☁️1☁️

128 15 38
                                    


"DOKTER SANGYEON!! SEBELAH SINI!"

Seorang perawat menyingkap salah satu tirai di ruang Gawat Darurat sampai dokter muda yang dipanggilnya masuk. Dokter muda itu bergegas memasang stetoskop dan memeriksa kondisi pasien yang terbaring di hadapannya.

hmm?

"Ini kenapa?" tanya sang dokter sambil terus mencari detak jantung si pasien, di pergelangan tangan dan lehernya.

Tubuhnya dingin.

"Heart rate nya turun terus, dok. 100 over 70. 60 bpm. Orang yang membawanya ke sini bilang dia tiba-tiba tidak sadarkan diri di kamar hotel?" Perawat itu mengendik ke arah pemuda yang sedang sibuk bicara dengan telepon menempel di telinganya.

"Keluarganya?" tanya Sangyeon setelah melirik sekilas pemuda tinggi berparas tampan yang baru saja menyisir kasar rambutnya ke belakang. Pemuda itu tampak sangat khawatir.

"Bukan, dok. Teman, katanya," jawab sang perawat sambil menyerahkan data pasien ke tangan dokter yang terulur.

Teman? Kamar..Hotel? Bukan urusanku sih. Tapi...

Sangyeon memeriksa kedua bola mata gadis yang bergerak-gerak kecil namun tidak menunjukkan reaksi apapun terhadap rangsangan.

Tidur!?

Tidak percaya, dokter itu memeriksanya sekali lagi. Ia bahkan mendekatkan telinganya mendekati hidung dan mulut pasiennya yang terbaring itu. Dan, ya, gadis itu memiliki tanda-tanda orang yang sedang tertidur lelap.

"Lakukan tes pada sampel darahnya. Dan tolong laporkan juga pada dokter ahli saraf, ehm.....penyakit dalam juga." Perawat itu mengangguk lalu pergi untuk mengambil peralatannya.

Sangyeon menyambar sekali lagi papan informasi pasien dan membaca sekilas data sang pasien. "Kim Woori..nona Kim Woori kau bisa mendengarku, 'kan? Saya dokter Lee Sangyeon. Berikan reaksimu jika kau mendengarku." Sangyeon menggenggam jemari Woori dan mengguncangnya pelan.

Sangyeon menunggu beberapa saat sampai akhirnya Woori mengerutkan kedua alisnya dan mengeluh pelan.

Lambat. Reaksinya terlalu lambat.

"Kim Woori-ssi...kau tidak bisa membuka matamu?" Tak ada jawaban. "Bisa kau genggam tanganku?" Dokter Lee Sangyeon meraih tangan Woori yang lainnya dan membiarkan jemarinya ada di dalam genggaman Woori. Cukup lama Sangyeon menunggu sampai sebuah genggaman lemah diberikan oleh Woori. Itu pun hanya berlangsung beberapa detik sebelum akhirnya tangan itu kembali tergolek tak berdaya.

Sangyeon memberikan rangsangan pada kulit Woori. Beberapa rangsangan direspon sangat terlambat dan hanya berupa gerakan lemah alisnya. Selebihnya, Woori seperti terhisap ke dalam dunia mimpinya. Sangyeon bingung. Perawat tadi sudah kembali dan segera mengambil sampel darah milik Kim Woori. Ia dan Sangyeon keluar bersamaan dan langsung dihadang oleh pria yang membawa Woori ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri.

"Dokter, bagaimana?" tanyanya.

"Boleh saya tahu konteks dari pertanyaan itu? Anda siapa dan ingin menanyakan apa?" Sangyeon dengan sengaja balik bertanya, berpura-pura tidak paham maksud si penanya.

"Ah, maafkan saya. Saya Kim Younghoon. Saya rekan yang mengantar Woori ke sini," jelasnya. Sangyeon tanpa sadar menilik penampilan pria yang ternyata lebih tinggi darinya ini dari atas sampai ke bawah. Penampilan Younghoon sangat trendi dan bisa dibilang rapih untuk ukuran pria muda yang sedang panik. "Apa keadaannya baik-baik saja, Dokter Lee Sangyeon?" tanya Younghoon yang membuyarkan lamunan sesaat Sangyeon.

"Apa keluarganya belum datang?" Sangyeon malah balik bertanya.

"Dokter bisa mengatakannya pada saya," jawab Younghoon.

Hello, Sleeping Beauty!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang