Satu jam yang lalu, Xiao Zhan masih duduk merenung dan meratapi nasib di dalam kamar. Entah mengapa sekarang berjalan santai di atas trotoar dengan setelan jas dan celana hitam, satu buket bunga di tangan kiri dan sebatang rokok di sela-sela jari kanannya. Kurang dari 5 meter dari tempatnya berpijak sekarang, berdiri megah pintu rumah keabadian. Tempat yang sebenarya membuat Xiao Zhan ragu untuk tetap lanjut melangkah atau berputar balik dan pulang.
Sayangnya, keraguan itu luntur saat maniknya tak sengaja tersangkut pada kamera yang melingkar di leher. Ada perasaan tak tegambarkan yang akhirnya membawa langkah Xiao Zhan untuk maju dan melewati gerbang bertuliskan, ‘Chongqing Grand Memorial’.
“Aku datang.”
Sambil menundukkan kepala Xiao Zhan menghela napas berat dan panjang. “Bahkan aku tidak tahu, aku pantas untuk datang ke sini atau tidak.”
“Aku ... aku membawakan bunga untukmu. Ini Xiao Jiu yang membelikannya, maaf. Tapi beginilah aku sekarang. Kelihatannya saja saat aku rapi dan bersih, tapi kalau Xiao Jiu tidak datang hari ini mungkin aku masih seperti gelandangan. Itulah yang dia katakan.”
Xiao Zhan membuka pintu kaca transparan, meletakkan buket bunga yang dibawanya di antara guci keramik warna coklat tua dan bingkai foto seorang laki-laki berparas tampan. Leo Wang, itulah kata yang tertera pada papan nama di depan guci tersebut.
“Kau bilang, Xiao Jiu itu imut menggemaskan karena itu mudah bagimu untuk dekat dengannya. Kau tahu? Aku cemburu. Bodohnya aku ... cemburu pada adikku sendiri, tapi aku masih terus membicarakannya di depanmu. Aku tidak punya pilihan lain, aku tidak tahu harus bicara apa kalau bukan bicara tentang Xiao Jiu. Menyedihkan, bukan?”
“Xiao Wang, aku merindukanmu ...”
Setetes cairan bening lolos dari pelupuk mata. Jatuh bersamaan dengan kepala Xiao Zhan yang menunduk dan bersandar pada permukaan kaca. “Aku hancur ... aku tidak tahu lagi harus apa dan bagaimana setelah kau meninggalkanku.”
“Aku ... a-aku ....”
Mengapa? Mengapa rasanya susah sekali hanya untuk mengatakan satu kalimat utuh. Sejak dulu, sampai sekarang, sampai aku kehilanganmu kalimat itu tidak pernah terucap. Kini apa? Kini hanya ada penyesalan dan sesak yang teramat sangat di dalam dadaku. Apa yang harus aku lakukan, Xiao Wang?
Duduk menyandarkan punggung pada rak guci dan melamun adalah hal yang dilakukan Xiao Zhan selama lebih dari setengah hari, mungkin. Ketika dia mengangkat kepala, lampu-lampu di sekitar sudah menyala, dan langit yang tampak dari jendela kaca transparan telah berubah menjadi gelap.
Xiao Zhan bangkit, merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku dan menilik sejenak arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Rupanya, saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sekali lagi Xiao Zhan menoleh ke belakang, menatap sendu pada foto Leo Wang sebelum beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Wishes: GOBLIN [✓]
FanfictionXiao Zhan yang tiba-tiba masuk ke dimensi lain setelah meniup korek api tepat tengah malam di hari ulang tahunnya. Di sana dia bertemu Wang Yibo, sosok yang mengaku goblin yang menuntunnya datang ke dimensi tersebut. Mengajaknya berkeliling, mengab...