☁️Epilog☁️

79 10 23
                                    

⚠️trigger warning: cuddling, peck, kissing, marriage cheating
.
.
.

Sejuk menelisik di antara kehangatan yang menggulung di tempat tidur. Keduanya masih terlena oleh buncah perasaan yang saling menyatu. Dingin itu menyusup di sela-sela tubuh Woori yang melekat pada tubuh Sangyeon tanpa apapun yang menghalangi. Ia semakin merekatkan tubuhnya pada tubuh Sangyeon yang langsung memberinya pelukan.

Woori perlahan membuka matanya. Ia mendapati Sangyeon sedang menatap sambil tersenyum.

"Kau terbangun karenaku?" tanya Woori.

Sangyeon menggeleng. Ia membenarkan rambut Woori. Menyingkirkan anak-anak rambut dari wajahnya.

"Jangan-jangan kau belum tidur!?"

Senyum Sangyeon semakin lebar. Ia mencubit hidung Woori karena gemas melihat wanita itu berekspresi marah. "Aku suka melihat wajah tidurmu."

"Masih ada banyak waktu untuk menikmatinya nanti," gumam Woori malu-malu. Sangyeon mengeratkan pelukannya dan mencium kening Woori dengan penuh perasaan.

Woori mengeratkan pelukannya seperti merapatkan mantel. Ia dapat menghidu wangi tubuh pria itu. Wangi yang mulai ia kenali sebagai milik Sangyeon. Bukan parfum. Bukan pewangi pakaian. Wangi Sangyeonnya.

"Kupikir kau akan jadi putri tidur lagi," bisik Sangyeon.

"Memang kau mau aku jadi putri tidur lagi?"

"Mau." Woori langsung memundurkan kepalanya dari dada Sangyeon. Menautkan alisnya karena bingung dengan jawaban Sangyeon. "Biar aku bangunkan putri tidurku," goda Sangyeon dan pria itu mengecup sepasang bibir yang dengan senang hati menyambutnya.

Sangyeon menatap lamat-lamat mata Woori usai membanjiri banyak kecupan di wajah wanita itu.

"Kenapa?" tiba-tiba Woori bertanya.

"Hmm?"

"Sangyeon, aku sudah paham kebiasaanmu ini sekarang," ujar Woori.

"Hahaha apa...?"

"Saat kau punya pertanyaan, kau hanya akan diam dan menatapku seperti akan menerkamku," jawab Woori yang malah ditertawakan oleh Sangyeon.

"Kenapa kau pintar sekali menilai orang, hmmm.." Sangyeon mengelus kepala Woori. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Bebas."

"Hmmm sebenarnya aku penasaran dengan yang semalam kau katakan soal.... Ayahmu dan Younghoon," tanya Sangyeon ragu-ragu. "Kau tidak perlu menjawabnya jika kau tidak nyaman."

"Mulai sekarang, kalau ada yang ingin kau tanyakan jangan disimpan di kepalamu sendiri ya. Aku tidak bisa membaca pikiranmu. Oke? Aku akan menjawab apapun pertanyaanmu dengan senang hati. Get comfortable with uncomfortable conversation. Itu salah satu caraku mendewasakan diri, hehe.." Woori mencubit pipi Sangyeon gemas.

Sangyeon tersenyum dan mengangguk. "Oke. Aku akan belajar terbuka dan berhenti memikirkan sendiri pertanyaanku. Temani aku terus ya," pinta Sangyeon. Dan Woori dengan senang hati menyetujuinya.

Woori kembali mendusal ke dada bidang Sangyeon sebelum kemudian mulai menjelaskan tentang sekacau apa keluarganya.

"Jadi, aku dan Younghoon dulu pernah berpacaran, sudah berjalan selama setahun. Selama setahun itu aku tidak pernah membicarakan soal hubunganku pada orang tuaku. Sampai akhirnya Younghoon ingin memperkenalkan dirinya karena kita ingin hubungan kita beranjak ke yang lebih serius. Aku meminta kedua orang tuaku meluangkan waktu untuk makan malam dan di sanalah kekacauan dimulai.

Younghoon dan ayahku sama-sama terkejut saat mereka bertemu. Ayah terkejut melihat Younghoon menggenggam tanganku, dan Younghoon terkejut melihat ayahku berdiri di samping wanita lain yg bukan ibunya, melainkan ibuku. Ternyata selama berpuluh tahun hidup bersamanya, tak ada satupun dari kita yang tahu bahwa ayah memiliki dua istri," jelas Woori panjang lebar.

Hello, Sleeping Beauty!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang