Keadaan ricuh di depan gedung DPR tak membuat para demonstran menyerah. Mereka kembali melancarkan aksi untuk menyampaikan aspirasi mereka. Suasana kembali memanas, ditambah rasa kesal mereka yang begitu mendominasi. Teriakan para demonstran pun semakin kencang.
Sementara kedua perempuan yang sejak tadi berlari menghindari kericuhan juga gas air mata yang ditembakkan oleh aparat kepolisian kini berhenti didepan kantor kementrian keuangan yang tidak jauh dari gedung DPR. Lalu keduanya meminum air mineral hingga tandas. Tidak peduli jika air mereka habis, mereka bisa membeli-nya nanti di jalan.
"Nay, Refana dimana nay" Kata Helsa panik, karena sejak sebelum gas air mata di tembakkan Refana sudah tertinggal agak sedikit jauh.
"Gue coba telpon dia" Naya segera mengotak-ngatik ponsel-nya. Lalu menghubungi Refana.
Suara Refana terdengar di telinga Naya setelah panggilan terhubung. "Lo dimana Re?" Ada nada panik disela pertanyaan yang Naya utarakan.
"Gue di depan SMA Pelita nay, agak jauh dari gedung DPR. Lo dimana nay? Lo sama Helsa baik kan? Nggak kenapa-kenapa?" Tanya Refana tak kalah cemas.
"Gue di depan kemenkeu Re, gue sama Naya baik-baik aja, lo baik juga kan? kita susul lo kesana ya" Kata Helsa yang tak kalah panik
"Gua baik-baik aja hel. Gak perlu, nanti biar gue susul kalian ke kemenkeu" Putus Refana sedikit agak ragu, karena ia tidak begitu hapal jalan didaerah ini.
***
Refana mengerjap setelah mendengar pertanyaan seorang laki-laki yang ada di hadapan-nya. Ia sangat merindukkan sosok laki-laki ini. Satu tahun tidak bertemu dengan laki-laki ini membuat ia uring-uringan. Waktu itu ketika Refana masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas, ia begitu menyukai laki-laki yang slalu membuat-nya merasa diperhatikan, merasa paling di hargai. Namun, entah bagaimana kejadian-nya tiba-tiba laki-laki itu menghilang dari hidup-nya. Bahkan laki-laki itu sampai pindah sekolah, kabar kepindahan-nya pun tidak Refana ketahui. Tepat pada waktu itu ponsel Refana rusak, sehingga nomor yang ada di kontak-nya hilang. Termasuk nomor laki-laki itu.
Dan setelah Refana berhasil melupakan laki-laki ini mengapa sosok-nya kembali di hadapan Refana saat ini? Ini akan membuat Refana kembali menaruh harap kepada laki-laki itu. Bohong! Jika Refana tidak merindukannya. Bahkan hingga saat ini Refana masih mengharapkan laki-laki itu kembali kepada-nya, meskipun sejak dulu hubungan mereka tidak pernah ada kejelasan.
"Minum dulu" titah laki-laki itu menyodorkan botol minum berukuran besar yang ia keluarkan dari dalam tas-nya. Refana menuruti perintah-nya.
Setelah kembali memberikan botol minum kepada sang empu. Refana merasakan ada getaran dalam tas-nya. Panggilan masuk dari Naya. Refana segera mengangkatnya. Setelah mengetahui keberadaan kedua teman-nya, Refana akan menyusul kedua-nya di ruko. Meskipun ia tidak yakin dengan dirinya sendiri.
Alasan mengapa Refana tidak ingin disusul kedua teman-nya, karena saat ini Refana sedang bersama laki-laki yang tak mereka kenali, Refana malas jika harus menjelaskan kepada kedua-nya. Semua itu hanya akan membuat Refana kembali mengingat kebersamaan-nya bersama laki-laki yang sangat Refana harapkan sejak dulu. Dan ia pun ia tidak ingin merepotkan kedua teman-nya.
"Aku harus kembali ke teman-temanku, Gathan" Kata Refana berusaha menyembunyikan rasa rindu sekaligus rasa ragu di dalam lubuk hati-nya. Ia tidak ingin terlihat lemah.
Saat ini Refana harus membuat pertahanan, agar diri-nya tidak mudah terbawa perasaan saat berhadapan dengan Gathan yang bahkan terlihat biasa saja. Sekedar menanyakan kabar Refana saja tidak Gathan lakukan. Itu artinya, tak ada rasa khawatir dalam diri Gathan untuk Refana. Lagipula, Refana siapa Gathan? Pacar bukan, mantan bukan, hanya sekedar teman. Tolong ingatkan Refana! bahwa Gathan hanya menganggap-nya sekedar teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejuta Karya Luka
Ficção AdolescenteSelamat membaca cerita SEJUTA KARYA LUKA : Refana Putri Dermawan & Gathan Reyga Danendra. A story teen fiction by Lulu Mulkiah❤️❤️ Menjadi seorang mahasiswi bukanlah hal mudah bagi Refana. Terlebih ia mempunyai masalah berat yang harus ia tanggung...