SEHARUSNYA Renjun tidak begitu marah ketika mendapati Donghyuck tidak ada di sisinya usai mereka menghabiskan satu malam panas di apartemen pria itu. Bahkan di kamar mewah ini masih Renjun rasakan aroma keintiman mereka. Aroma sperma yang masih berjejak di kasur. Namun, ini sedikit menyakitkan. Memikirkan bagaimana pria itu meninggalkannya di pagi hari dengan keadaan yang masih telanjang tertutupi selimut, membuat Renjun seakan-akan seperti jalang. Habis dipakai lantas ditinggalkan.
Bukankah memang benar begitu? Seperti jalang. Mungkin di mata Donghyuck pun, Renjun terlihat demikian. Dia bahkan memohon-mohon untuk tidur dengan pria itu. Jadi, Renjun rasa dia tidak sepantasnya merasakan sakit hati karena ditinggalkan. Iya, seharusnya begitu...
Berhenti memikirkan betapa menyedihkan dirinya, Renjun mendecih. Dia tinggalkan ranjang untuk pergi ke kamar mandi. Perutnya keroncongan. Setelah ini dia juga berpikir untuk membolos kuliah sebab badannya pegal sekali, apalagi di area pinggang ke bawah. Lagaknya sudah seperti anak gadis yang hilang keperawanan untuk pertama kalinya.
Selesai membersihkan diri, Renjun yang masih mengenakan bathrobe milik Donghyuck pergi ke area dapur, membuka kulkas guna mendapatkan air dingin. Kulkas pria itu terisi penuh oleh bahan-bahan makanan seperti daging, jamur, buah, dan sayur. Hanya dengan melihatnya, Renjun tahu Donghyuck suka memasak, dan masakannya enak! Renjun pernah sekali mencoba spageti buatan pria itu. Rasanya seperti makanan asli resto Italy. Hm, jadi ingin mencobanya lagi...
Bunyi pintu dibuka tidak mengalihkan perhatian Renjun yang tengah memindai isi kulkas yang sekiranya bisa dia makan sekarang juga. Sehingga, pemilik apartemen yang baru saja datang itu keheranan. "Sedang apa?"
"Berpikir untuk merusak dapurmu."
Donghyuck tidak menggubris jawaban tersebut. Dia menuangkan segelas air putih ke dalam gelas lalu ditenggaknya sampai habis. "Kau lapar?" tanyanya.
"Tentu saja!" Renjun menjawab sembari menutup pintu kulkas dengan kuat sampai-sampai terdengar bunyi 'brak!' yang cukup keras.
"Wah ... kau bisa merusak pintu kulkasku, Renjun-ssi." Donghyuck geleng-geleng kepala, takjub akan tingkah mahasiswanya.
Renjun membawa satu buah apel dan jus jeruk dalam kemasan menuju sofa. Dia duduk di sana, lagi-lagi lagaknya seperti sang pemilik apartemen. Dia bebas melakukan apa pun meski Donghyuck mungkin merasa sebal dengan tingkahnya.
"Kau tidak kuliah?"
Belum sampai tiga detik, Renjun melempar pertanyaan yang sama. "Kau tidak mengajar?"
"Hari ini tidak ada jadwal," balas sang dosen.
"Begitu pun denganku," sahutnya ikut-ikutan. "Lalu kau habis dari mana dengan pakaian rapi begitu?" tanya pemuda Huang, terlampau penasaran. Setelahnya berkedip beberapa kali, menyadari bahwa dia terlihat jelas sangat kepo, sangat sebal dari gurat wajah dan nada bicaranya.
"Menunaikan kewajibanku," jawab Donghyuck sambil lalu, sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap ketidaksengajaan air muka Renjun yang menampilkan kekesalan. Pria itu beralih membuka kulkas, mengambil dan menaruh bahan-bahan masakan di meja. "Hah ... aku bahkan tidak percaya apa yang akan kulakukan. Baik, aku akan memasakkanmu sesuatu."
Renjun memutar tubuh. Dia tertarik pada kegiatan Donghyuck sekarang yang ingin membuatkannya makanan, tetapi fokusnya masih pada jawaban pria itu. Kewajiban apa? Apa yang dia tunaikan? Namun, pertanyaan tersebut tidak sampai dilontarkannya. Renjun menganggap bahwa "kewajiban" yang dimaksud Donghyuck adalah mengenai tugasnya sebagai dosen. Ya, itu wajar dilakukan. Menjadi dosen pasti sibuk sekali hingga mengabaikan seseorang yang tengah telanjang tidur di ranjangnya.
"Aku tidak suka sayur," celetuk pemuda Huang tiba-tiba berdiri di samping Donghyuck. "Aku suka spageti yang dulu pernah kumakan. Buatkan aku seperti itu saja."
Donghyuck memandang sinis. "Memerintahku?"
"Aku minta tolong," tandas Renjun terpaksa dengan bibir mencebik.
"Tidak ada spageti." Donghyuck tetap memotong sayur-sayuran, sengaja abai terhadap permintaan Renjun. "Jika kau ingin makan spageti, beli saja di luar, sekalian pulang."
Namun, Renjun menggeleng. Dia belum mau meninggalkan apartemen ini, sekaligus malas menghadapi cercaan ibunya jika melihat anak semata wayang berada di rumah alih-alih di kampus. Itu pun jika ibunya sedang tidak bekerja.
"Aku akan makan di sini. Aku akan makan apa pun yang kau masak, Donghyuck-ssi." Setelahnya, Renjun mengecup sekilas pipi sang dosen, membuatnya mendapat todongan pisau dan lirikan tajam. Kendati takut, Renjun justru terkekeh. Dia memilih untuk menunggu di sofa, enggan mengganggu pria itu lebih lama.
***
Donghyuck pikir setelah makan, Renjun segera pulang. Makanya dia tinggal ke ruangan lain untuk mengurus pekerjaannya yang bisa dilakukan dari rumah. Namun, hingga sore tiba, pemuda itu masih berada di apartemennya, berleha-leha seperti di rumah sendiri. Lihat saja betapa tidak sopannya sepasang kaki itu yang nangkring di sandaran sofa. Dua kaleng soda berada di meja, juga buah anggur yang beberapa di antaranya Donghyuck lihat berantakan di lantai.
"Kenapa tidak pulang-pulang?" Pemuda Lee bersedekap, tubuhnya menyender di pintu sembari memandang muak pada Renjun.
Renjun meliriknya. "Antarkan aku," timpalnya, masih menyuapkan buah anggur ungu ke dalam mulutnya.
"Kupesankan taksi."
Sialnya, Renjun menggeleng. "Mau diantar olehmu saja."
"Merepotkan. Aku tidak mau." Donghyuck sudah berdiri di depan pemuda itu, selesai mengutak-atik ponselnya. "Sudah kupesankan taksi. Mau kuseret?"
"Ck, kau menyebalkan!" Dengan terpaksa, Renjun berdiri. Akan tetapi, celakanya dia lupa bahwa saat berbaring tadi dia menaruh anggur bersama wadahnya di dada. Sehingga, ketika dia bergerak, buah-buahan mungil itu menjadi tumpah dan menggelinding ke mana-mana.
"Kau..." Donghyuck bersiap naik pitam, sementara Renjun cengengesan.
"Sorry, Ssaem, hehe tidak sengaja." Melihat pria itu bersiap mengeksekusinya, Renjun segera berlari ke kamar untuk mengambil jaketnya yang tertinggal. Sebelum benar-benar pergi, dia juga berpesan, "Lusa aku free. Jika kau sedang tidak sibuk, hubungi aku, ya!"
Belum menutup mulut Renjun, Donghyuck sudah balas berteriak, "Aku sibuk!" yang malah membuat sang mahasiswa tertawa sambil menutup pintu. Tinggallah Donghyuck yang sekarang menghela napas sabar. "Sial, anak itu benar-benar merepotkan, menyebalkan, agak gila juga kurasa."
Donghyuck berjongkok untuk memungut anggur-anggur yang berceceran. "Tapi tubuhnya memang bagus, cantik, pas di tanganku. Aku mungkin sama gilanya dengan dia."
tbc
Heiii, sorryyy baru bisa update! Doain ajaa semoga ideku lancar pas nulis ini 😃😃
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand With My Lecturer - HYUCKREN
FanfictionSemua teman-temannya tahu bahwa Huang Renjun adalah pembenci hubungan sesama jenis. Baginya, mereka adalah sampah yang layak diinjak-injak. Namun, bagaimana jika dia terpaksa menghabiskan satu malam bersama pria asing demi memenuhi tantangan dari te...