halaman ketiga, adik perempuan.

270 32 7
                                    

Ting ting ting!















"Bang beli bang!"

Pagi hari dihari libur, enaknya diawali sama sarapan bubur. Kebetulan juga Abangnya lewat, jadi udah pasti bakal Sunghoon cegat.

"Lama amat bang lewatnya, lumutan nih saya nungguin." Sunghoon berceletuk sembari menaruh dua mangkuk pada gerobak bubur.

"Maaf, Mas. Biasalah, orang sibuk."

Sunghoon tertawa. "Sok iye juga nih tukang bubur."

Tukang bubur itu ikut tertawa sesaat, kemudian membalas ucapan Sunghoon sembari mulai membuatkan pesanan Sunghoon. "Emangnya udah dari kapan nungguin saya lewat?"

"Hmm.. Kayaknya sih dari shubuh," Ia menjawab setelah berpikir sejenak.

"Kalo saya udah nunggu dari SD, bang."

Gak ada angin gak ada hujan, gak ada panggilan alam lain juga. Tiba-tiba ada suara celetukan orang yang suaranya masih serek-serek khas baru bangun tidur ikut join nimbrung.

Waktu Sunghoon nengok, oalah.

Ternyata Jay-met.







"Apaansih, lu tuh gak diajak."

"Yeh anjrit, segala nyaut lu demit."

"Masih pagi bray, jangan banyak cocot. Ini buburnya komplit semua?" Tukang bubur menengahi.

"Yang saya dua-duanya komplit bang,"

"Kalo yang saya–"

"Khusus buat lu, maaf gak terima rikues."

Jay skakmat. Mata dia langsung melotot seger waktu digituin sama abang buburnya. "Oh gitu lu sekarang, cuktaw gue!"

"Besok-besok gue bakal pasang spanduk tukang bubur banyak gaya dilarang menapakkan kaki disini." Lanjut Jay.

"Siapa?"

"Abang lah,"

"Yang peduli."

"Banyak gaya beneran ini tukang bubur satu. Gue ajak bewan lempar sendal juga kalah lu."

"Berisik dah lu, nih bubur lu! Minggat lu!" Abang bubur itu memberikan mangkuk bubur Jay dengan setengah hati.

Jay menerima mangkuk itu dengan setengah hati juga. "Oke fine! Duit bubur gue di Sunghoon,"

Setelah berucap seperti itu, Jay melenggang pergi menuju teras rumah Sunghoon. Kemudian duduk di salah satu kursi yang ada disana.

"Juancok! Seenaknya main minta bayarin,"

"Yang sabar punya temen kayak dia. Dulu roda gerobak saya pernah kempes gara-gara dijailin sama dia."

Abang bubur itu menyerahkan dua mangkuk pesanan Sunghoon sambil curhat. "Hati-hati besok gantian dompet situ yang dibikin kempes," Lanjutnya.

"Amit-amit, jangan sampe. Btw makasih antisipasinya, Bang. Nih duitnya, kembaliannya ambil aja." Sunghoon memberikan uang.

"Belegug, duitnya pas gini mau ngarep kembalian darimana!"

Sunghoon tertawa sesaat. "Pokoknya makasih, bang! Besok-besok jangan kapok lewat sini lagi."

Setelah berucap terima kasih, pemuda dengan celana training santai berwarna hitam itu berjalan masuk ke dalam rumah. Meletakkan dua mangkuk berisikan bubur ayam yang masih hangat diatas meja teras.

"Dek! Ini buburnya!"

Sunghoon sedikit berteriak memanggil seseorang yang ada didalam rumah. Tak lama setelahnya, datang seorang gadis dengan piyama biru dongker bermotif bintang berjalan menghampiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

usai, sungjake.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang