Chapter 5

3.6K 340 56
                                    

SETENGAH sadar mulutnya dicumbu sembari berjalan menyusuri lorong setelah menaiki lift hingga pusing di kepalanya semakin mendera. Yang Renjun tahu, beberapa saat lalu Jaemin menyusulnya ke bar dan sempat menemaninya minum. Namun, sebelum ini dia telah sadar bahwa pria yang tengah memasukkan kunci ke lubang pintu kamar seraya terus menatapnya itu bukan Jaemin.

Napas Renjun terengah. Dia menurut saat lengannya ditarik halus untuk masuk ke kamar. "Kau ... siapa?"

"Aku?" Pria itu menyeringai dengan tangan perlahan melepaskan gesper dari celananya. "Orang yang akan membuat burungmu berdiri."

Renjun duduk di tepi kasur. Tatapan sayunya memerhatikan apa yang dilakukan pria tampan itu. Sama sekali tidak berpaling bahkan ketika mulai membuka satu per satu kancing kemejanya. Oh ... itu terlihat sangat seksi!

"Bagaimana caranya? Kau akan membawa wanita untukku?" Tanyanya, menggigit bibir bawah sebab dalam batin merasa terintimidasi, tetapi dia menikmati ini.

"Bermain denganku, tentu saja," seringaiannya tampak memikat, "Kau bilang wanita tidak bisa memuaskanmu, maka cobalah bermain denganku. Bermain dengan seorang pria."

Jakun kecilnya bergerak dalam. Renjun baru saja mendeguk ludah usai mendengar penuturan tersebut. Bermain dengan pria. Dia mendadak gugup dan takut. Meskipun dia dalam posisi setengah sadar dan pusing, tetapi dia tahu apa yang dimaksud dengan bermain oleh pria itu.

"Kau cukup menjawab mau atau tidak." Kancing-kancing kemeja yang sudah terlepas dibiarkannya. Tubuhnya kemudian maju, merendah perlahan untuk menyejajarkan posisi dengan si mahasiswa itu. "Aku sudah telanjur membawamu ke sini, Kid. Benar. Ini akan menjadi pengalaman pertamamu. Aku pastikan tidak akan membuatmu kesakitan. Namun, tentu jika kau mengizinkan."

Melumat lembut bibir mungil di hadapannya, pria itu membawa tangan si mahasiswa untuk menyentuh perut berototnya. Dituntun agar memberi usapan-usapan sensual, meraba dari dada hingga ke perut, lalu jatuh pada gundukan di selangkangan. Tangannya terus menuntun memberi usapan yang dia inginkan. Begitulah caranya membangkitkan berahi seseorang.

"Hemm, ya, kau bisa terus menyentuhnya seperti itu," katanya sembari mengerang kecil tatkala tangal mungil itu sudah tidak di bawah kendalinya dan bertindak sesuai kemauannya.

"Jika seperti ini?" Renjun menggenggam penis yang masih terbalut celana tersebut, memberinya sedikit remasan. Rasanya semakin pusing saja saat pria tampan di depannya ini kembali mengerang. Terdengar erotis dan itu membuatnya terangsang.

"Ya, sayang, lakukan saja apa yang kau mau." Menjawab dengan deru napas berat, "Kau ingin menyentuhnya secara langsung? Kau mau aku menanggalkan celana ini, hm?"

Renjun kontan mengangguk tanpa ragu.

Maka dilepaskanlah celananya itu, pun bagian dalamnya. Dia menyombongkan kelaminnya yang perkasa dengan terkekeh rendah mendapati tatapan takjub dari pemuda manis itu. "Suka dengan apa yang kau lihat?"

"Kenapa ... besar sekali?" Renjun agak ngeri menatap sedekat ini. Ukurannya lebih besar daripada miliknya. Memikirkan itu, dia langsung melirik selangkangannya. Seketika merasa berkecil hati. "Bagaimana cara kau merawatnya? Aku iri."

Namun, keluguan tuturannya tidak mendapat jawaban. Tangannya ditarik lagi, dipinta untuk merangkum penis dengan dua genggaman. "Ingin mencobanya?" Renjun mendongak kebingungan. "Memasukkannya ke dalam mulutmu."

Sontak kepala Renjun menggeleng-geleng. Dia benar-benar ngeri walaupun denyut jantung ingin berpacu lebih sengit ketika benda perkasa itu berada dalam mulutnya. Pasti dia akan tersedak-sedak!

"Tidak masalah, Kid. Ayo lakukan pelan-pelan saja ... ah, benar, aku terlalu buru-buru." Lalu Renjun sedikit tersentak kala pria itu menyugar poni rambutnya sebab sampai menutupi sebelah mata. "Namun, sebelum itu aku pastikan lagi karena aku juga tidak bisa bertindak lebih jauh tanpa seizin pemilik tubuh. Jadi, apa jawabanmu?"

One Night Stand With My Lecturer - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang