11. SIAPA DIA?

50 44 6
                                    

Siang ini langit begitu cerah. Seorang laki-laki yang saat ini memakai outfit kaos hitam yang di baluti kemeja kotak berwarna biru, celana yang ia pakai kali ini adalah celana jeans warna hitam, tak lupa dengan topi yang bertengger di kepalanya berwarna senada, dengan tas gendong yang ia sampirkan di pundak sebelah kanan.

Seperti biasa setelah selesai mata kuliah jam pertama laki-laki ini akan melangkahkan kakinya ke perpustakaan untuk mencari beberapa buku untuk ia jadikan referensi, sehingga ketika di tanya dosen ia bisa menjawab pertanyaan itu beda dari orang lain. Sebelum mata kuliah kedua di mulai Gathan mempercepat cara berjalannya. Agar secepatnya kembali ke kelas, bisa kacau jika ia telat masuk kelas. Gathan terbilang salahsatu laki-laki rajin. Ia selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Setelah ia sampai di perpustakaan, ia melangkah menuju mesin finger print. Untuk mengisi absen kehadirannya datang ke perpustakaan. Ketika ia sedang bergelut dengan mesin finger print, ada seseorang yang menepuk pundaknya.

"Kenapa nggak bilang kalau mau ke perpus?" Tanya seseorang itu, Gathan sangat mengenal suara tak asing itu.

Spontan ia menoleh ke belakang. "Eh Mey, aku kira kamu nggak ada niat mau ke perpus. Tadi kamu kayak asyik ngobrol, makanya aku nggak ngajak kamu. Ngajak Rifki sama Dean malah ogah-ogahan." Jelas Gathan pada Meylisa

Gathan sudah tak aneh dengan kelakuan kedua sahabatnya itu, jika sudah menyangkut buku kedua nya akan sangat malas, mereka lebih memilih memotret materi daripada menulis, mereka lebih memilih coppy paste daripada harus menganalisis. Mereka lebih memilih cara-cara praktis. Bahkan Gathan sempat berfikir buat apa mereka kuliah jika bermalas-malasan seperti ini.

Meylisa hanya mengangguk menanggapi jawaban Gathan, tak ada niat membalas. Melihat itu Gathan menjadi bertanya-tanya "Tumben. Kamu kenapa? Lagi badmood ya?"

"Nggak Ga. Lagi kesel aja sama kamu, yang nggak ngajak aku ke perpus, jadinya aku sendiri." Kata Meylisa lirih "By the way, Thank you ya jam tangannya kemarin" Ucap Meylisa lagi seraya memperlihatkan tangannya yang sudah ia pakaikan arloji pemberian Gathan.

Meylisa memang sedikit manja, terlebih jika itu kepada Gathan.

"Kamu suka?"

"Suka banget malah, makasih ya"

Gathan mengangguk dan mengulum senyum, senang mendengarnya.

"Pulang kuliah ini, kita ngopi. Mau?"

"Boleh, nanti hubungin aku kalau mau berangkat"

****

Hari ini Refana tidak memiliki jadwal kuliah pagi, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke kafe. Mencari sesuap nasi. Tadi pagi ia sempat mengalami sakit mag. Ia sempat memutuskan untuk izin, Namun, mengingat ia sudah membuat kesalahan pada malam itu, ia tidak ingin membuat kesalahan lain lagi. Ia usahakan hari ini tidak absen. Ia tidak ingin Raka semakin marah kepadanya. Meskipun sebenarnya kemarin Raka tidak begitu marah, Raka hanya memperingati Refana. Namun tetap saja ia tidak enak jika harus absen hari ini.

"Kamu kenapa Refana, muka kamu pucat begini. Kamu sakit?" Tanya Resi pada Refana, sesaat setelah Resi kembali dari belakang.

Kali ini Refana tidak ingin banyak bicara, merasakan pening dan sakit pada perutnya saja membuat mood nya menjadi tidak baik. "Nggak mbak, nggak apa-apa."

"Nggak apa-apa gimana? Muka kamu pucat begini. Kalau lagi sakit, nggak usah maksain Refana." kata Resi penuh perhatian, Resi salahsatu karyawan paling lama di kafe Cavanica, Ia pun slalu bijak dalam mengambil keputusan. Sehingga Raka slalu mengandalkan Resi dalam hal apapun. Raka sangat mempercayai Resi.

Sejuta Karya LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang