Jalani saja dulu

2 1 0
                                    

Juni, tahun 2019

Hari hujan, gemericik air membuatku berlindung sebentar. Di sebuah warung kecil yang tak jauh dari sekolahan. Sekedar mengisi kekosongan perut sekaligus mencari kehangatan. Bakso, makanan sejuta umat yang selalu terasa nikmat. Walau sendirian, tak terasa semangkuk bakso telah kuhabiskan.

Ku melirik kearah jam tangan yang kukenakan. Sudah pukul 4 sore, kataku. Hujan telah mereda. Tapi langit masih saja muram dengan mendatangkan awan hitam. Aku bergegas pulang dengan motorku tanpa memakai jas hujan. Berharap waktu diperjalanan, awan hitam sedikit menghilang. Ku lajukan motorku menyusuri jalanan yang basah oleh genangan hujan. Pelan-pelan, hingga sampai ke tujuan.

Segera ku bergegas menuju kamar dan berganti pakaian. Selintas teringat, sejak tadi aku belum mengecek ponselku dan mengabarinya. Ku nyalakan ponselku menuju room chat yang sengaja ku sematkan. Ternyata sudah banyak chat yang dia kirimkan. Sepertinya, hujan tak hanya membawa kekesalan namun juga kebahagiaan. Wanita mana yang tidak bahagia jika mendapatkan perhatian. Apalagi, dari orang yang dia sayang.

Kita saling bertanya kabar dan berbagi cerita. Hari ini sangat melelahkan, katanya. Wajar saja, dia merupakan salah satu aktivis di kampus yang tak jauh dari padatnya kegiatan. Sedangkan aku, aku hanya wanita biasa yang mengaguminya. Wanita yang suka menulis dan suka dia yang realistis. Bisa dibilang, dunia kita sangatlah bertolak belakang. Dia yang super visioner, disandingkan dengan aku yang kadang suka rewel.

Tapi inilah kita, dengan segala perbedaan yang berusaha di seragamkan. Dengan dunianya yang selalu  dia perkenalkan. Sangat menarik, batinku. Hari-hariku begitu penuh warna yang kasat mata. Seperti taman dengan beribu kupu-kupu yang berterbangan saat dia datang. Begitulah kisah remaja yang sedang jatuh cinta. Indah, sampai tak memperdulikan orang lain disekitarnya.

Saat sedang asik bertukar pesan, ternyata malam sudah larut. Sebenarnya, aku sengaja terjaga karena besok merupakan hari ulang tahunku. Tepatnya yang ke-19 tahun. Berharap dia yang pertama kali memberikan ucapan selamat padaku. Tetapi nihil. Mungkin dia sudah terlelap, bahkan pesanku saja sudah tidak dibalas lagi. Mungkin dia lupa kalau hari ini adalah hari spesialku. Ahh yasudahlah, lebih baik aku tidur saja, ucapku sambil mematikan ponsel yang sedari tadi ku pandangi.

Setelahnya, pagi menyambutku dengan kicauan burung-burung yang terlihat di luar jendela kamar. Dengan badan dan wajah yang segar sehabis mandi, aku mengecek isi ponselku seraya berharap pesan dengan kata-kata indah telah dikirimkan. Tetapi dugaanku salah. Mungkin aku saja yang terlalu berlebihan dalam berharap. Tidak ada pesan manis seperti yang ku bayangkan. Yang ada hanya balasan singkat "maaf, semalam aku ketiduran" darinya. Aku menghela nafas kasar, moodku terasa berantakan dan tak karuan. Tidak ada yang spesial.

Jujur saja, aku merasa sedikit kesal. Tetapi apa boleh buat. Tidak mungkin aku mengirim pesan untuk mengingatkannya bahwa ini adalah hari ulang tahunku bukan ?. Lagipula, belum ada kejelasan tentang kedekatan kita selama hampir dua bulan ini. Mungkin ini juga salahku. Dulu, dia sempat menyatakan perasaannya namun aku menolak. Bahkan dua kali aku tidak menerimanya. Dengan dalih "kita jalanin saja dulu" ucapku dengan yakin. Pasti sekarang yang muncul adalah pertanyaan kenapa kamu menolaknya ? Bukankah dia yang selama ini kamu tunggu ?.

Benar. Aku membenarkan semua itu. Dia yang selama ini aku tunggu, sekaligus dia yang membuat aku ragu. Kini, aku berada dipersimpangan jalan yang menakutkan. Disaat gelap, yang ku butuhkan adalah cahaya sebagai penerang. Tetapi bagaimana jika nanti cahaya itu meredup dan akhirnya menghilang ?. Di umurku yang sudah menginjak 19 tahun. Ternyata aku masih belum bisa meyakinkan diriku sendiri terhadap apa yang aku mau. Banyak perkataan orang lain yang menyakitkan dan akhirnya menjadi beban pikiran. Bukan, ini bukan perkataan tentangku. Tetapi tentang dia. Dia yang selalu dianggap tidak baik untuk menemaniku.

Tatapan sinis dan perkataan negatif seakan telah menjadi asupan yang tidak asing lagi bagiku. Perihal masa lalunya, biarkan saja. Menurutku, setiap orang pasti memiliki masa lalu yang tidak baik bukan ?. Sangat membuang-buang waktu jika terus mengungkitnya. Hal itulah yang membuatku sempat ragu dan mengurungkan niatku untuk langsung menerimanya.

Kembali lagi, setelah berpikir panjang dan berusaha menetapkan hati. Akhirnya dua hari setelah ulang tahunku, dia menyatakan perasaannya lagi. Berkata manis dan melontarkan janji. Akupun luluh. Kata "iya" dariku ternyata tidak membuatnya puas. Dia mengira aku bercanda, seolah tidak percaya bahwa kali ini aku menerimanya. Ku pertegas perkataanku, membenarkan apa yang sudah aku katakan sebelumnya. Seketika pipiku merona, dia tersenyum padaku dengan binar yang penuh arti. Ah ternyata begini rasanya, batinku sambil membalas senyumannya.








Dia, yang kunamai Sastra :)

.
.
.
.
.
Perihal aku, dan tumpukan buku-buku
.
.
.
.
.
.
Bagaimana rasanya disayangi oleh orang yang kamu anggap bahwa di adalah orang yang tepat?
Sharing yuk🙌
.
.
.
.
.
.
.
.
Atau masih banyak yang akhirnya bertepuk sebelah tangan ?
.
.
.
.
.
.
Lagi dan lagi, lelucon semesta tidak pernah terhenti.
.
.
.
.
.
.
Stay healthy dan jangan pura-pura mencintai hehew






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perihal AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang