☁️7☁️

60 8 45
                                    

And you who I wanted, and still want

Sangyeon masih tidak bisa menghilangkan sosok Younghoon dari pikirannya. Seolah tungkai-tungkai panjangnya itu semakin mengintimidasinya. Seakan paras tampan yang dihiasi senyum manis itu menjadi duri yang menusuk-nusuk kewarasannya. Semua hal tentang Kim Younghoon membuatnya semakin kesal. Apalagi fakta sikap manis Younghoon yang tampak sangat tulus.

Sudah sejam berlalu, Sangyeon masih terdiam di balik meja kerjanya. Memikirkan kejadian tadi sore. Di tangannya ada ponsel yang menunjukkan layar kontak Kim Woori dengan lambang hati berwarna biru. Sangyeon tersenyum miris, meratapi tingkah kekanak-kanakannya sendiri. Siapa dirinya berani menaruh hati pada wanita yang mungkin hanya menganggapnya sebagai dokter. Tapi tadi sore saat dia melihat Younghoon...

[Halo?]

"Aaarrrgh!!" Sangyeon menggeram dan menelungkupkan dirinya ke meja. Ia menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan tangannya sendiri. Berharap dengan begitu dia bisa menyembunyikan semua perasaannya pada Woori di lubuk hatinya yang paling dalam.

[Halo? Dokter Sangyeon?]

Gue udah gila kali ya? Gara-gara si nyangun-nyangun lewat aja, sekarang gue berasa denger suara Woori, gerutu Sangyeon dalam hati.

Ia  semakin mengeratkan lipatan tangannya dan merengek kesal lagi. Ia membiarkan suara rengekannya teredam oleh meja dan lipatan tangannya yang kekar. Kuping Sangyeon mulai terasa sakit karena terjepit otot lengannya sendiri.

"Aduuhh.."

[Dokter Sangyeon, apa kau baik-baik saja?]

Eh?

Dengan panik Sangyeon meraih telepon genggamnya. Ia merutuki dirinya sendiri dalam diam saat melihat ponselnya itu sedang terhubung dengan kontak 'Woori 💙'. Sangyeon menarik napas dalam beberapa kali sebelum akhirnya berani mendekatkan ponsel itu ke telinganya.

"Ah.. Nona Kim Woori!" seru Sangyeon terlalu bersemangat. Sial, kenapa nada bicaraku begitu sih? Terdengar sekali dibuat-buatnya, cela Lee Sangyeon dalam hati. Sepertinya ia akan menandai kalender dan menuliskan bahwa hari ini sebagai hari terburuk dalam hidup.

[Dokter Lee Sangyeon, apa kau baik-baik saja?]

"Aku? Tentu saja. Aku sangat baik haha."

Garing banget, Lee Sangyeon. Tambahan, ini adalah hari membenci diri sendiri bagi seorang Lee Sangyeon.

[Kau yakin?] Woori terdengar sedikit khawatir.

Kim Woori.... Jangan seperti ini doong. Perasaan Sangyeon yang sudah nyaris ia kubur dalam-dalam kini kembali muncul ke permukaan.

"Nona Kim Woori, sebelumnya aku mau minta maaf. Mungkin aku tidak sengaja menekan tombol panggil di nomor kontakmu. Aku minta maaf sudah mengganggu waktumu," mohon Sangyeon, berharap ia bisa dimaafkan untuk kecerobohannya  hari ini.

"Tidak, tidak. Dokter sama sekali tidak mengganguku. Aku malah senang dokter meneleponku," katanya dengan riang.

"Eh?"

"Seandainya dokter tidak meneleponku, mungkin aku terjebak di dalam rapat membosankan bersama atasanku," tambah Woori menjelaskan. "Maafkan aku. Aku tadi menggunakan namamu sebagai alasan untuk mangkir dari pekerjaan."

Sangyeon melirik jam di atas mejanya. Pukul 20.50.

"Nona Kim Woori..." panggil Sangyeon tapi dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Hello, Sleeping Beauty!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang