Chapter 8

3K 289 43
                                    

SEORANG Huang Renjun masuk ke perpustakaan adalah momen langka. Maka tak heran jika banyak mahasiswa langsung menatapnya penuh selidik melihat kehadiran dirinya di sini, di tempat membosankan yang diperuntukkan kaum kutu buku. Perilakunya yang kerap menggoda gadis-gadis tidak kenal tempat dan waktu menjadikan mereka berburuk sangka pada Renjun. Jangan-jangan lelaki ini mau bertindak asusila!

Seolah mengerti arti tatapan-tatapan yang tertuju padanya, Renjun mengambil asal salah satu buku dari rak, lalu menunjukkannya pada mereka. "See, aku akan membacanya."

Menyusuri rak demi rak untuk menemukan seseorang, Renjun akhirnya berhenti ketika melihat punggung tegap yang dilapisi rompi cokelat milik Donghyuck Ssaem tengah membelakanginya di ujung sana sembari membuka lembar per lembar buku. Senyum Renjun sudah seperti mentari musim panas. Dihampirinya sang dosen dengan akal licik bersarang di otaknya.

"Hai, tampan, sendirian saja—"

"Dilarang gaduh," potong Donghyuck tanpa menoleh. Tahu di belakangnya ada mahasiswa tengil yang satu jam lalu mengikuti kelasnya.

"Aku tidak melakukan apa pun—"

"Dilarang berisik," katanya lagi. Kali ini Renjun cemberut. Kenapa galak sekali? Saat di kelas, Donghyuck menanggapi mahasiswa-mahasiswa dengan senyum ramah. Saat dengannya, pria itu berubah seperti kulkas berjalan. Memang tidak adil!

Namun, bukan Renjun namanya kalau sekali dilarang dia akan menurut. Tanpa peduli sekitar, dia menatap Donghyuck lekat-lekat sembari bersedekap tangan. "Kapan kau akan tidur denganku?"

Terang saja sang dosen terkejut. Dia tidak bisa menahan matanya yang melotot tajam ke arah Renjun. Dia tidak nyaman. Beberapa mahasiswa yang memang sedang berada di sekitar mereka mulai memandang penasaran. Tidak mau menimbulkan kesalahpahaman, lewat tatapan mata, Donghyuck menyuruh Renjun agar berjalan mengikutinya.

Mendapat respons sesuai keinginannya, lantas pemuda Huang tersenyum lebar.

***

"Sudah kubilang. Jangan pernah berinteraksi denganku saat di kampus. Itu bahaya, Renjun."

Diomeli demikian membuat pemuda Huang memanyunkan bibir. Dia menerima uluran tangan yang membantunya menaiki tangga terakhir menuju rooftop gedung kampus.

"Aku tidak melihat bahaya yang kau maksud."

Donghyuck meliriknya dari samping. Mereka menyandarkan tubuh pada pembatas yang tingginya setara bahu Renjun. "Kau terlalu blak-blakan," balas yang lebih tua.

"Lalu?" Renjun membuka minuman kaleng bersoda yang sempat dibeli Donghyuck sebelum naik ke rooftop. "Aku hanya menagih apa yang pernah kau janjikan padaku."

"Soal tidur denganmu kapan pun kau mau?"

"Ya."

"Kurasa aku harus menarik ulang kata-kataku." Renjun merengut begitu kalimat tersebut terucap. "Itu sama saja seperti menyetujui tawaranmu. Menjadi teman tidur. Itu sangat ekstrem dilakukan." Dan sebelum pemuda Huang menimpali, Donghyuck kembali melanjutkan, "Kau memintaku tidur denganmu tiga kali sehari. Sudah kalah anjuran obat dokter. Kau sebenarnya hypersex atau sangat bernafsu padaku?"

Kaleng di tangannya dia remas. Renjun bukan hypersex! Dia hanya penasaran! Penasaran mengapa Donghyuck mampu membuat burungnya mengeras, bahkan ketika pria itu hanya menatapnya. Malu mengakui, tetapi sepertinya rasa penasaran tersebut muncul karena nafsu. Nafsu besar yang hanya dirasakan untuk Donghyuck.

"Aku bisa tidur dengan pria lain," tutur Renjun, menatap pongah ke samping, "Aku bisa, jika aku mau."

Donghyuck terkekeh. Kekehannya jelas mengejek Renjun. "Tapi kau tidak mau. Kau hanya mau tidur denganku. Denganku yang menjadi pengalaman pertamamu."

Terang saja kalimat-kalimat yang diutarakan Donghyuck membuat Renjun tak berkutik, sebab itu adalah benar. Renjun bisa saja menggandeng pria lain untuk membuktikan kejanggalan seksualnya, tetapi dia tidak mau. Menganggap bahwa dengan pria mana pun dia tidur, hasilnya pun akan tetap sama; burungnya hanya bisa berdiri di tangan seorang pria. Dan Donghyuck adalah kriteria yang sesuai. Pria itu jugalah yang mengambil pengalaman pertamanya, jadi Renjun tidak mau mengambil risiko untuk tidur dengan pria lain.

Telak tidak bisa mengelak, Renjun akhirnya berdecak. Dia menghabiskan minumannya sebelum meremasnya sekaligus. "Kalau tidak mau tidur denganku, seharusnya kau tidak pernah membuat penawaran itu. Membuatku berharap dan mengejar-ngejarmu layaknya jalang yang terobsesi."

Selesai dengan perkataannya, Renjun melangkah pergi. Niatnya mau menyudahi segala obsesi daripada terus berharap yang tak pasti. Namun, lengannya yang terayun ditangkap, ditarik halus hingga mau tak mau Renjun berbalik lagi.

"Marah?" Donghyuck terkekeh. Sial, bisa-bisanya pria itu masih mengejeknya?! "Lucu sekali."

Pemuda Huang hendak mengempaskan tangan yang menggenggamnya, tetapi alih-alih dilepas, dia justru ditarik semakin dekat. Membuatnya berhadapan dengan wajah Donghyuck kurang dari  lima sentimeter.

Kepala pria itu dimiringkan dengan tatapan mata tertuju pada bibirnya. Terbaca gelagat yang akan dilakukan Donghyuck, Renjun memejamkan mata. Daripada malu, dia justru senang jika sampai terjadi aksi tarik-menarik bibir.

"Munafik jika aku pun tidak menginginkanmu. Kita lakukan nanti malam."

Dengan begitu, Renjun tersenyum menang sebelum bibirnya dipagut kasar. Ciuman Donghyuck selalu intens dan menekan, membuat Renjun membuang kaleng bekas di tangannya, lalu mengalungkannya ke leher pria itu. Ini permainan fisik yang tidak bisa Renjun sia-siakan. Memang dasar Donghyuck ini sengaja menarik-ulurnya! Lihat betapa laparnya pria itu terhadap bibir Renjun!






One Night Stand With My Lecturer - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang