak apa-apa Pak. Saya paham kenapa putri Bapak bersikap seperti itu tadi kepada saya." kata Daffin sembari tersenyum kecil.
"Tolong maafkan sikap putri Bapak tadi ya Fin."
"Iya Pak. Kalau gitu saya izin pulang dulu ya Pak." sambung Daffin seraya mencium tangan kanan Aditya.
"Hati-hati ya Fin. Jangan lupa jaga kesehatan kamu." ucap Aditya tulus.
"Iya Pak." balas Daffin sambil menganggukkan kepalanya.
Begitu Daffin pergi, Aditya lalu kembali masuk ke dalam rumahnya dan pergi menemui putrinya yang saat itu sedang menangis sesegukan di dalam kamarnya.
"Sya, tolong keluar sebentar. Ada sesuatu yang ingin Papi bicarakan sama kamu." kata Aditya sambil mengetuk pintu kamar putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu 2
General FictionPembalasan dendam dan munculnya orang ketiga membuat kisah cinta Daffin dan Nesya jadi berantakan. Akankah mereka bisa bersatu kembali dan mempertahankan cinta mereka ?