"Naya, Helsa, untuk acara workshop literasi itu jadi gimana bukannya kemarin belum ada keputusan ya?" Refana bertanya, Saat ini mereka berada di kafe cavanica tempat Refana bekerja. Semalam Risa, Sekertaris 1 BEM IAI memberitahu di grup whattsapp bahwa pagi ini akan di adakannya rapat untuk acara workshop literasi. Bertepatan dengan itu, Refana tidak bisa turut hadir, karena kebetulan hari ini Refana libur tidak ada jadwal kuliah, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke kafe. Karena itu sudah menjadi sebuah kewajiban dan tanggung jawab bagi Refana.
Dan selepas pulang rapat Naya dan Helsa tidak langsung pulang, mereka memutuskan untuk pergi nongkrong terlebih dahulu di kafe milik saudara Naya, atau tempat bekerja Refana, Kafe cavanica. dan saat ini mereka sedang berbincang. "Tadi waktu kita lagi berdebat mengenai waktu yang tepat untuk acara ini, kak Novan ngajuin pendapat. Katanya, kan proker nya bentrok sama proker BEM Fakultas Sastra Indonesia (SI), bakal lebih baik kalau pembukaan acaranya di colab. Jadi setelah workshop literasi selesai, mahasiswa bisa langsung lihat pemeran seni tanpa harus nunggu pembukaan lagi. Lagi pula workshop literasi kan nggak lama, lihat di rundown cuma sampai dzuhur " Jelas Helsa begitu detail, Helsa memang slalu begitu jika di tanya. Tak apa, itu artinya Refana tidak harus banyak tanya.
Refana manggut tanda mengerti, Naya menyeruput kopi di hadapannya. "Gue juga setuju sama usulan kak Novan, dengan begitu semua nya bakal lebih mudah. Mahasiswa yang turut hadir pada workshop pun kayaknya bakal lebih banyak, apalagi kalau mahasiswanya antusias banget sama pameran seni ini, pasti bakal lebih rame" Refana mengangguk-anggukkan kepalanya, memahami setiap kata yang Naya ucapkan.
"Nah bener Nay, kali ini gue setuju sama lo. Tumben otak lo encer?" Kata Helsa, lebih tepatnya meledek Naya
Membuat Refana mendelikkan matanya, "Jangan mulai deh hel. Naya kalau udah marah serem, jiwa lakinya keluar. Lo mau di marahi Naya?" Helsa hanya membalasnya dengan cengiran lalu mengangkat tangannya yang ia taruh di atas telinga, mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Membentuk peace.
"Daripada lo, terlalu banyak omong, masih mending gue mau temenan sama lo hel" Ujar Naya kesal.
"Emang lo siapa? narsis banget. Aktris juga bukan." Jika saja saat ini Naya tidak sedang di tempat umum, sudah pasti Helsa akan habis di geplak oleh Naya.
Sangat pusing melihat keduanya slalu tak pernah akur. "Udah Nay, Hel. Kalian udah gede. Masa kelakuan masih kayak gini, childish"
"Yaelah Re, becanda kali. Lo nggak pernah bisa di ajak becanda ya? Nggak asik lo." Kata Helsa membuat Refana sedikit tersentil hatinya karena ucapan Helsa. Helsa terlalu polos, bicara slalu seenaknya. Mungkin jika Naya akan terlihat biasa saja bahkan menyerang lawan bicaranya jika ada orang yang memakinya. Namun, tidak dengan Refana.
Naya melihat reaksi Refana yang hanya diam saja, lalu berkata "Gue jahit sekarang juga tuh mulut hel" Kata Naya tepat di depan Helsa lalu Naya mengalihkan pandangan nya ke arah Refana. "Oh ya Re. Tadi kak Risa nanyain lo, katanya kenapa lo nggak ikut rapat. Semalam lo nggak izin?" Berusaha mengalihkan pembicaraan. Karena ia tahu ucapan Helsa membuat Refana sakit.
Belum sempat Refana menjawab pertanyaan Naya, seorang laki-laki datang. Menepuk pundak Refana.
"Re, udah banyak pesanan tuh yang belum lo antar" Kata Raka, sepupu Naya, sekaligus owner cavanica cafe. "kunci motornya lo ambil di Resi, tadi gue kasih dia" Sambungnya lagi seraya menunjukkan keberadaan Resi.
Refana tersentak saat itu juga. "Oh iya Ka. Kalau begitu, gue izin pamit ya Nay, Hel, mau anterin orderan" Ujar Refana kemudian ia berdiri dan melangkahkan kakinya ke arah Resi.
"Ah lo Ka. Refana jadi pergi kan, padahal masih banyak banget yang pengen gue obrolin sama dia" Kata Naya mencebikkan bibirnya, merasa tak setuju dengan tindakkan Raka baru saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/323058827-288-k426805.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Karya Luka
Teen FictionSelamat membaca cerita SEJUTA KARYA LUKA : Refana Putri Dermawan & Gathan Reyga Danendra. A story teen fiction by Lulu Mulkiah❤️❤️ Menjadi seorang mahasiswi bukanlah hal mudah bagi Refana. Terlebih ia mempunyai masalah berat yang harus ia tanggung...